Mengenal Krinok, Seni Vokal Tradisional Masyarakat Jambi Sejak Zaman Pra-Sejarah
Salah satu tradisi dari Provinsi Jambi yang konon sudah berusia ratusan tahun ini sampai sekarang masih terus dilestarikan.
Salah satu tradisi dari Provinsi Jambi yang konon sudah berusia ratusan tahun ini sampai sekarang masih terus dilestarikan.
Mengenal Krinok, Seni Vokal Tradisional Masyarakat Jambi Sejak Zaman Pra-Sejarah
Krinok salah satu kesenian tradisional dari Provinsi Jambi tepatnya di Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Muara Bungo.
Kesenian ini pada awalnya hanya berupa puisi lama yang dinyanyikan dengan nada-nada tinggi tanpa alat musik.
-
Dimana Musik Kromong berkembang? Musik Kromong tumbuh dan berkembang di Desa Mandiangin, Provinsi Jambi.
-
Dimana Wayang Krucil berkembang? Wayang krucil berkembang di kalangan petani dan masyarakat kawasan pegunungan. Para dalang wayang Krucil yakin wayang ini merupakan produk seni rakyat yang berkembang di kalangan petani Jawa Timur.
-
Dimana asal Kesenian Brai? Mengutip laman Budaya Indonesia, asal usul kesenian ini konon berasal dari wilayah Muara Jati Cirebon, pada 1420 Masehi.
-
Apa itu Kesenian Brai? Brai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023 Brai termasuk kesenian tertua yang ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Mengapa Tari Kretek dibuat? Saat itu Gubernur Jateng Sutarjo Rustam meminta Kasi Kebudayaan Dwijisumono, agar dibuatkan tari khas Kudus.
-
Kapan Tari Kretek Kudus pertama kali ditampilkan? Sesuai permintaan Gubernur Jateng, Tari Kretek pertama kali ditampilkan saat peresmian Museum Kretek pada 3 Oktober 1986.
Lantas, seperti apa kesenian Krinok dari Jambi? Simak ulasan informasi yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Cikal Bakal Seni Suara
Keberadaan Krinok yang sudah berlangsung cukup lama ini konon menjadi cikal bakal lahirnya seni suara seperti yang kita ketahui sekarang. Bahkan, Krinok sudah muncul sebelum masuknya agama Buddha ke wilayah Jambi.
Sebelum masuknya pengaruh agama, seni vokal sudah digunakan untuk pembacaan doa ataupun mantra tertentu. Kemudian, seiring berjalannya waktu berubah menjadi suatu kesenian yang disebut Krinok.
Segi karakteristik, kesenian Krinok saat ini cenderung mengedepankan sisi personal dan juga pembawaan yang penuh emosi.
Ketika agama Islam tiba di Jambi, Krinok sempat mendapat pertentangan dari para tokoh Islam karena tidak sesuai dengan kaidah ajaran Islam.
Dari Menghibur sampai Menarik Hati
Krinok pada awalnya hanya dibawakan oleh seorang laki-laki saat sedang bekerja di ladang atau mencari kayu di hutan.
Selain itu, Krinok bisa dilantunkan sendiri dan saling berbalas dengan orang lain dalam jarak tertentu.
Sebuah budaya akan berubah atau beradaptasi dengan budaya lain yang mempengaruhinya. Akan tetapi, Krinok tetap bertahan meskipun sempat mendapat pertentangan.
Krinok, seni vokal tradisional masyarakat Jambi ini telah memiliki tempat istimewa di berbagai lapisan masyarakat setempat.
Saat ini, fungsi Krinok digunakan untuk penghibur diri, mengusir binatang liar, hingga untuk menarik hati perempuan yang hendak dinikahi.
Berpadu dengan Alunan Musik
Bagaimana dengan para wanita untuk menghibur diri? Mereka memiliki alat musik bernama Kelintang Kayu sebagai medianya. Biasanya akan dimainkan ketika istirahat saat bekerja di sawah.
Kelintang Kayu dimainkan menggunakan naluri si pemain alias mencari nada-nadanya sesuai imajinasi untuk menghasilkan suara yang merdu dan indah. Alat musik ini terdiri 6 kayu yang menghasilkan 6 nada, Kelintang Kayu dimainkan oleh dua orang.
Seiring berkembangnya waktu, seniman Krinok memadukan alat musik Kelintang Kayu dengan Krinok. Perpaduan dua unsur ini rupanya menjadi sebuah kesenian yang tak kalah indah dan menarik.
Krinok tak hanya diiringi oleh Kelintang Kayu, seiring berjalannya waktu dipadukan dengan instrumen lainnya seperti gong, gendang panjang dan biola.
Fungsi Krinok
Ketika Krinok dipadukan dengan Kelintang Kayu, biasanya akan dimainkan saat bekerja di sawah baik secara solo atau duet. Kesenian ini menjadi hiburan wajib bagi muda-mudi saat kegiatan Beselang atau gotong royong.
Bertambahnya zaman, Krinok mulai digemari oleh muda-mudi. Krinok mulai ditampilkan pada malam pesta pernikahan dan acara-acara lainnya.
Krinok berhasil menarik dan memikat para muda-mudi untuk menari secara bebas, saling berbalas pantun untuk mengungkapkan perasaan yang sedang kasmaran.