Tulisan 4 Nisan Kuno di Palembang Terungkap
Merdeka.com - Pekerja PT Waskita Karya menemukan tiga nisan kuno saat melakukan penggalian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Hingga Selasa (18/1) sore, satu nisan ditemukan lagi sehingga menjadi empat batu nisan. Meski belum diteliti, nisan itu disinyalir peninggalan Keraton Beringin Janggut.
Nisan-nisan itu ditemukan terkubur di kedalaman 1-1,5 meter, Kamis (14/1) malam. Demi keamanan, pekerja kembali menimbunnya dan dilakukan pengecoran di atasnya.
Secara fisik, nisan itu menyerupai bentuk nisan Kesultanan Demak dengan menggunakan aksara jawi. Tertulis di lingkaran atas nisan yang terbuat dari batu berupa perpaduan bahasa Arab dan melayu.
-
Siapa yang menemukan nisan di pasar? Di antara banyak pedagang, ternyata ada salah satu dari mereka yang tahu sejarah tersebut.
-
Dimana penemuan batu kuno itu? Temuan itu terjadi di kawasan bernama Plakia di Pulau Kreta Yunani.
-
Apa yang ditemukan di perapian kuno? Mereka menemukan biji-biji yang hangus di perapian kuno yang digunakan oleh manusia purba pemburu pengumpul pada 12.000 – 9.000 tahun yang lalu.
-
Apa yang ditemukan di Situs Batu Megalitik Pasemah? Situs Batu Megalitik Pasemah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti bidang arkeologi sejak zaman kolonial Belanda. Banyak dari mereka yang mendatangi Sumsel hanya untuk melihat situs megalitik yang kaya akan nilai sejarah.
-
Dimana artefak batu itu ditemukan? Senior menemukan batu pasir berwarna abu tua ketika sedang menyabit rumput di kebunnya.
-
Dimana artefak batu tersebut ditemukan? Artefak batu kuno yang terbuat dari obsidian tersebut terletak sejauh 3.218 kilometer dari Oregon Tengah.
Nisan jenis ini banyak terdapat di beberapa pemakaman lain di Palembang. Seperti pemakaman Kawah Tengkurep, Talang Kerangga, Kebon Gede dan Sabokingking.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Palembang Retno Purwanti menjelaskan, diperlukan penelitian mendalam untuk mengungkap dari mana nisan itu berasal. Tim verifikasi segera dibentuk untuk mengumpulkan data pendukung dan melakukan kajian secara komfrehensif.
"Perlu dilakukan penelitian mendalam untuk mengungkap misteri nisan-nisan itu," ungkap Retno, Selasa (18/1).
Penelitian dilakukan juga apakah nisan-nisan merupakan bagian dari makam atau sudah dipindahkan atau belum terpakai dan terkubur di dalam tanah. Dari pengamatan sementara, nisan-nisan itu diduga merupakan peninggalan Keraton Beringin Janggut pada abad berbeda, yakni abad 16 Masehi hingga abad 19 Masehi.
Dugaan ini dilihat dari bentuk nisan, konstur tanah berupa rawa dan dilakukan penimbunan untuk pusat ekonomi di masa penjajahan Belanda. Di situ juga terdapat Keraton Beringin Janggut (1662-1724).
"Bisa jadi ini bukti kuat peninggalan Keraton Beringin Janggut yang dulunya memang berada di kawasan Pasar 16 Ilir," ujarnya.
Retno menjelaskan, kawasan itu dikenal sebagai situs bersejarah. Hanya saja belum ditetapkan cagar budaya seperti Benteng Kuto Besak dan pemakaman Kawah Tengkurep.
"Karena belum ada data lengkap yang memadai sebagai syarat menjadi cagar budaya," kata dia.
Tulisan Nisan Terungkap
Dosen Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Mashur menjelaskan, keempat nisan kuno tersebut sudah terungkap yang tertulis tahun 1322 Hijriah atau 1904 Masehi.
Pada catatan batu nisan pertama, baris pertama tertulis Faqod Intiqolat, baris kedua Ila Rahmatillahi Abrar, baris ketiga menunjukkan nama, yakni Ni Aji Nadibah binti Abdul, dan baris keempat tertulis Al Aziz Palembani.
Batu nisan kedua, baris pertama tertulis Faqod Intiqol, barus kedua Ila Rahmatillah, baris ketiga Al Malikul Dorar Almarhum, baris keempat Haji Abdurahman, dan baris kelima bin Ismail.
Batu nisan ketiga, yakni baris pertama tertulis Faqod Intiqolat, baris kedua Ila Rohmatillahi Abrar Ni Haji Rosyidah, baris ketiga binti Haji Abdurrahman Raja, baris kempat Ismail Palembani.
Nisan kempat, baris pertama tertulis Wakana Wafatuhu, baris kedua Yaimil Isnain, baris ketiga 8 Rabi'ul Akhir, baris keempat Sanah 1322. Nama-nama yang tertulis di nisan itu diduga masih memiliki hubungan keluarga, terutama nisan kedua dan ketiga.
