Demo Aliansi Mahasiswa Papua di Malang Berujung Rusuh
Merdeka.com - Aksi demontrasi massa yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRIWP) di Kota Malang, Jawa Timur berujung rusuh. Massa terlibat aksi saling lempar dengan masyarakat di sekitar perempatan Rajabali arah Jalan Kahuripan.
Massa berjumlah sekitar 70 orang awalnya hendak menggelar aksi menuju Balaikota dari Alun-Alun Kota Malang. Mereka berencana melalui jalan Jalan Basuki Rahmad dan Jalan Kahuripan.
Selama perjalanan massa tertahan di Jalan Kahuripan samping BCA oleh polisi yang melakukan pengamanan. Saat itu massa tertahan tetapi terus melakukan orasi.
-
Apa yang terjadi saat pasukan Mataram menyerang Malang? Pasukan Bupati Ronggosukmo jumlahnya lebih sedikit dari pasukan Tumenggung Alap-alap, namun berhasil mempertahankan daerahnya dari serangan pasukan Kerajaan Mataram.
-
Bagaimana warga Malang menghalangi pasukan Mataram? Setelah berhasil menyingkirkan pohon-pohon tumbang dan siap menduduki Malang, pasukan Kerajaan Mataram diadang pasukan Bupati Malang saat itu, Ronggosukmo.
-
Apa yang dilakukan para perusuh di Ambon? Saat kerusuhan, para perusuh menjarah gudang senjata milik aparat di Tantui. Sebanyak 900 senapan, pistol dan granat hilang. Tak heran konflik di Ambon sangat berdarah. Senjata dari luar daerah dan luar negeri terus mengalir ke Ambon.
-
Kenapa massa di Jayapura protes ke KPU? Massa yang hadir menduga ada pelanggaran seperti pengurangan, penambahan, hingga pengalihan suara yang dilakukan PPS dan PPD kepada dari caleg lain. Mereka menyebut kecurangan itu tidak hanya terjadi untuk pemilihan caleg DPRD Kabupaten Jayapura, caleg DPRD Papua, hingga caleg DPR RI.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
Massa berusaha dilokalisir sambil dilakukan negosiasi oleh pihak keamanan agar tidak melanjutkan aksi. Karena bersamaan aksi itu muncul sekelompok massa dari arah berlawanan yang tidak setuju dengan aksi mereka.
Beberapa warga dari arah Balaikota atau Jalan Kahuripan, dengan jumlah seimbang meneriakkan penolakan. Massa menganggap demo AMP mengganggu ketertiban umum.
"Hai Pulang, mengganggu ketertiban umum saja di Malang," kata sekelompok massa.
Kedua pihak pun akhirnya saling mengolok hingga terlibat aksi saling lempar batu dan kejar-kejaran. Aksi lempar dan kejar-kejaran terjadi di sepanjang jalan Basuki Rahmad dengan memanfaatkan bebatuan seadanya di pinggir jalan.
"Sampai lempar-lemparan, kejar-kejaran, batu melayang. Itu sampai lampu merahnya pecah," kata Andik Dwi Bactiar, warga setempat di sekitar lokasi, Kamis (15/8).
Kejadian tersebut kontan membuat suasana di sekitar lokasi sempat tegang sekitar 20 menit. Aksi saling lempar antara kedua massa sempat membuat jalanan macet hingga kemudian berhasil dikondisikan oleh pihak keamanan.
"Sempat ganggu jalur lalu lintas juga," katanya.
Massa AMP pun diamankan dengan dipaksa menaikkan ke atas truk polisi. Mereka diamankan meninggalkan lokasi. Tampak di antara mereka mengalami luka-luka akibat lemparan batu.
"Saya tadi langsung masuk, karena mereka anak-anak Papua sudah sampai di sini," kata Abdullah, penjaga parkir.
Kapolresta Malang Kota, AKBP Asfuri mengatakan, sempat terjadi aksi saling lempar antara massa AMP dan masyarakat. Namun kondisi tersebut hanya berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya berhasil dikendalikan.
Polisi bersiaga karena massa AMP membawa pesan dan aspirasi yang dilarang dalam ketentuan berdemontrasi.
"Persyaratan salah satu mengajukan unjuk rasa, tidak boleh mengganggu persatuan, dalam orasi mereka selalu menyuarakan Papua Merdeka, ingin memisahkan diri dari Indonesia. Kami melakukan tindakan untuk membubarkan, berdasarkan aturan tersebut," tegas Asfuri di lokasi.
Massa dari berbagai daerah tersebut selanjutnya dipulangkan ke rumah masing-masing. Polisi tidak melakukan penahanan terhadap massa aksi.
"Ini kita kembalikan ke rumah mereka. Kita tidak melakukan panahan, sempat dilakukan pengamanan di depan UMM," katanya.
Kejadian sekitar pukul 09.00 WIB itu, saat ini sudah dalam kondisi normal. Hanya tampak beberapa sisa bebatuan sisa lemparan dan lampu merah yang sedikit pecah. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi terkait RUU Pilkada di Semarang berakhir ricuh. Puluhan mahasiswa harus dirawat di rumah sakit dan puluhan lainnya ditahan polisi
Baca SelengkapnyaPolisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Tak berselang lama, satu unit pete-pete terbakar tepat di depan halte Unibos Makassar.
Baca SelengkapnyaMereka coba kembali mendekati gedung DPRD sambil melempar botol, kayu dan batu.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat kembali jadi sasaran demonstrasi.
Baca SelengkapnyaSpontan anggota yang lain langsung melindunginya dengan tameng plastik dan diarahkan menjauh dari lokasi.
Baca SelengkapnyaKelompok Anarko ini menyusup dan melarikan diri ke sejumlah kampus yang sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa.
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa ini menyuarakan penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaSaling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaDelapan mahasiswa yang melakukan demo ditetapkan polisi sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaKedua kubu awalnya hanya saling beradu argumen, namun situasi kian panas hingga diwarnai lemparan batu dan botol air mineral.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca Selengkapnya