Heboh Uang Palsu di Makassar, Bank Indonesia Ungkap Ciri-Ciri dan Kualitasnya
Bank Indonesia mengungkapkan uang palsu di Makassarmemiliki kualitas rendah dan dapat dengan mudah diidentifikasi melalui metode sederhana.
Peredaran uang palsu kembali menjadi sorotan, kali ini di Kabupaten Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa uang palsu yang terdeteksi memiliki kualitas yang sangat rendah, sehingga dapat dikenali dengan mudah menggunakan metode sederhana. Penemuan ini sekaligus mengingatkan masyarakat akan pentingnya memahami cara membedakan antara uang asli dan uang palsu.
Berdasarkan hasil penelitian BI, uang palsu tersebut diproduksi dengan teknik yang sederhana, seperti menggunakan printer inkjet dan sablon biasa. Tidak ada elemen pengaman uang yang berhasil dipalsukan, seperti benang pengaman atau watermark. Fakta ini sejalan dengan penemuan dari pihak Polri yang menemukan bahwa mesin cetak yang digunakan hanyalah mesin cetak biasa. Meskipun kasus ini menunjukkan bahwa kualitas uang palsu masih jauh dari standar uang asli, BI tetap mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Kenapa uang palsu di Garut diedarkan? Polisi menangkap dua pelaku atas dugaan membuat dan mengedarkan uang palsu,“ katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (14/8).
-
Siapa yang edarkan uang palsu di Garut? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Bagaimana cara mengenali ciri-ciri uang mutilasi? Ciri-ciri uang mutilasi atau uang rupiah yang diduga dirusak secara sengaja, yaitu apabila tanda-tanda kerusakan fisik uang rupiah tersebut meyakinkan Bank Indonesia adanya dugaan unsur kesengajaan, misalnya terdapat bekas potongan dengan alat tajam atau alat lainnya, benang pengaman hilang seluruhnya atau sebagian karena dirusak, dan atau jumlah uang rupiah yang ditukarkan relatif banyak dengan pola kerusakan yang serupa, serta terdapat nomor seri yang berbeda dalam satu lembar yang sama.
-
Bagaimana ciri khas rasa makanan Makassar? Meskipun kuliner di Kota Makassar identik dengan penggunaan bumbu rempah, namun rasanya nggak begitu berat dan enek saat masuk ke mulut. Sehingga bisa kamu santap berkali-kali hingga puas.
Untuk itu, edukasi mengenai keaslian uang terus digalakkan melalui kampanye nasional dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Masyarakat juga diajak untuk mengenali ciri-ciri uang asli dengan menerapkan metode 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam memilah uang yang mereka terima, sehingga terhindar dari kerugian akibat uang palsu.
Kronologi Penemuan Uang Palsu di Makassar
Kasus ini dimulai dari laporan mengenai peredaran uang palsu di sekitar UIN Makassar, Kabupaten Gowa. Setelah dilakukan pemeriksaan, Bank Indonesia (BI) mengonfirmasi bahwa uang palsu tersebut memiliki kualitas yang sangat rendah dan mudah dikenali. Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, menjelaskan bahwa uang palsu tersebut tidak dilengkapi dengan unsur pengaman seperti benang pengaman, watermark, dan electrotype. Dukungan terhadap pernyataan ini juga datang dari Polri yang menemukan barang bukti berupa mesin cetak biasa yang digunakan untuk mencetak uang palsu.
Teknik pencetakan yang digunakan oleh pelaku hanya sebatas inkjet printer dan sablon, tanpa memanfaatkan teknologi canggih seperti cetak offset. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku memiliki keterbatasan dalam proses pencetakan uang palsu.
Selain itu, ketika diperiksa dengan sinar ultraviolet (UV), uang palsu tersebut menunjukkan perbedaan yang mencolok. Pendaran yang dihasilkan berbeda dari uang asli, baik dari segi lokasi, warna, maupun bentuk. Fakta ini menegaskan bahwa kualitas uang palsu tersebut masih jauh di bawah standar uang Rupiah yang asli.
"Uang palsu yang ditemukan berpendar di bawah lampu UV berkualitas sangat rendah pendaran yang berbeda baik dari segi lokasi, warna, dan bentuk dengan uang rupiah asli," ungkap Marlison Hakim di Jakarta, Selasa (31/12) yang dikutip dari ANTARA.
Metode Identifikasi Uang Palsu
Bank Indonesia mendorong masyarakat untuk menerapkan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) dalam mengidentifikasi uang yang asli. Dengan menggunakan metode ini, masyarakat, termasuk yang tidak berpengalaman, dapat dengan mudah membedakan antara uang asli dan uang palsu. Teknik ini terbukti menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah peredaran uang palsu.
Dalam aspek "dilihat," masyarakat disarankan untuk memeriksa elemen-elemen visual seperti gambar utama, tulisan, dan nomor seri yang ada pada uang tersebut. Sedangkan untuk "diraba," tekstur khas pada uang asli dapat dirasakan pada bagian tertentu, seperti angka nominal dan logo Bank Indonesia. Adapun pada aspek "diterawang," masyarakat dapat melihat elemen pengaman, seperti watermark dan benang pengaman, yang hanya terdapat pada uang yang asli.
Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan panduan lengkap tentang cara mengenali uang asli melalui situs resmi mereka. Dengan terus melakukan edukasi, diharapkan masyarakat akan lebih siap menghadapi potensi peredaran uang palsu di lingkungan mereka.
Tren Penurunan Kasus Uang Palsu
Menurut informasi yang diperoleh dari Bank Indonesia, terdapat penurunan yang signifikan dalam peredaran uang palsu dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2024, rasio uang palsu tercatat hanya 4 ppm (pieces per million), yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 5 ppm. Penurunan ini mencerminkan keberhasilan strategi Bank Indonesia dalam meningkatkan kualitas uang serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Selain itu, penguatan unsur pengaman pada uang Rupiah juga berkontribusi terhadap hal ini. Dengan menggunakan teknologi cetak yang lebih modern dan bahan berkualitas tinggi, pemalsuan uang menjadi semakin sulit dilakukan.
Kolaborasi antarinstansi dalam Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal) juga memiliki peran penting dalam menanggulangi peredaran uang palsu. Salah satu upaya edukasi yang dilakukan adalah melalui kampanye "Cinta, Bangga, Paham Rupiah".
Kampanye ini merupakan langkah strategis dari Bank Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga keaslian uang Rupiah. Melalui sosialisasi yang dilakukan secara langsung maupun melalui media digital, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan mengenali ciri-ciri uang yang asli.
Implikasi Hukum Pemalsuan Uang
Pemalsuan uang tidak hanya berdampak negatif pada perekonomian, tetapi juga merupakan pelanggaran hukum yang serius. Menurut Pasal 36 UU Mata Uang, individu yang terlibat dalam pemalsuan uang dapat dijatuhi hukuman penjara selama sepuluh tahun dan denda maksimum sebesar Rp10 miliar. Di sisi lain, mereka yang secara sadar mengedarkan uang palsu dapat menghadapi konsekuensi yang lebih berat, yaitu hukuman penjara hingga 15 tahun dan denda mencapai Rp50 miliar.
Selain itu, tindakan merusak uang Rupiah, seperti membelah atau mencoret, diatur dalam UU No. 7 Tahun 2011. Pelaku yang dengan sengaja merusak uang dapat dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun dan denda maksimal Rp1 miliar.
Aturan ini bertujuan untuk menjaga kehormatan Rupiah sebagai simbol negara. Bank Indonesia (BI) juga mengingatkan masyarakat agar merawat uang Rupiah dengan baik melalui penerapan "5 Jangan": yaitu jangan dilipat, jangan dicoret, jangan distapler, jangan diremas, dan jangan dibasahi.
Peran Edukasi dalam Mencegah Peredaran Uang Palsu
Edukasi berperan penting dalam upaya mencegah peredaran uang palsu. Bank Indonesia secara proaktif melaksanakan sosialisasi mengenai keaslian uang melalui berbagai saluran. Kampanye edukasi ini mencakup penjelasan mendalam mengenai ciri-ciri uang asli dan pentingnya penerapan metode 3D.
Selain itu, BI juga menjalin kerja sama dengan berbagai instansi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya uang palsu. Kegiatan ini meliputi pelatihan bagi pelaku usaha, edukasi di lingkungan sekolah, serta penyebaran informasi melalui media sosial. Semua upaya ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama di masyarakat.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, BI berharap dapat mengurangi kasus peredaran uang palsu hingga ke tingkat yang lebih rendah. Edukasi dan teknologi menjadi fondasi utama dalam mewujudkan hal ini.
Apa saja langkah-langkah untuk mengidentifikasi uang asli menggunakan metode 3D?
Metode 3D terdiri dari tiga aspek, yaitu melihat, meraba, dan menerawang. Aspek melihat berkaitan dengan pemeriksaan elemen visual dari suatu objek. Sementara itu, meraba mengacu pada kemampuan untuk merasakan tekstur yang khas dari uang asli. Terakhir, menerawang melibatkan pengamatan terhadap elemen pengaman, seperti watermark, yang terdapat pada uang tersebut.
Apa sanksi yang dikenakan kepada pelaku pemalsuan uang?
Seorang pelaku kejahatan dapat dijatuhi hukuman penjara selama maksimal 10 tahun dan dikenakan denda hingga Rp10 miliar. Di sisi lain, bagi pengedar uang palsu, ancaman hukuman yang diterima jauh lebih berat.
Apa perkembangan terkini terkait uang palsu di Indonesia?
Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Bank Indonesia, terdapat penurunan signifikan dalam rasio uang palsu di Indonesia. Rasio tersebut turun dari 9 per juta (ppm) pada tahun 2020 menjadi hanya 4 ppm pada tahun 2024.
Bagaimana Bank Indonesia (BI) dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai uang asli?
Bank Indonesia (BI) melaksanakan kampanye edukasi dengan tema "Cinta, Bangga, Paham Rupiah". Kampanye ini dilakukan melalui berbagai metode sosialisasi, baik secara langsung maupun melalui platform digital.