"Itu sepertinya makam keluarga, terlepas dari kesultanan apa enggak dia, tapi ini satu keluarga," ungkap Mashur.
Dikatakan, pada nisan kedua terdapat pecahan logam dan keramik. Ada juga nisan terbuat dari batu granit.
"Kemungkinan bangsawan dan bahan itu tidak ada di kita, yang terdekat dari Bangka Belitung," ujarnya.
Keraton Beringin Janggut
Negarawan Inggris Sir Thomas Stamford Raffles, sebelum menjabat sebagai Letnan Gubernur Hindia Belanda pernah melaporkan kepada atasannya, Lord Minto pada tahun 1810, Kesultanan Palembang Darussalam memiliki gudang-gudang yang penuh dengan emas yang sudah ditimbun sejak dulu oleh para leluhurnya. Dengan kekayaannya juga, kesultanan ini memiliki banyak keraton dan benteng di alur Sungai Musi.
Yakni Keraton Benteng Kuto Besak yang kini menjadi Benteng Kuto Besak, Keraton Kuto Gawang (tertua) yang sudah tak berbekas setelah terbakar akibat diserang VOC Belanda pada 1669 dan di lokasinya kini menjadi pabrik PT Pusri.
Kemudian Keraton Kuto Cerancangan yang berada di sekitar Sungai Tengkuruk dan dilakukan penimbunan menjadi Jalan Jenderal Sudirman, dan terakhir Keraton Kuto Lamo atau Kuto Tengkuruk. Keraton ini ludes terbakar dan kemudian dibangun residen Belanda yang saat ini menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Dan terakhir Keraton Beringin Janggut yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Wajar saja, pasar itu menjadi situs bersejarah penting.
Keraton Beringin Janggut dibatasi sungai-sungai yang saling berhubungan. Yakni Sungai Musi di selatan, Sungai Tengkuruk di sekitar barat, Sungai Penedan di sebelah utara, dan Sungai Rendang atau Sungai Karang Waru di sebelah timur. Keraton ini didirikan Sultan Abdurrahman setelah keraton pertama, yakni Kuto Gawang terbakar.
Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam Mi Mas Hindi memilih daerah Beringin Janggut sebagai keraton yang baru karena dinilai strategis sebagai tempat berlindung dan mengintai musuh.
Koordinator Sahabat Cagar Budaya (SCB) Palembang Robi Sunata menyebut sebelumnya tidak jejak dari Keraton Beringin Janggut. Dari penelusuran, keraton itu berada di sekitar Pasar 16 Ilir Palembang.
Dari geografis, Keraton Beringin Janggut berbeda dengan keraton lain yang banyak mengarah dan berada di pinggir Sungai Musi. Letak keraton ini letaknya lebih cenderung masuk ke daratan.
"Kami sering melakukan penelusuran terkait keberadaan Keraton Beringin Janggut. Lokasinya diperkirakan di antara gedung Pasar 16 dan pertokoan yang terbakar dulu," ujarnya.
Retno Purwati melihat belum pernah ada penelitian mengenai Keraton Beringin Janggut ini. Hal itulah membuat daga tertulis seperti sketsa tentang posisi, bentuk, dan ukuran keraton ini sulit ditemukan.
Dia berharap penemuan nisan kuno itu dapat menjadi pertanda terbukanya tabir tentang Keraton Beringin Janggut yang belum banyak diketahui masyarakat.
"Jika dilihat dari temuan ini, sudah membuktikan bahwa kawasan Pasar 16 Ilir Palembang merupakan situs bersejarah yang penting karena merupakan tempat Keraton Beringin Janggut," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan tiga kerangka manusia di area situs Kumitir, kompleks istana Majapahit, menyedot perhatian para peneliti.
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca SelengkapnyaSeorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.
Baca SelengkapnyaHarta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Baca SelengkapnyaPrasasti Wanua Tengah ditemukan pertama kali pada tahun 1890. Keberadaannya menjadi penting karena memuat 12 nama raja yang pernah bertahta di Mataram Kuno
Baca Selengkapnyasitus ini ditemukan secara tidak sengaja oleh kelompok transmigran pada 1957.
Baca SelengkapnyaPemkab Trenggalek tengah melakukan ekskavasi Situs Cagar Budaya Gondang di Desa Gondang, Kecamatan Tugu.
Baca SelengkapnyaSitus peninggalan era Mataram Kuno ini pernah jadi sasaran para pemburu harta karun.
Baca SelengkapnyaArtefak serupa juga ditemukan di Situs Trowulan, Mojokerto
Baca SelengkapnyaPrasasti itu diduga dipindahkan ke Belanda antara tahun 1822-1825.
Baca SelengkapnyaDulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca SelengkapnyaBekas permukiman elite zaman Majapahit ini ditemukan secara tidak sengaja oleh warga
Baca Selengkapnya