Bertahan Hidup dari Kerajinan Tangan
Merdeka.com - Berawal dari kebangkrutan kedua orang tuanya, Anna N. Anggraini, warga Ngronggo, Kecamatan Kota-Kota Kediri, Jawa Timur, merintis usaha kerajinan.
Bermula dari boneka flanel yang dijual puluhan ribu rupiah per paket, sampai membuat bisnis perhiasan dengan harga ratusan ribu. Pada saat pandemi, dia masih bisa memberi pekerjaan pada 13 ibu rumah tangga di sekitar tempat usahanya.
"Awalnya ya BU (butuh uang). Orang tua saya bangkrut, saya harus bertahan. Makanya saya coba-coba bisnis boneka flanel,” kata Anna, Kamis (30/7).
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Bagaimana anak ini mencari uang? Mampu mengumpulkan uang hingga Rp150 ribu untuk digunakan membantu orang tua yang berprofesi sebagai nelayan.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
-
Apa yang dilakukan pengusaha tersebut untuk anaknya? Tidak hanya dermawan kepada orang lain, Hilman Gumilar juga tidak pernah pelit untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk anaknya. Hilman sampai rela mengeluarkan uang ratusan juta demi sang anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah terbaik.
-
Dimana Santi menjual boneka? Hasil kreasinya kemudian dipasarkan di lapak UMKM miliknya.
Tahun 2009, ia re-seller boneka flanel milik temannya. Lama-lama pesanan meningkat, kadang stok tidak ada. Maka, Anna mulai berinisiatif membuat sendiri.
Belajar otodidak dengan mencontoh yang sudah ada, kemudian mengembangkan polanya. Akhirnya, jadilah satu paket boneka flanel yang bisa dijual Rp 60.000 hingga Rp 70.000 promosi dilakukan di media sosial.
Bisnis boneka itu dijalaninya hingga menamatkan sekolah bidan dan bekerja di rumah sakit. Kira-kira sampai tahun 2012.
Pada saat bekerja di rumah sakit, penghasilannya masih pas-pasan. Kecintaannya pada kerajinan menjadikan ia pun ikut pelatihan membuat perhiasan berbahan kawat tembaga.
Pelatihan itu diadakan oleh Dinas Koperasi Kota Kediri. Anna merupakan salah satu peserta yang terus menggali ilmu, tak berhenti setelah pelatihan, ia juga belajar pada pengrajin senior. Akhirnya, Anna bisa membuat perhiasan sendiri.
"Dari Dinkop saya dapat pelatihan dasar. Juga difasilitasi pameran," kata Anna.
Rupanya, desain dan karya Anna disukai. Setiap pameran, selalu saja ada pelanggan yang balik lagi. Penghasilan dari bisnis ini melebihi dari penghasilannya di rumah sakit. Akhirnya, ia memutuskan keluar dan serius menekuni kerajinan.
Dengan merek AG Handycraft, Anna mengembangkan usahanya. Membuat kalung, gelang, dan anting berbahan batu alam yang dililit dengan kawat tembaga warna-warni. Juga berbahan biji genitri yang diminati hingga India.
“Kalau untuk kalung batu alam, saya jual mulai harga Rp 400 ribu sampai Rp 800 ribu. Tergantung bahannya. Kalau genitri per biji. Tergantung belah semangkanya,” terang Anna.
Belah semangka yang dimaksud adalah garis belah pada biji genitri. Ada yang garis 8 dihargai Rp 20 ribu-Rp 30 ribu per biji. Semakin banyak garisnya, semakin mahal karena semakin langka.
"Biji genitri ini cepet laku, bisa untuk 'ngomzet', tambahnya. Ngomzet istilah untuk sebuah barang yang laku dan memberikan omzet.
©2020 Merdeka.com/Imam MubarokPada masa pandemi, bisnis perhiasan memang sepi. Anna pun lebih banyak menerima pesanan pembuatan busana dan masker. Ia sudah melatih ibu rumah tangga untuk menjadi penjahit.
"Saya ngajari dari awal. Mereka rata-rata punya mesin jahit tapi tidak bisa menjahit,” kata Anna.
Dengan memberdayakan ibu rumah tangga sekitarnya, ratusan lembar pesanan busana tetap mengalir meski pandemi. Anna merupakan salah satu UMKM menjadi binaan Disperindagin yang kerap diajak pameran dan pelatihan. Dari pameran inilah, AG Handycraft semakin banyak dikenal dan menemui pelanggannya. (mdk/gil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usaha ini sudah dimulai sejak masa Pandemi Covid-19 dengan modal yang minim.
Baca SelengkapnyaDari ide kreatifnya ini, Ia berhasil meraup omzet hingga Rp15 juta.
Baca SelengkapnyaBermula dari keisengannya menjual aksesori handmade, ibu rumah tangga di Kota Serang ini raup cuan ratusan juta rupiah
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca SelengkapnyaTekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Baca SelengkapnyaSalah satu keunikan dari produk rajutannya adalah turut mengangkat kebudayaan Banten dengan membuat karakter hewan badak.
Baca SelengkapnyaSosok Sumarno ini menginspirasi. Ia banting setir dari sopir jadi perajin miniatur.
Baca SelengkapnyaPengrajin barang bekas dari kayu dan biji-bijian bernama Samsul Arifin sangatlah inspiratif.
Baca SelengkapnyaBerkat riset dan inovasi, Dinova Store masih terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, Sri masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak muda.
Baca SelengkapnyaSetiap rancang bangun model kertas atau papercraft ini dijual mulai dari Rp50.000 hingga Rp300.000.
Baca SelengkapnyaDari usahanya mengubah kayu bekas, omzet Rp45 juta bisa dikantongi tiap bulan.
Baca SelengkapnyaAda perabot rumah tangga sampai produk fashion berbahan anyaman yang mendunia.
Baca Selengkapnya