Omzet Sempat Menurun, Bisnis Keripik Kelapa Khas Kebumen Tetap Eksis saat Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 memang membawa banyak dampak, terutama bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mereka yang memiliki usaha rumahan pun turut merasakan dampaknya.
Para pelaku usaha punmencari cara untuk tetap bertahan di saat pandemi. Hal ini juga dilakukan oleh pasangan suami istri asal Desa Kedaleman Wetan, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Ismail (48) dan Kamirah (45).
Mereka merupakan sosok di balik terciptanya keripik kelapa khas Kebumen yang telah ada sejak 2003 silam. Hingga saat ini, produk camilannya dikenal baik di wilayah Kebumen ataupun daerah lain seperti Jakarta dan Bandung.
-
Apa yang terjadi di Kebumen? Di usia senjanya, Supardi (84), warga Kecamatan Rowokele, Kebumen, menghabiskan masa tuanya dengan rutin membersihkan pekarangan rumahnya. Dedaunan yang jatuh berserakan di halaman belakang, ia bakar hingga menjadi abu.Namun, pada Rabu (30/10/2024), kejadian tragis dialami Supriadi. Pada hari itu, Supardi terjebak dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Jawa Barat? Jawa Barat terkenal dengan makanan-makanannya yang memiliki cita rasa pedas gurih.
-
Di mana letak kampung unik di Kebumen? Diketahui, kampung ini berada di Desa Watukelir, Kecamatan Ayah, Kebumen.
-
Apa makanan tradisional Jawa Timur yang populer? Terdapat beberapa makanan tradisional Jawa Timur yang populer dan menjadi favorit masyarakat. Mulai dari soto Lamongan, rawon, bebek Madura, hingga nasi krawu.
-
Apa yang unik dari makan ketan Kemayoran? Dikutip dari kanal YouTube Fokus Indosiar, terdapat cara unik untuk memakan ketan susu di sana. Alih-alih disantap terpisah, banyak pengunjung yang justru mencampurkan tempe goreng gurih dengan satu suap ketan manis atau kelapa.
-
Kuliner apa yang terkenal di Yogyakarta? Gudeg adalah salah satu makanan khas Yogyakarta yang paling terkenal.
Perjuangan mereka di balik terciptanya keripik kelapa ini tentunya tidak mudah. Ismail yang merupakan warga asli Bandung dan Kamirah yang berasal dari Kebumen ini menceritakan bagaimana awal merintis usahanya.
Keduanya ternyata sempat merantau ke berbagai kota dan mencoba berbagai usaha hingga akhirnya tekun memproduksi keripik kelapa danmemilih untuk tinggal di kota kelahiran Kamirah di Kota Kebumen, Jawa Tengah.
"Selama berada di Bandung, sempat menekuni usaha omreng (oncom goreng) dan selondok, setelah di Bandung lalu merantau ke Jogja jadi tukang becak selama 20 tahun", ujar Kamirah saat ditemui pada Minggu (8/11)
Berawal dari Coba-coba, Akhirnya Membawa Berkah
©2020 Merdeka.com/ Rakha Fahreza
Kebanyakan orang mungkin hanya mengenal Lanting sebagai camilan khas Kebumen. Namun berkat ide Ismail dan Kamirah terciptalah ide kreasi jajanan khas yang lain seperti keripik kelapa.
Pasangan suami istri ini bercerita jika awalnya mereka menekuni usaha bisnis kerupuk rambak. Namun karena memiliki banyak pesaing, keduanya memutar otak agar jajanan yang mereka jual dilirik di pasaran.
Ide membuat keripik berbahan kelapa muncul saat mengetahui jika oncom tak begitu digemari di Kebumen. Kelapa dipilih untuk menjadi pengganti bahan dasar omreng (oncom goreng) yang berasal dari oncom.
Selain itu, di wilayah Kebumen, khususnya di desa Kedaleman Wetan, Kecamatan Puring, produk kelapa pun sangat melimpah. Melihat peluang tersebut muncullah ide untuk menggantikan bahan dasar omreng dengan kelapa.
“Di wilayah Kebumen, oncom kurang diminati jadi jajanan, akhirnya kepikiran diganti jadi kelapa saja yang bahan bakunya mudah didapat, eh ternyata orang banyak yang suka dan ditekuni sampe sekarang”, ujarnya, Minggu (8/11/2020)
Namun, bisnis yang dirintisnya tak selalu berjalan mulus. Ada banyak lika-liku yang dihadapi pasangan suami istri ini.
“Awale punya karyawan di satu desa, ngga lama minta keluar eh ternyata bikin usaha yang sama (keripik kelapa) di dekat rumah, sempat jadi saingan tapi alhamdulilah rejeki nggeh mboten teng pundi-pundi mas haha (rejeki tidak akan kemana-mana)”, cerita Kamirah.
Setelah sempat disaingi oleh mantan karyawannya sendiri, pasangan suami istri ini tidak putus asa untuk gencar memasarkan produknya. Bahkan setelah kejadian tersebut, keduanya lebih tertantang untung berinovasi di bidang kuliner agar lebih banyak orang yang penasaran dengan produk keripik kelapa.
