Mengenal Tengkiang, Lumbung Padi Milik Suku Semende yang Kini Mulai Hilang
Sebuah bangunan yang khusus dibuat untuk menyimpan padi pasca panen milik Suku Semende ini berada biasa ditemukan di lahan persawahan.
Hampir setiap masyarakat Indonesia masih mengandalkan sumber bahan pangan berupa padi. Tak heran jika petani masih menjadi salah satu profesi serta mata pencaharian utama bagi warga khususnya yang berada di pedesaan.
Tradisi dan kearifan lokal yang berkaitan dengan menanam hingga panen padi masih dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah. Mereka juga memiliki cara masing-masing serta doa-doa tertentu agar nantinya mendapatkan hasil panen yang melimpah.
-
Apa yang dibudidayakan di Kampung Semanggi? Saat ini, ada 39 petani yang membudidayakan tanaman semanggi di Kampung Semanggi.
-
Dimana Kampung Semanggi berada? Sebuah kawasan di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, Jawa Timur, terkenal dengan sebutan Kampung Semanggi.
-
Dari mana asal nasi tepeng? Nasi tepeng adalah salah satu makanan khas dari daerah Gianyar, Bali.
-
Mengapa Sumando penting bagi warga Tapanuli Tengah? Pasalnya, adat ini menunjukkan kesatuan dari pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Dari sinilah, hubungan kedua keluarga yang berbeda akan disatukan melalui ikatan pernikahan yang sah sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
-
Apa makna Sumando di Tapanuli Tengah? Sumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya yang diikat dengan tali pernikahan.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
Pada masyarakat di Kabupaten Muara Enim tepatnya di kawasan Semende memiliki kearifan lokal sendiri yang cukup unik. Namun, seiring berjalannya waktu kearifan lokal ini sudah mulai ditinggalkan dan hilang, mereka biasa menyebutnya dengan Tengkiang.
Tengkiang memang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Semende untuk menyimpan padi hasil panennya. Bangunan khusus ini sengaja diletakkan di dekat area persawahan. Jadi setiap lahan sawah di sana pasti ada lumbung padinya atau Tengkiang.
Pondok yang Kecil
Tengkiang adalah sebuah bangunan yang bentuknya mirip pondok berukuran kecil tanpa jendela. Bahan bangunannya terdiri dari bambu yang dipipihkan bernama Pelupuh. Inilah yang menjadi ciri khas dari lumbung padi milik Suku Semende.
Pada bagian atapnya, pada zaman dahulu terbuat dari kulit kayu yang dikeringkan, lalu disusun dan dianyam rapi dengan warna kehitaman yang khas.Dulunya Tengkiang digunakan petani di sana untuk menyimpan padi. Para petani sengaja membangun bersebelahan dengan rumah Dungau.
Selain itu, pada sisi samping Tengkiang dibuat pondok oleh petani. Ada juga yang membangun Tengkiang bersebelahan dengan Rumah Baghi yang dulu sempat populer pada masanya.
Lantai dari Tengkiang ini dibuat dari susunan bambu yang berfungsi agar padi yang disimpan cepat kering dan tidak dimakan kutu atau berubah menjadi busuk.
Cadangan Pangan
Sejak zaman dahulu, masyarakat Suku Semende telah menggunakan Tengkiang untuk menyimpan hasil panen padi mereka. Tujuan utamanya adalah sebagai cadangan pangan untuk menghadapi masa tanam berikutnya.
Penggunaan Tengkiang oleh masyarakat Suku Semende masih mengikuti cara tradisional yang menjadi bagian dari kearifan lokal mereka. Di sepanjang areal persawahan, terlihat bangunan Tengkiang, dimana setiap hektare lahan sawah biasanya dilengkapi dengan satu Tengkiang.
.Tengkiang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi, tetapi juga memiliki makna sosial yang mendalam. Ketika ada warga yang mengalami musibah atau kesulitan dalam hal pangan, setiap keluarga Suku Semende akan turut berpartisipasi dengan mengeluarkan padi dari cadangan mereka.
Hal ini dilakukan untuk saling membantu dan meringankan beban keluarga yang sedang mengalami kesulitan.Dengan demikian, Tengkiang tidak hanya sebagai simbol kemandirian pangan tetapi juga sebagai wujud solidaritas sosial dalam komunitas Suku Semende.
Sudah Mulai Ditinggalkan
Semakin hari zaman terus berubah dan semua serba instan dan mudah. Dampak ini juga berimbas pada keberadaan Tengkiang. Kini masyarakat setempat sudah tidak lagi menggunakan Tengkiang untuk menyimpan cadangan padi. Kebanyakan lumbung padi sudah pindah ke area yang dekat dengan rumah penduduk.
Meskipun Tengkiang masih bisa ditemukan di beberapa tempat, tetapi fungsinya sudah berbeda dan bahkan kondisi bangunannya sudah tidak terawat dan bahkan rusak berat.