Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ekspedisi Pamalayu, Benarkah Dulu Singasari Menaklukkan Melayu?

Ekspedisi Pamalayu, Benarkah Dulu Singasari Menaklukkan Melayu? Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan di musium nasional. ©2019 Merdeka.com/hari ariyanti

Merdeka.com - Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengkritik narasi sejarah yang selama ini tercatat terkait ekspedisi Pamalayu. Dalam catatan sejarah tertulis, sekitar 750 tahun lalu disebutkan pelayaran Kerajaan Singosari menuju Sumatera atau tepatnya Kerajaan Dharmasraya sebagai upaya penaklukan Singosari atas Dharmasraya atau penaklukan Jawa atas Sumatera.

Menurutnya hal itu keliru dan dianggap ganjil oleh para generasi muda Dharmasraya. Dia pun mempertanyakan narasi 'penaklukan' yang tercatat dalam arsip.

"Kami sebagai generasi penerus Dharmasraya merasa ada yang aneh dengan narasi penaklukan. Kalau memang penaklukan, mungkinkah mereka membawa hadiah arca Amogapasa untuk Raja Dharmasraya? Sementara arca Amogapasa adalah lambang kasih sayang. Kalau memang penaklukan, mungkinkah Singosari membawa dua putri Dharmasraya; Dara Petak dan Dara Jingga yang kemudian menjadi istri raja di Jawa, anak dari putri itu kemudian menjadi penguasa di Pulau Jawa. Apakah itu sebuah penaklukan?" jelasnya dalam pembukaan Festival Pamalayu dan juga diskusi Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (22/8)

Dalam kesempatan itu, Sutan Riska menceritakan pengalamannya di Museum Nasional saat dia berada di sebelah arca Bhairawa, yang berasal dari Kabupaten Dharmasraya. Saat itu di mendengar pemandu menjelaskan kepada pengunjung dengan mengatakan bahwa arca Bhairawa adalah bukti Majapahit menguasai Sumatera.

"Itu salah sekali. Mohon maaf sebelumnya, koleksi patung yang di museum ini adalah berasal dari negeri Dharmasraya tidak dituliskan dengan jelas asalnya," jelasnya.

Festival Pamalayu yang akan berakhir pada 7 Januari 2020 ini juga bertujuan untuk mengangkat kembali ekspedisi Pamalayu. Dengan maksud untuk meluruskan apa yang selama ini keliru dinarasikan.

"Begitulah jauhnya kita meninggalkan sejarah. Inilah yang hendak kita luruskan agar generasi penerus bisa kembali kepada alur sejarah, minimal dimulai dari gedung yang bertuah ini. Jadi inilah salah satu dasar kami mengadakan Festival Pamalayu berangkat dari sejarah ekspedisi Pamalayu, sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh Kerajaan Singosari menuju kerajaan Dharmasraya yang disebut sebagai negeri emas," terangnya.

Ekspedisi Bukan Operasi Militer

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid langsung menanggapi protes dari Bupati Dharmasraya. Hilmar meminta langsung kepada Kepala Museum Nasional untuk mengganti keterangan terkait arca Bhairawa yang ada di Museum Nasional.

"Hal yang perlu kita koreksi. Segera, Pak. Di sini Kepala Museum Nasional ada juga bersama kita. Ini cepat saja kalau memang harus dikoreksi hari ini kita kerjakan," ujarnya.

bupati dharmasraya sutan riska tuanku kerajaan di musium nasional©2019 Merdeka.com/hari ariyanti

Terkait ekspedisi Pamalayu yang dinarasikan sebagai upaya penaklukan, Hilmar menyampaikan penggunaan kata 'ekspedisi' jika ditinjau dari historiografi adalah istilah yang dipakai orang Belanda ketika membicarakan ekspansi kekuasaan ke seluruh Nusantara.

"Boleh jadi di dalam historiografi kita, ekspedisi Pamalayu ini masuk dalam historiografi nasional kita karena tidak disaring lagi sehingga menggunakan tata bahasa ekspedisi," jelasnya.

Sejarawan ini menyampaikan, perlunya meninjau kembali istilah yang digunakan dalam penulisan sejarah (historiografi). Karena pemilihan kata juga memiliki esensi penting.

"Mungkin kita memikirkan kembali istilah-istilah yang kita gunakan itu. Saya kira urusan kata-kata ini menjadi sangat penting di dalam penulisan sejarah dan pemahaman sejarah kita," ujarnya.

