Binaragawan Justyn Vicky Tewas Tertimpa Barbel 210 Kg, Ini Penjelasan Pihak Rumah Sakit
Pihak RSUD Wangaya Denpasar memberikan penjelasan soal tewasnya binaragawan Justyn Vicky atau Herman Fauzi (34) setelah tertimpa barbel seberat 210 kilogram.
Pihak RSUD Wangaya Denpasar memberikan penjelasan soal tewasnya binaragawan Justyn Vicky atau Herman Fauzi (34) setelah tertimpa barbel seberat 210 kilogram.
Binaragawan Justyn Vicky Tewas Tertimpa Barbel 210 Kg, Ini Penjelasan Pihak Rumah Sakit
Korban memang sempat di rawat di RSUD Wangaya setelah peristiwa itu. Kepala Bidang Pelayanan Medik Dr I Wayan Edi Wirawan mengatakan, pasien Justyn Vicky tiba di rumah sakit itu pada tanggal 15 Juli 2023 pada pukul 17.46 Wita.
"Pasien ini rujukan dari rumah sakit swasta dan diantar ke UGD oleh dokter perawat dari rumah sakit swasta tersebut dengan menggunakan ambulans."
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Wangaya Dr I Wayan Edi Wirawan di RSUD Wangaya, Kamis (27/7).
Ia menerangkan bahwa keadaan pasien Justyn Vicky saat tiba di RSUD Wangaya sudah menggunakan collar neck atau penyangga leher dan saat itu masih dalam keadaan sadar. Tetapi, kedua kakinya sudah tidak bisa digerakkan.
"Keadaan pasien pada saat itu sudah terpasang collar neck di leher. Pasien pada saat itu dalam keadaan sadar, (dan) pasien saat itu dalam keadaan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya dan sudah membawa hasil MRl (Magnetic Resonance Imaging) dari rumah sakit swasta sebelumnya."
Dr I Wayan Edi Wirawan.
Sementara, dari hasil MRI diketahui di tulang leher belakang Justyn Vicky terdapat dua ruas tulang leher patah dan bergeser yang secepatnya harus ditangani.
"Dari hasil MRI tersebut, terdapat patah dan dislokasi di tulang belakang leher. Di mana kita ketahui tulang leher ada 7 ruas, C1 sampai C7. Nah, yang patah kelihatan di sana ada di bagian C6 dan C7. Itu patah dan terjadi pergeseran," jelasnya.
Selain itu, juga terlihat terjadi penyempitan rongga tulang belakangnya di leher dan terjadi kerusakan sistem saraf, kerusakan sendi penghubung antartulang belakang dan juga terjadi pembengkakan jaringan saraf di sekitarnya.
"Bahkan, sudah terjadi pembengkakan atas (ruas tulang) sampai C4 dan C5," ungkapnya.
Selanjutnya, saat di Unit Gawat Darurat (UGD) tim dokter spesialis melakukan stabilisasi agar mempertahankan tekanan darah dan mempertahankan jalan napas dengan baik kepada pasien Justyn Vicky. Kemudian, pada pukul 18:30 WITA situasi pasien tekanan darahnya mengalami penurunan dan dilakukanlah stabilisasi kembali dengan memberikan cairan untuk menstabilisasi. "Dan direncanakan pasien masuk ruang ICU (Intensive Care Unit), karena memang itu kebutuhan pasiennya. Pada perjalanannya pasien dilakukan CT scan untuk persiapan selanjutnya," ujarnya.
Kemudian, sekitar pukul 21.00 WITA malam pasien dibawa ke ruang ICU dan diruang ICU dilakukan tindakan monitoring yang ketat untuk persiapan selanjutnya. Lalu, pada esoknya tanggal 16 Juli 2023 tim dokter spesialis melakukan operasi kepada Justyn Vicky dan keluarga pasien telah setuju. "Dari dokter spesialis yang merawat dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan operasi. Karena ada patah di tulang leher dan di sana ada organ-organ yang vital. Dan risiko operasinya sangat tinggi, bisa saja kelumpuhan atau kematian dan mau tidak mau harus dilaksanakan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa pasien. Dan keluarga pasien setuju dalam hal ini ibu pasien," ungkapnya.
Sementara, saat kondisi Justyn Vicky telah stabil sekitar pukul 16.00 Wita diambil tindakan operasi oleh tim dokter spesialis dan berjalan selama 3,5 jam. Kemudian, setelah selesai Justyn Vicky kembali dibawa ke ruang ICU dengan bantuan alat napas. "Di ruang operasi pasien tentu dimonitoring secara ketat. Dan, memang dalam hal ini tindakan operasi yang dilakukan untuk mengembalikan kembali tulang leher yang terjadi dislokasi itu. Karena organ (leher) di dalam memang ada saraf-saraf yang memang sangat vital sekali. Yang penting jalan tulangnya kita kembalikan seperti semula supaya diharapkan nanti bagus hasilnya," terangnya.
Namun, kondisi Justyn Vicky tidak membaik atau memburuk pada saat tengah malam. Tim dokter kembali melakukan stabilisasi kondisi pasien. Tetapi pada tanggal 17 Juli 2023 sekitar pukul 12.00 Wita, Justyn Vicky mengembuskan napas terakhir.
"Tim dokter yang merawat tetap melakukan tindakan yang terbaik untuk menstabilisasi tekanan darahnya. Dan dari pukul 8 (malam) sampai 11 (malam) mengalami perburukan, kita tetap melaksanakan menstabilkan dan sekitar pukul 12.00 Wita, pasien mengembuskan napas terakhir dan tidak bisa diselamatkan," ujarnya.
Sementara, Prof Dr dr I Ketut Suryana selaku Perwakilan Komite Etik RSUD Wangaya mengatakan bahwa tulang leher belakang itu merupakan batang otak atau pusat yang menyambung ke jantung dan napas. "Dan saraf-saraf di tulang belakang itu merupakan pusat dari segala jantung dan pernapasan. Istilahnya central regulator kita di situ. Kalau misalnya pergeseran itu kita biarkan, tentu kita tidak bisa berharap sesuatu," ujarnya.
Sebelumnya, seorang binaragawan bernama Justyn Vicky (34) tewas saat melakukan angkat beban di sebuah pusat kebugaran The Paradise Gym Bali, di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar Selatan, Bali, pada Sabtu (15/7) sekitar pukul 10.00 WITA.
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan mengatakan, bahwa korban mengalami patah leher dan akhirnya meninggal dunia.
"Korban mengalami patah leher hingga meninggal," kata Kombes Jansen, Minggu (23/7) sore.