Tengah Ramai Dibahas, Ini Penjelasan IDAI Terkait Olahan ASI Perah menjadi Bubuk
Perubahan ASI menjadi bentuk bubuk saat ini tengah ramai. Ketahui panduan dan pendapat IDAI terkait hal ini.
Perubahan ASI menjadi bentuk bubuk saat ini tengah ramai. Ketahui panduan dan pendapat IDAI terkait hal ini.
-
Bagaimana cara ASI membantu ibu dan bayi? Kegiatan menyusui bisa membangun kedekatan jiwa antara ibu dan buah hati. Bonding antara ibu dan bayi yang mendapatkan ASI juga lebih baik dibandingkan yang tidak mendapatkan asupan ASI.
-
Apa manfaat ASI bagi ibu? Tak hanya bagi bayi, ASI juga memiliki sisi positif bagi ibu karena bisa memperkecil risiko terkena kanker ovarium daripada wanita lain yang memilih tidak memberikan ASI pada anaknya.
-
Kenapa ibu memilih ASI campur sufor? Beberapa ibu memilih untuk mencampur ASI dengan susu formula (sufor) dengan alasan tertentu.
-
Mengapa ASI ibu bisa berubah rasa? Bagi ibu menyusui, hal ini bisa menjadi pertimbangan penting, karena aroma kuat durian dapat memengaruhi rasa ASI dan mungkin memengaruhi nafsu makan bayi.
-
Kenapa ASI ibu menyusui terpengaruh? Kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh apa yang ibu makan.
-
Apa saja zat gizi yang didapat bayi dalam ASI? Pada lima menit pertama sesi menyusui, zat gizi yang dikeluarkan melalui ASI untuk bayi adalah karbohidrat dan protein. Sementara itu, lemak, yang dapat membuat bayi merasa kenyang, baru keluar pada lima menit terakhir atau sekitar menit ke-15.
Tengah Ramai Dibahas, Ini Penjelasan IDAI Terkait Olahan ASI Perah menjadi Bubuk
Pemberian air susu ibu (ASI) baik dengan menyusui langsung atau memerah merupakan dua metode yang biasa digunakan. Saat ini, tengah ramai dibahas mengenai satu teknik lagi yaitu pembekuan ASI.
Belakangan ini, metode pembekuan ASI dan konversinya menjadi bubuk, yang dikenal sebagai freeze-drying atau lyophilization telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat, terutama di media sosial.
Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan ASI dari 6 bulan menjadi 3 tahun dalam freezer, dengan alasan efisiensi penyimpanan dan kenyamanan bagi ibu yang ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr. Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), menyampaikan pandangan terkait metode ini. Dia mengemukakan bahwa proses freeze-drying, yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan air, dapat berdampak pada rasa dan kualitas ASI.
Namun, hingga saat ini, belum ada bukti penelitian yang memadai untuk menentukan apakah ASI yang dihasilkan melalui proses freeze-drying memiliki kandungan nutrisi yang tepat untuk bayi, termasuk zat aktif yang penting untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr. Naomi dilansir dari Antara.
Proses freeze-drying melibatkan pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 Celsius selama beberapa jam, diikuti dengan mengubah ASI beku menjadi bubuk menggunakan teknik sublimasi. Hal ini menghasilkan susu bubuk yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Namun demikian, proses pembekuan ASI konvensional yang sering dilakukan di rumah juga telah terbukti dapat menyebabkan perubahan fisik pada komponen utama ASI, seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, serta penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring dengan lamanya penyimpanan beku.
Salah satu kekhawatiran terkait penggunaan metode freeze-drying adalah tidak melalui proses pasteurisasi, yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya. Meskipun pasteurisasi dihindari untuk menjaga probiotik penting dalam ASI, hal ini meninggalkan risiko kontaminasi yang perlu diwaspadai, terutama saat air ditambahkan pada bubuk freeze-dried ASI sebelum dikonsumsi bayi.
“Menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” ujar Dr Naomi.
Oleh karena itu, menyusui tidak hanya sebatas memberikan nutrisi ASI, tetapi juga menciptakan hubungan yang mendalam antara ibu dan bayi.
Meskipun metode freeze-drying merupakan temuan relatif baru, namun belum ada bukti ilmiah yang memadai untuk mendukung penggunaannya. Sampai saat ini, tidak ada aturan atau rekomendasi resmi dari organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), American Academy of Pediatrics (AAP), atau Food and Drug Administration (FDA) terkait penggunaan metode ini.
Oleh karena itu, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mempromosikan atau menggunakan freeze-dried ASI, terutama bagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti bayi prematur atau bayi dengan gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.