The Teng Chun, Produser Keturunan Tionghoa yang Sukses Merintis Perusahaan Film di Hindia Belanda
Lahir dari keluarga orang kaya, pria Tionghoa ini sukses menjalankan industri perfilman saat era pemerintahan Hindia Belanda.
Lahir dari keluarga orang kaya, pria Tionghoa ini sukses menjalankan industri perfilman saat era pemerintahan Hindia Belanda.
The Teng Chun, Produser Keturunan Tionghoa yang Sukses Merintis Perusahaan Film di Hindia Belanda
Perkembangan film di Indonesia tidak luput dari produser-produser andal yang sukses menjalankan perusahaan di dunia perfilman. Era Hindia Belanda merupakan salah satu waktu industri film sudah mulai berkembang.
Meski beberapa produser film di Hindia Belanda bukanlah dari orang pribumi, namun beberapa karyanya bahkan sudah tembus pasar luar negeri. Salah satu produser yang cukup kondang di dunia perfilman adalah The Teng Chun atau dikenal dengan Tahjar Ederis.
(Foto: Wikipedia)
-
Bagaimana Wong Bersaudara membuat film? Selain itu, mereka bertiga datang ke Hindia Belanda hanya dengan modal seadanya yaitu Pathe 35mm Cinecamera, perlengkapan pendukung, dan keahlian proses development film.
-
Kenapa Tjong Yong Hian dihargai oleh Belanda? Tjong Yong Hian pun sudah sangat dihormati oleh komunitas Tionghoa dan begitu dihargai oleh pihak Belanda.
-
Siapa yang membangun Tengkiang? Para petani sengaja membangun bersebelahan dengan rumah Dungau.
-
Siapa yang mendirikan Toko Tio Tek Hong? Dalam buku Keadaan Jakarta Tempo Doeloe: Sebuah Kenangan 1882 – 1952, menceritakan bahwa toko tersebut didirikan oleh anak dari seorang pengusaha sukses Tionghoa di Batavia.
-
Siapa yang mengembangkan Movie Gen? Meta mengumumkan bahwa mereka telah membangun model AI baru yang disebut Movie Gen, pada Jumat lalu.
-
Bagaimana film berkembang? Seiring perkembangan teknologi film, industri film mulai berkembang dan munculnya efek khusus untuk menambahkan keindahan visual dalam film.
The Teng Chun lahir pada 18 Juni 1902 di Batavia. Ia berasal dari kalangan keluarga pebisnis kaya. Ia sudah tertarik dengan dunia perfilman sejak usianya masih tergolong muda.
Sebelum terjun di dunia perfilman, The Teng Chun sempat bekerja sebagai seorang pengekspor. Sampai pada tahun 1930, The Teng Chun mendirikan Cino Motion Picture yang sudah berhasil memproduksi puluhan film termasuk film bersuara pertama di Hindia Belanda.
Seperti apa sosok dari The Teng Chun? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut.
Belajar Pembuatan Film
Dihimpun dari beberapa sumber, The Teng Chun menempuh pelajaran ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 1920. Meski lahir dari kalangan pebisnis kaya, namun passion The Teng Chun bukanlah seperti keluarganya tersebut. Ia justru belajar pembuatan film di Palmer Play Theatre.
Ia bersama salah satu temannya bernama Fred Young yang juga Tionghoa peranakan dari Hindia Belanda melakukan kolaborasi. Kemudian, The Teng Chun membujuk sang ayah untuk mengimpor film dari luar negeri. Awalnya tidak setuju namun pada akhirnya sang ayah menyetujuinya.
Setelah belajar produksi film selama kurang lebih 5 tahun, The Teng Chun pergi ke Shanghai dan terlibat langsung dalam produksi film termasuk mengekspor beberapa film dari Tiongkok ke Hindia Belanda. Di samping itu, The Teng Chun juga mencoba untuk membuat film.
Dirikan Perusahaan Film
Setelah belajar di Shanghai dengan hasil karya pertamanya berjudul Whell of Desteny yang masih tergolong film bisu, ia kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1930. Saat tiba, The Teng Chun langsung mendirikan perusahaan film bernama Cino Motion Picture.
Tak perlu waktu lama, perusahaan The Teng Chun langsung memproduksi film berjudul Bunga Roos dari Tjikembang tahun 1931. Film bersuara ini dibuat dengan single system yang memiliki fitur bisa merekam suara secara bersamaan.
Seluruh unsur dalam produksi film ini semuanya dikerjakan dengan sendiri mulai dari alur cerita hingga perlengkapan kamera. Setelah dilihat kembali, kualitas film tersebut sangatlah buruk begitu juga dengan kualitas suara yang dihasilkan.
Produksi Film Bertema Tionghoa
Mengutip indonesianfilmcenter.com, The Teng Chun kemudian memproduksi film-film yang berangkat dari cerita klasik Tionghoa, seperti Sampek Engtay, Ouw Pe Coa atau seri See You. Pemilihan film ini secara langsung bisa menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan.
Benar saja, film-film yang ia produksi demi menyelamatkan perusahaannya itu berjalan sukses. Banyak sekali para penonton yang berasal dari Cina Peranakan yang suka dengan alur ceritanya hingga bahasanya yang mudah dipahami.
Singkat cerita, perusahaannya lambat laun semakin membaik dan The Teng Chun bisa membeli peralatan-peralatan baru dan mengubah nama perusahannya menjadi Java Industrial Film atau JIF.
Kemudian The Teng Chun mengajak adik-adiknya untuk bekerja di perusahaannya. Lalu dilakukan pembagian tugas mulai dari juru suara, juru kamera, dan lain sebagainya. JIF menjadi usaha pembuatan film pertama yang sudah berbasis industri dan dinobatkan paling kuat dalam menghadapi segala tantangan.
Era Kebangkrutan
Selama pendudukan Jepang, JIF ditutup sementara mulai dari tahun 1942. Kemudian The Teng Chun bekerja di sebuah grup teater namun ia tidak betah lama-lama bekerja di sana. Pasca kemerdekaan, ia bersama Fred Young mendirikan perusahaan film Bintang Soerabaja.
Perusahaan film ini hanya berjalan sampai tahun 1962, The Teng Chun tak lagi berkecimpung di dunia perfilman. Ia memilih banting setir menjadi guru bahasa Inggris dan pada tahun 1967 resmi mengganti namanya menjadi Tahjar Ederis.
Ia meninggal dunia pada 25 Februari 1977 di Jakarta. Selama hidupnya, The Teng Chun sudah membuat dan memproduksi puluhan film dan menjadi salah satu tokoh berkembangnya industri film khususnya di Hindia Belanda.