Di masa kerajaan dulu, kerajaan Singosari melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk membuka hubungan. Dalam setiap hubungan antar kerajaan, ada hal manis dan pahit yang tercatat di dalam sejarah. Dia juga menerangkan bahwa Singosari pada masa itu melakukan perjalanan tidak dalam posisi dominan untuk menguasai yang lain. Hubungan pernikahan antar anggota kerajaan dan juga pemberian arca merupakan tanda bahwa ekspedisi itu merupakan perjumpaan antara dua kekuatan yang setara. Dasar interaksi antara kerjaan bukan untuk mengalahkan yang lain tapi demi kemakmuran bersama.

"Tentu dalam hubungan itu ada manisnya, ada pahitnya. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan seperti itu," jelasnya.

"Sekarang 750 tahun setelah terjadinya peristiwa sejarah itu bagaimana kita ingin memahaminya. Saya kira itu adalah topik dari diskusi kita. Kita melihat kembali sejarah secara jernih," lanjutnya.

Dirjen Kebudayaan, lanjutnya, mendukung penuh upaya meninjau dan menuliskan kembali sejarah ekspedisi Pamalayu agar tidak dilupakan dan tidak ada kekeliruan. Dengan demikian para generasi muda lebih mengenal sejarahnya.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Ada Kendaraan Dewa Siwa Peninggalan Masa Hindu
Mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Ada Kendaraan Dewa Siwa Peninggalan Masa Hindu

Peninggalan yang menarik adalah situs batu yang dipercaya merupakan kendaraan Dewa Siwa dalam kebudayaan Hindu di India.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Petilasan Gilanglipuro Bantul, Dulu Dipercaya Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Mengunjungi Petilasan Gilanglipuro Bantul, Dulu Dipercaya Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Di dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati

Baca Selengkapnya
Kisah Bujangga Manik, Si Petualang dari Kerajaan Sunda Kuno yang Mencatat Perjalanannya Keliling Jawa
Kisah Bujangga Manik, Si Petualang dari Kerajaan Sunda Kuno yang Mencatat Perjalanannya Keliling Jawa

Bujangga Manik terus berpetualang dan mencatatnya di naskah daun palem yang sudah disiapkan.

Baca Selengkapnya
Melihat Tasikmalaya saat Zaman Kerajaan di Museum Galunggung, Ada Kursi Bupati Tahun 1745
Melihat Tasikmalaya saat Zaman Kerajaan di Museum Galunggung, Ada Kursi Bupati Tahun 1745

Di Museum Galunggung pengunjung bisa melihat perubahan Tasikmalaya sejak zaman kerajaan.

Baca Selengkapnya
Bungker Zaman Majapahit Ditemukan, di Dalamnya Penuh dengan 'Harta Karun'
Bungker Zaman Majapahit Ditemukan, di Dalamnya Penuh dengan 'Harta Karun'

Fenomena bumi terbelah berupa bungker kuno peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di Gresik.

Baca Selengkapnya
Pemancing Temukan
Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun

Situs kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.

Baca Selengkapnya
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang

Berkunjung ke museum yang terletak di Sumatera Selatan ini terdapat ribuan jenis koleksi dari zaman pra-sejarah hingga masa kerajaan.

Baca Selengkapnya
Menguak Situs Batu Megalitik Pasemah, Lanskap Peradaban Sumatra Selatan di Lereng Gunung Dempo
Menguak Situs Batu Megalitik Pasemah, Lanskap Peradaban Sumatra Selatan di Lereng Gunung Dempo

Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib

Baca Selengkapnya
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit

Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya

Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.

Baca Selengkapnya
Mengenal Budaya Sunda Masa Silam di Museum Sri Baduga, Ada Arca Zaman Megalitik hingga Alat Dapur Kuno
Mengenal Budaya Sunda Masa Silam di Museum Sri Baduga, Ada Arca Zaman Megalitik hingga Alat Dapur Kuno

Di sini, jejak masyarakat Sunda sejak zaman prasejarah tersimpan apik.

Baca Selengkapnya
Taman Purbakala Sriwijaya, Bekas Kawasan Pemukiman dengan Ragam Jenis Peninggalannya
Taman Purbakala Sriwijaya, Bekas Kawasan Pemukiman dengan Ragam Jenis Peninggalannya

Peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.

Baca Selengkapnya