Mengurai Polemik Peleburan SD dan Pembangunan Trotoar di Margonda Depok
Merdeka.com - Rencana peleburan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Cina (Pocin) 1 Depok berlangsung karut marut. Pemerintah Kota Depok berencana merelokasi sekolah tersebut ke sekolah lain, lantaran di lokasi itu akan dibangun Masjid Agung. Namun rencana tersebut ditolak lantaran tidak ada sosialisasi kepada wali murid.
Siswa sudah diminta untuk melakukan belajar dari rumah (BDR) sejak 7-11 November. Namun masih banyak siswa yang datang untuk belajar di sekolah. Sejumlah wali murid pun memprotes kebijakan yang dianggap minim sosialisasi. Bahkan sempat beredar video yang berisi bahwa akses masuk sekolah tertutup proyek trotoar.
"Ya Allah jalanan ke sekolah aja ditutup coba? Gimana coba anak-anak mau masuk sekolah separah inikah sekolah? Ini sekolah loh masih berjalan loh masa jalanannya ditutup," kata seorang wanita yang merekam video tersebut, Kamis (10/11).
-
Kenapa Desa Kepucukan dikosongkan? Akibat tragedi ini, Desa Kepucukan dikosongkan dan warganya harus pindah ke tempat lain.
-
Mengapa Kampung Bong Suwung direlokasi? 'Kami sangat perhatian terhadap keselamatan perjalanan kereta api. Kondisi di sini sangat rawan kecelakaan karena frekuensi dan kecepatan kereta api yang semakin bertambah. Selain itu kondisi ini juga membahayakan keselamatan warga yang bermukim di sini,' kata Bambang dikutip dari ANTARA.
-
Kenapa Pondok Pesantren Musthafawiyah dipindahkan? Lantaran daerah tersebut dilanda banjir, maka ponpes terpaksa dipindahkan ke Desa Purba Baru sampai sekarang ini.
-
Kenapa PKL direlokasi? Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmennya dalam mendukung misi Pemerintah Kota Bandung untuk dapat memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menghadirkan lokasi berjualan yang layak dan aman bagi para PKL sekaligus tempat makan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat sekitar.
-
Dimana sekolah itu berada? Peristiwa itu terjadi di Sekolah Al-Awda di Abasan al-kabira, bagian selatan Jalur Gaza dekat Khan Younis.
-
Bagaimana SD Negeri Butuh dibangun? Mengutip Kemdikbud.go.id, SD Negeri Butuh dibangun menggunakan model bangunan limasan dengan penutup atap dari genteng vlaam. Dindingnya terbuat dari bambu.
Wali murid mengaku tidak mendapat sosialisasi kalau di lokasi akan dibangun Masjid Agung. Wali murid tidak menolak relokasi, asalkan sudah ada lokasi baru yang pasti.
"Jadi dibangun dulu sekolahnya, baru sekolahnya dipindahkan. Jangan ini belum selesai, lalu kemudian ditampung di sekolah yang lain," kata Eci Tuasikal, kordinator orang tua siswa.
Dia menyebutkan, di lokasi tersebut ada dua sekolah yaitu SDN Pondok Cina 4 dan 1. Lalu muncul rencana peleburan sekolah pada tahun 2015 karena sekolah tidak punya lapangan. Informasi yang berbeda didapat wali murid kalau ternyata di lokasi akan dibangun Masjid Raya. Padahal siswa di sekolah tersebut berjumlah 300 lebih. Mereka ditampung sementara di dua sekolah berbeda yang hanya memiliki enam rombongan belajar (rombel). Dan para siswa juga harus belajar siang hari. Hal ini dianggap sangat mengganggu dalam kegiatan belajar.
"Artinya, itu tidak memenuhi tapi dipaksakan dan ada yang masuk pagi dan siang. Di dalam Permendikbub No 36 disebutkan bahwa sekolah tidak boleh ada dobel sif, harus pagi semua. Karena kalau siang anak-anak sudah tidak ada semangat belajar," tegasnya.
Di SDN Poncok Cina 1 ada 12 rombel dan ditampung di SDN Poncok Cina 5 serta SDN Pondok 3. Untuk kelas 1, 2 dan 6 ditampung di SDN Pondok Cina 5. Sedangkan kelas 3, 4 dan 5 ditampung di SDN Pondok Cina 3.
"Padahal awalnya informasi dari Dinas Pendidikan para siswa akan ditampung di satu sekolah," ujarnya.
Kisruh di sekolah ini membuat anggota DPRD Depok turun tangan. DPRD mengaku tidak mengetahui rencana pembangunan Masjid Agung di lokasi tersebut.
"Berkaitan dengan persoalan pembangunan sekolah, kita di DPRD tidak pernah diajak bicara oleh Pemkot apa tujuannya sekolah ini harus diubah menjadi masjid. Apakah memang betul di sini dibutuhkan betul keberadaan masjid itu? seperti itu. Ini juga tidak pernah dibicarakan," kata anggota Komisi D DPRD Depok, Babai Suhaimi.
