Kisah tragis siswa SMP meninggal saat hindari razia guru
Merdeka.com - Sungguh malang nasib Putra Perdana Hermawan. Siswa kelas VII-D SMP Negeri 163 Pasar Minggu Jakarta Selatan itu tewas mengenaskan di sekolahnya. Peristiwa tragis itu terjadi pada Jumat (10/10) sekitar pukul 10.00 WIB sebelum jadwal istirahat sekolah.
Banyak yang prihatin dan menyesalkan kejadian ini. Sebab tak seharusnya nyawa Putra hilang sia-sia hanya karena ketakutan menghindari razia para gurunya. Seyogyanya kasus semacam ini bisa menjadi pelajaran bagi dunia pendidikan Indonesia.
Berikut kisah Putra Perdana Hermawan meninggal seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (11/10) pagi:
-
Siapa yang gugur di halaman sekolah? Seorang pemuda TRIP bernama Moeljadi meninggal dunia di halaman sekolah dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan RI.
-
Kapan kecelakaan tragis itu terjadi? Kembali ke tahun 1980-an, di mana kejadian memilukan ini berlangsung.
-
Siapa yang meninggal dalam insiden ini? Yang lebih memilukan, kedua teknisi itu masih sangat muda, berusia 19 tahun dan 21 tahun.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
Jatuh dari lantai 4
Penyebab Putra tewas karena terjatuh dari lantai 4 gedung sekolahnya. Peristiwa ini langsung membuat siswa lainnya panik dan berhamburan keluar ruangan kelas.Menurut penuturan Guru Olahraga bernama Angkodo, kejadian itu begitu sangat cepat. Putra terjatuh sekitar pukul 10.00 WIB sebelum istirahat sekolah dan langsung mengeluarkan banyak darah."Pas jatuh langsung keluar banyak darah dari hidung sama telinga," ujarnya saat ditemui di lokasi.Pada saat kejadian, Angkodo mengaku langsung mengangkat anak itu dengan mobil pinjaman warga sekitar untuk segera dibawa ke Rumah Sakit (RS) Siaga Raya Jakarta Selatan. Namun nahas, siswa itu ternyata tak dapat ditolong lagi sesampainya di RS.
Hindari razia HP
Informasi yang dihimpun merdeka.com, pihak SMP Negeri 163 memang menerapkan peraturan melarang siswa-siswinya membawa HP. Putra panik dan ingin menyembunyikan HP-nya di sela-sela genteng sekolah lewat kelasnya, lalu terpeleset hingga terpelanting ke bawah."Anak itu jatuh dari lantai 4 karena anak itu mau ngumpetin HP. Terus lari-lari nggak tahu kesenggol atau gimana terus dia jatuh dari lantai 4," kata Guru Olahraga SMPN 163, Angkodo."Waktu dia jatuh emang udah parah tapi belum meninggal, cuma banyak keluar darah. Setengah 12 keluarga udah dateng ke rumah sakit dan dokter bilang anak ini udah nggak bisa ditolong," tambah dia.
Guru sebut tak ada razia HP
Menurut Guru IPS SMP Negeri 163, Sulasri, pada saat kejadian itu pihaknya sama sekali tak mengadakan razia HP. Namun diduga Putra sudah parno kemudian menjadi panik."Karena takut ada razia, padahal enggak ada razia. Dia karena anak baik, jadi bantuin temennya ngumpetin HP di sela-sela genteng," ujar Sulasri.
Putra dikenal siswa yang baik dan pintar
Menurut penuturan beberapa guru, Putra ternyata dikenal sebagai siswa yang baik dan berprestasi di kelasnya."Putra itu anak baik, pinter, nilainya tertinggi dari teman sekelas," kata Guru IPS SMPN 163, Sulasri, saat ditemui di lokasi, Jumat (10/10).Sepengetahuan Sulasri, Putra jatuh terpeleset dari lantai 4 karena mau membantu menyembunyikan handphone (HP) milik temannya. Sebab pihak sekolah memang melarang siswa-siswinya membawa HP saat ke dalam lingkungan sekolah.Usai kejadian itu, sebagian besar siswa tampak tegang dan ketakutan. Polisi pun masih menyelidiki kasus ini.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelajar SMP ditemukan tewas di belakang sekolahnya pada pagi tadi, Senin (9/10).
Baca SelengkapnyaSiswa kelas VII itu meninggal dunia karena tenggelam di Sungai Cileuluy saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Baca SelengkapnyaKorban meninggal sesaat setelah tiba di rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
Baca SelengkapnyaJarak sungai dengan sekolah tidak sampai satu kilometer.
Baca SelengkapnyaDari 11 korban meninggal dunia, 10 di antaranya adalah siswa dan guru SMK Lingga Kencana, Depok
Baca SelengkapnyaKapolsek Cengkareng, Kompol Hasoloan Situmorang mengatakan, pihaknya tengah mendalami dugaan adanya kelalaian dari pihak sekolah.
Baca SelengkapnyaKecelakaan terjadi karena pengendara sepeda motor terjatuh saat menghindari lubang yang ada di sisi kiri jalan
Baca Selengkapnya10 Siswa dan guru SMK Lingga Kencana Depok tewas usai kecelakaan tersebut
Baca SelengkapnyaIbunda korban, Yuliana menceritakan peristiwa memilukan itu terjadi pada Kamis 19 September 2024.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Putu Satria Ananta Rustika (19) alias P, menjadi korban penganiayaan seniornya
Baca SelengkapnyaSeorang siswa SD tewas tertimpa tembok roboh saat sedang berwudu di Masjid Raya Lubuk Minturun.
Baca SelengkapnyaKasus tersebut ditangani Kanit Laka Polresta Padang. Pelaku sedang diperiksa Polresta Padang.
Baca Selengkapnya