Sempat Alami Penurunan Omzet, Tak Mematahkan Usaha yang Telah Dirintis
©2020 Merdeka.com/ Rakha Fahreza
Di kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, pasti banyak sektor yang ikut berdampak. Khususnya pada sektor ekonomi dan usaha rumahan. Hal tersebut juga sempat dirasakan oleh Ismail dan Kamirah dalam menjalankan usaha ini.
“Pas awal pandemi kerasa biasanya bisa ngirim 1 kuintal ke luar kota, tapi gara-gara corona paling banyak ngirim cuma ½ kuintal, itu juga sulit mas”, ungkap Kamirah.
Ia mengatakan bahwa pada awal pandemi corona di Indonesia, sekitar Maret hingga Mei bisnis rumahan yang dibangunnya sempat mengalami penurunan omzet. Terlebih saat diberlakukan PSBB di wilayah Jakarta yang menyebabkan pesanan yang akan dikirim ke sana menjadi tersendat.
Namun kondisi tersebut tak membuatnya untuk berhenti memasarkan produk keripik kelapa. Setelah Idul Fitri 2020, pesanan keripik kelapa perlahan naik dan membuat bisnis rumahan ini mampu bertahan di kala pandemi Covid-19 hingga kini.
“Pas setelah Lebaran, Alhamdulilah pesenan mulai normal kembali mas, yang dari luar kota mulai ada orderan sejak PSBB dilonggarin sama ekspedisi mulai jalan”, ungkapnya.
Omzet yang mereka peroleh pun berangsur-angsur membaik. Produksinya kini mulai kembali normal untuk memenuhi pesanan offline maupun online.
Dalam berbisnis, Kamirah mempunyai prinsip jika dalam menjalankan usaha tak akan menghianati hasil saat ikhtiar tetap dilaksanakan dan tetap berdoa kepada Tuhan. “Rejeki sudah ada yang ngatur, tetep sabar dan telaten sudah jadi kunci kita buat jalankan usaha mas”, jelasnya.
Upaya Bertahan di Kala Pandemi
Bisnis keripik kelapa ini rupanya sudah menjadi sumber penghasilan utama keluarga Ismail dan Kamirah. Hal itu yang kemudian membuat mereka tetap harus mempertahankan usahanya meski badai Corona tak tahu kapan berakhir.
Bahkan jika kondisi tak kunjung membaik, Kamirah berencana untuk mencoba peluang bisnis baru. “Kalau memang corona ini ga selesai-selesai, saya rencananya mau buat bisnis baru lagi mas, mau mencoba budidaya tanaman buah yang dicangkok”, ujarnya.
Rencana bisnis tersebut merupakan upaya untuk menambah penghasilan bagi keluarga mereka. Kendati demikian, bisnis keripik kelapa yang telah mereka rintis 17 tahun lamanya juga tetap mereka jalankan dengan ulet dan tekun.
Seperti harapan setiap orang, Kamirah pun memiliki keinginan semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu. Sehingga membuat bisnis yang Ia jalankan bersama suami bisa normal seperti sedia kala.
Jika kondisi kembali normal, maka produksi keripik kelapa akan semakin meningkat dan akan lebih banyak orang yang mengenal kuliner khas Kebumen ini. Saat ini keripik kelapa produksi Kamirah bisa dipesan melalui online lewat kontak whatsaap. (mdk/raf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Olahan yang berbahan dasar beras dan santan ini menjadi legendaris dan khas karena proses pembuatannya yang masih menggunakan peralatan sederhana
Baca SelengkapnyaPeran UMKM sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha.
Baca SelengkapnyaUsaha dulang batok ini sempat meraup omset hingga 35 juta perbulan.
Baca SelengkapnyaKeripik Sambal Nyonya, produk UMKM di bidang kuliner asal Medan yang lezat dan tidak mengandung bahan pengawet.
Baca SelengkapnyaKerupuk emping melinjo di sini punya ciri khas tersendiri yakni renyah, gurih, beraroma sedap, dan menyehatkan.
Baca SelengkapnyaDi Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca SelengkapnyaSalah satu kecap manis tertua di Indonesia ternyata berasal dari Probolinggo. Nyaris semua warung makan di Probolinggo menggunakan kecap ini.
Baca SelengkapnyaKue ini biasa disajikan warga Banyuwangi saat lebaran tiba.
Baca SelengkapnyaSoto Kletuk Pak Galo pertama kali buka pada tahun 1997. Setelah Pak Galo meninggal, usaha itu diteruskan oleh anaknya.
Baca SelengkapnyaKonsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca SelengkapnyaBerbagai menu takjil tradisional Banten ada di Pasar Lama Kota Serang.
Baca SelengkapnyaSalah satu alasan kue ini masih dicari para penggemar lantaran tekstur dan cita rasanya yang beragam.
Baca Selengkapnya