Menurutnya, Pemkot Depok tidak boleh melakukan kebijakan yang bersifat sepihak. Seharusnya wali murid dilibatkan dalam kordinasi dan komunikasi. Babai menuturkan, Pemkot Depok menyalahi etika dalam penyelenggaraan pemerintahan.
"Dan belum pernah juga dibahas di dalam forum resmi DPRD, anggarannya dari provinsi berapa nilainya. Sudah masuk di APBD 2022 ini berapa nilainya kemudian kapan ditendernya, dan kapan dilaksanakannya, kapan DED-nya dibuat dan seterusnya itu tidak pernah dibicarakan sehingga kalau sekarang terjadi penolakan menurut saya hal yang wajar," tambahnya.
Pihaknya berencana memanggil Dinas Pendidikan Kota Depok dan wali murid pada Jumat (11/11) untuk berdiskusi mengenai masalah yang terjadi. "Kita diskusikan apa masalahnya yang harus kita carikan jalan keluar," tutupnya.
Terkait persoalan ini, Pemkot Depok menjamin siswa SDN Pondok Cina 1 tetap bisa belajar. Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono berkomitmen tetap memenuhi hak belajar semua peserta didik.
"Hak-hak belajar peserta didik tetap terjamin selama dan setelah proses pembangunan," kata Imam. Dikutip dari Antara.
Imam mengatakan bahwa pembangunan trotoar Jalan Margonda Raya tidak melanggar ketentuan, karena pemerintah kota sudah secara resmi menonaktifkan bangunan sekolah tersebut.
Namun, dia mengaku memahami keresahan warga berkenaan dengan trotoar yang menyulitkan siswa masuk ke sekolah selama pekerjaan pembangunan trotoar berlangsung.
Imam menjelaskan bahwa Dinas Pendidikan Kota Depok telah menyampaikan surat ke SDN Pondok Cina 1 pada 7 November 2022, berkenaan dengan penonaktifan bangunan sekolah tersebut.
"Sudah disosialisasikan oleh Dinas Pendidikan melalui kepala sekolah kepada seluruh orang tua dan wali murid," katanya.
Pemerintah Kota Depok menyatakan bahwa SDN Pondok Cina 1 bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar via daring dari 7 sampai 11 November 2022.
Mulai 14 November 2022, Imam mengatakan, kegiatan belajar mengajar tatap muka bagi siswa sekolah itu dilaksanakan di SDN Pondok Cina 3 dan SDN Pondok Cina 5.
Dia mengatakan bahwa pemerintah kota berencana menggunakan lahan tempat SDN Pondok Cina 1 berada untuk membangun Masjid Raya Margonda.
"Rencana pengalihan fungsi lahan SDN Pondok Cina 1 telah dicanangkan sejak tahun 2016. Hal ini mempertimbangkan keamanan peserta didik, karena lokasi bangunan sekolah berada di depan ruas jalan besar," katanya.
"Sekolah (SDN Pondok Cina 1) pinggir Margonda direlokasi ke dalam, lokasi lebih oke dan nyaman, aman," ia menambahkan.
Pemerintah Kota Depok, menurut Imam, akan menggelar dialog dengan orang tua siswa SDN Pondok Cina 01 untuk mencari solusi terbaik.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tua murid SDN Pocin 1 merasa kecewa dengan putusan PTUN Bandung yang menolak gugatan mereka.
Baca SelengkapnyaTahun ini, jumlah lulusan SD di Depok sebanyak 34.000 siswa. Namun daya tampung SMPN di Depok hanya untuk 9.000 siswa saja.
Baca SelengkapnyaTahun 2019 ponpes dipindah ke lokasi sekarang yang tanahnya milik Nasrullah.
Baca SelengkapnyaDinas Pendidikan Depok mencarikan sekolah agar 51 siswa itu dapat diterima di sekolah swasta.
Baca SelengkapnyaBangunan lapuk, dindingnya terkelupas dimana-mana, atapnya bocor
Baca SelengkapnyaKonflik antara Pondok Pesantren (ponpes) Khoirur Rooziqiin dengan warga Perumahan Caltex ternyata sempat sampai jalur hukum.
Baca SelengkapnyaIndikasi sekolah negeri sepi peminat sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. SD Negeri di Ponorogo tak dapat satu pun murid pada tahun baru.
Baca SelengkapnyaWarga sebelumnya menggelar aksi solidaritas karena banyak siswa dari keluarga miskin tidak diterima SMA Negeri 4 Depok.
Baca SelengkapnyaBeberapa sekolah kekurangan siswa. Namun kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Baca SelengkapnyaMasih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi agar Depok berhasil masuk dalam UNESCO Creative City Network.
Baca SelengkapnyaSejak didirikan pada 1993, bangunan sekolah ini tak tersentuh renovasi hinga kondisinya mengkhawatirkan.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, jika anak-anak tersebut sudah mau bersekolah di swasta, maka tidak masalah dengan psikologisnya.
Baca Selengkapnya