Rawa gambut yang terendam air bisa jadi pemicu kebakaran, masa sih?
Merdeka.com - Kebakaran di Indonesia seolah tak ada habisnya dan kebanyakan terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kira-kira kenapa kedua pulau itu jadi sasaran empuk kebakaran padahal banyak ekosistem rawa gambut?
Hal ini disebabkan karena curah hujan di Sumatera dan Kalimantan lebih tinggi daripada pulau Jawa dan Sulawesi. Terlebih sebagian besar kontur Pulau Sumatera dan Kalimantan adalah daerah yang datar. Kombinasi dari curah hujan tinggi dan lahan yang relatif datar akan menghasilkan banyak lahan yang terendam oleh air dan lahan yang terendam oleh air ini berpotensi membentuk ekosistem rawa gambut.
Lahan gambut yang terletak di rawa, terendam banyak air, bisa jadi pemicu kebakaran? Secara alami, lahan gambut sangat sulit terbakar karena lahan gambut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang terendam oleh air atau biasa disebut dengan rawa gambut.
-
Di mana kebakaran terjadi? Tragedi kebakaran ini pertama kali ditemukan oleh keponakannya, Nurul Mufid (40). Ia melihat api berkobar di belakang rumah dan langsung mengecek sumbernya, menemukan tumpukan daun dan ranting bambu kering di pekarangan.
-
Dimana kebakaran terjadi? Sebuah bangunan rumah dua tingkat yang berada di Jalan Kebagusan Raya, RT. 004, RW.04, Nomor 5, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
-
Kenapa hutan di Klaten terbakar? AR berusaha melepas kail namun gagal. Ia pun kemudian membakar alang-alang di sekitar kail yang tersangkut agar kail mudah diambil. Namun pelaku lupa mematikan api sehingga api menyebar cepat dan menyebabkan hutan terbakar.
-
Apa penyebab kebakaran? 'Dugaan penyebab korsleting listrik pada kulkas,' kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (30/3).
-
Dimana peristiwa kebakaran terjadi? Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
-
Kenapa potensi kebakaran meningkat saat kemarau? Potensi kebakaran di setiap daerah bakal meningkat. Terkait hal ini, personel pemadam kebakaran BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat agar mewaspadai kejadian kebakaran baik di rumah dan lahan yang rawan .
Jangan salah, lahan gambut berpotensi besar sangat mudah terbakar saat lahan gambut tersebut dikeringkan. Ternyata banyak yang menganggap lahan gambut merupakan lahan yang tidak produktif maka lebih baik dikeringkan saja. Tujuan utamanya untuk mengubah fungsi lahan gambut menjadi produktif misalnya dengan dijadikan lahan pertanian atau lahan perkebunan. Oleh karena itu lahan gambut perlu dikeringkan terlebih dahulu.
Proses mengeringkannya dengan cara dibuat kanal-kanal sehingga air rawa gambut yang awalnya 'diam' di situ dibuat mengalir ke sungai. Hasilnya ekosistem rawa gambut berubah menjadi tanah dengan lapisan gambut. Lahan gambut yang sudah kering ini bisa menimbulkan berbagai risiko yang serius.
Saat terjadi kekeringan panjang seperti penyimpangan iklim El Nino (penyebab kekeringan di daerah Indonesia dan Australia sedangkan curah hujan tinggi di benua Amerika) sekarang, lahan gambut menjadi tumpukan kayu kering yang siap terbakar. Meski pun tak ada yang membakar pun, kayu kering yang ditumpuk dan terus terpapar panas bisa terbakar dengan sendirinya. Faktanya ekosistem gambut yang dikeringkan untuk dijadikan lahan-lahan yang produktif makin meluas di Indonesia.
Masalah yang muncul ternyata tak hanya sebatas pada kebakaran hutan saja, melainkan juga banjir. Dengan efek pengeringan di atas, sudah tak ada lagi rawa gambut yang berfungsi menampung air. Saat hujan deras datang, maka akan membuat wilayah lainnya terkena banjir sebab sudah tak ada yang menahan air hujan.
Penanganan kebakaran hutan dari lahan gambut ini sangat sulit dilakukan. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menghentikan aksi pengeringan rawa-rawa gambut. Air di ekosistem gambut menjaga agar hutan sulit terbakar. Sangat berbahaya jika lahan gambut kering semakin banyak, karena potensi kebakaran hutan saat musim kemarau juga tinggi.
Solusi lainnya adalah dengan membasahi kembali lahan gambut dengan air agar kembali menjadi rawa gambut. Dengan membendung kembali kanal-kanal pengering, akan membuat air kembali mengalir ke lahan gambut. Lahan gambut bisa kembali menjadi rawa gambut yang memiliki banyak air sehingga area tersebut jadi sulit terbakar. Semoga tak ada lagi upaya pengeringan lahan gambut ke depannya. (mdk/iwe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai marak terjadi di Sumatera Selatan bersamaan dengan datangnya puncak musim kemarau.
Baca SelengkapnyaKondisi sebagian lahan di Sumsel mulai mengalami kekeringan. Hal ini sangat rawan terbakar saat kondisi panas yang diakibatkan musim kemarau.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaKarhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
Baca SelengkapnyaRatusan hektare lahan di Sumatera Selatan terbakar sepanjang musim kemarau tahun ini. Kebakaran terparah terjadi di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir (OKI).
Baca SelengkapnyaSeiring dengan penurunan curah hujan, potensi titik panas (hotspot) semakin meningkat.
Baca SelengkapnyaTotal sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan semakin meluas. Selain Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir, api mulai bermunculan di Banyuasin.
Baca SelengkapnyaKebakaran Hutan di Kawasan Margasatwa Giam Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis diduga ada oknum yang tidak bertanggung jawab.
Baca SelengkapnyaSulitnya medan untuk menuju ke titik api menjadi kendala petugas gabungan TNI Polri BPBD dan Balai Besar TNBTS yang melakukan pemadaman api.
Baca SelengkapnyaDalam melakukan upaya pemadaman, kepolisian mengerahkan 111 orang personel.
Baca Selengkapnya