Didirikan pada Abad ke-18, Ini 4 Fakta Sejarah Kesultanan Serdang
Merdeka.com - Sebelum berdirinya wilayah Deli Serdang, Sumatera Utara, terdapat sebuah kerajaan bernama Kesultanan Serdang. Kesultanan ini berdiri sekitar tahun 1723, dan kemudian berpisah dengan Deli akibat sengketa tahta kerajaan pada tahun 1720.
Seperti halnya kerajaan-kerajaan lain, Kesultanan Serdang sendiri menjadi salah satu yang termakmur khususnya di wilayah Pantai Timur Sumatra. Hal ini disebabkan pada saat itu banyak sekali pembukaan lahan seperti tembakau, karet, hingga kelapa sawit.
Kesultanan Serdang ini berkaitan erat dengan Panglima Armada Kesultanan Aceh Darussalam yaitu Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan. Di bawah kepemimpinannya, Sri Paduka Gocah Pahlawan berhasil menaklukkan beberapa wilayah kekuasaan di sepanjang Pantai Barat dan Timur Sumatera. Akhirnya, Sri Paduka Gocah Pahlawan menjabat sebagai pemimpin kerajaan tersebut.
-
Kapan Kesultanan Surosowan berdiri? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Kapan Kesultanan Perlak berdiri? Kerajaan ini berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur yang konon sudah berdiri antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292.
-
Kapan Kerajaan Singasari berdiri? Balas Dendam Ken Arok mengumumkan berdirinya Kerajaan Singasari pada tahun 1222.
-
Kapan kerajaan Paser dibentuk? Mengutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Suku Paser Tunan dan Suku Paser Balik berinduk kepada kerajaan besar yakni Paser pada abad ke-16 masehi.
-
Kapan Palembang didirikan? 16 Juni 682 Masehi Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasasti Kedukan Bukit, kota ini didirikan pada 16 Juni 682 Masehi.
-
Dimana kerajaan Singasari berada? Legenda Ken Dedes berhubungan dengan munculnya kerajaan Singasari di Jawa Timur.
Berpisah Dengan Kerajaan Deli
Melansir dari artikel "Kesultanan Serdang dan Jejak Peninggalannya" (2021) karya Herviyunita dkk, di bawah kepemimpinan Sri Paduka Gocah Pahlawan, Kerajaan Deli mendapat dukungan dari berbagai kerajaan-kerajaan kecil yaitu Kerajaan Surbakti dan Kerajaan Sunggal. Dukungan ini memicu roda pemerintahan di Kesultanan Deli berjalan sangat lancar.
Pada tahun 1641 M, Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan meninggal dunia, otomatis seluruh kekuasaan turun ke anaknya yang bernama Tuanku Panglima Perunggit. Dalam masa pemerintahannya, Kesultanan Aceh Darussalam mulai melemah.
Setelah jabatan putranya sampai tahun 1700 M, kemudian terjadi beberapa konflik dan perpecahan di Kesultanan Deli. Pemicunya adalah adanya pengaruh Kerajaan Siak di wilayah Sumatra Timur, lalu adanya perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya.
Puncak konflik terjadi pada tahun 1723 M, di mana Tuanku Umar Johan Alamsyah yang merupakan anak dari Tuanku Panglima Paderap (memerintah setelah Panglima Perunggit) kalah di medan pertempuran ketika melawan saudaranya sendiri. Akibatnya, dirinya bersama ibundanya (Permaisuri) itu terpaksa mengungsi ke kampung Besar. Pada saat itulah, di Kampung Besar berdiri sebuah pemerintahan baru yang bernama Kesultanan Serdang.
Zaman Keemasan
Kerajaan yang berdiri di Kampung Besar ini mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Thaf Sinar Baharshah (1817-1850). Pada masa ini rakyat Batak Hulu yang memeluk agama Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh adat Melayu yang bersumber pada ajaran Islam begitu kental.
Dari sisi ekonomi dan sosial, Kesultanan Serdang dalam keadaan yang aman, makmur, dan kondisi perdagangan saat itu berjalan cukup maju. Seperti halnya dengan hubungan perdagangan antara Serdang dengan Pulau Pinang yang sangat ramai dalam komoditas lada dan hasil hutan.
Tak hanya itu, kemajuan kerajaan ini juga tidak lepas dari pemimpinnya yang sangat memajukan ilmu pengetahuan dan memiliki sifat toleran dan suka bermusyawarah.
Zaman Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Serdang terjadi pada masa pemerintahan Basyaruddin Shariful Alamsyah (1819-1880).
Tanda-tanda kemunduran diawali dengan kedatangan penjajah Belanda, kemudian pihak Kesultanan Serdang meminta bantuan ke Kesultanan Aceh Darussalam yang sudah terbiasa berperang dengan penjajah Belanda.
Setelah itu, banyak sekali peristiwa peperangan baik itu dari dalam kerajaan maupun luar kerajaan. Hal ini semakin diperparah dengan persoalan perluasan wilayah kekuasaan.
Zaman Keruntuhan
Sultan Basyaruddin Syariful Alamsyah wafat pada 7 Muharram 1279 H atau tepatnya pada bulan Desember 1880 M. Kemudian, seharusnya pemerintahan diberikan kepada putranya bernama Sulaiman Syariful Alamsyah, namun saat itu usianya masih sangat muda. Akhirnya kekuasaan diberikan sementara ke pamannya yaitu Tengku Raja Muda Mustafa.
Momen keruntuhan Kesultanan Serdang ini terjadi akibat adanya peristiwa Revolusi Sosial pada 3 Maret 1946 di wilayah Sumatra Timur. Hal ini mengakibatkan kekacauan serta penangkapan raja-raja yang ada di tanah karo.
Beruntung Kesultanan Serdang tidak bernasib sama, karena berkat dukungan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah terhadap kaum pergerakan perasaan anti Belanda, maka tidak ada aksi penangkapan ataupun pembunuhan. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca SelengkapnyaSebuah kerajaan berbasis di Kepulauan Sumatera ini disinyalir menjadi kerajaan tertua yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-1 SM.
Baca SelengkapnyaBahkan kemunculannya lebih awal dari Kerajaan Sriwijaya.
Baca SelengkapnyaDari bangunan megah berbentuk kerajaan Belanda ini dapat dilihat perubahan pemerintahan Banten dari kesultanan menjadi karesidenan.
Baca SelengkapnyaPernah jadi daerah di bawah bayang-bayang Jawa hingga jadi daerah khusus
Baca SelengkapnyaMenurut buku Badan Pusat Statistik (2010) Indonesia memiliki sejarah panjang yang mencakup periode sebelum kemerdekaan. Terutama beberapa kota tertua.
Baca SelengkapnyaSultan pertama Samudera Pasai ini konon menjadi raja pertama yang bisa membaca Al-Qur'an pada abad ke-13.
Baca SelengkapnyaBenteng Kuto Besak, bangunan bersejarah yang digagas oleh Sultan Mahmud Badaruddin I.
Baca SelengkapnyaStruktur pemerintahan wilayah ini pada waktu itu masih kental dengan campur tangan Belanda
Baca SelengkapnyaHingga kini, Indonesia memiliki 514 kabupaten/kota yang terdiri dari 416 kabupaten dan 98 kota yang tersebar di seluruh 34 provinsi.
Baca SelengkapnyaBukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaIstana Siak Sri Indrapura, bangunan megah yang menjadi kediaman resmi raja-raja Siak di masa lampau.
Baca Selengkapnya