Ilmuwan Ngebet Bangun Teleskop Super Besar di Bulan, Tapi Ini Masalahnya
Bukan perkara mudah membangun teleskop di Bulan. Namun hasil penelitian yang didapatkan menjadi dambaan ilmuwan.
Bukan perkara mudah membangun teleskop di Bulan. Namun hasil penelitian yang didapatkan menjadi dambaan ilmuwan.
Ilmuwan Ngebet Bangun Teleskop Super Besar di Bulan, Tapi Ini Masalahnya
Sebuah gagasan untuk menempatkan teleskop super besar di Bulan kembali menyeruak. Konsep ini pada dasarnya adalah wacana yang sudah lama namun belum terlaksana.
Banyak kendala yang dihadapi salah satunya adalah mengatasi lingkungan permukaan bulan yang sulit. Namun beberapa ilmuwan mengklaim hal itu bisa diatasi.
Namun pertanyaannya yang muncul adalah apa yang bisa didapatkan ketika menempatkan teleskop di Bulan? Dan bagaimana tepatnya hal itu bisa dilakukan?
Tentu saja hasil yang didapatkan untuk meneliti luar angkasa dan seisinya dapat terlihat jelas.
-
Apa saja yang di khawatirkan NASA dan astronom lainnya terkait eksplorasi bulan? Banyak penyelidikan akan dilakukan dalam beberapa tahun mendatang seiring pihak-pihak yang berkepentingan bersaing untuk menguasai sumber daya. Namun NASA dan astronom lainnya telah diperingatkan bahwa dampak jangka panjang dari eksploitasi sumber daya bulan dapat berdampak serius pada penelitian ilmiah penting.
-
Bagaimana ilmuwan meneliti objek di Bulan? Mengutip Gizmodo, Sabtu, (18/11), untuk mengetahui lebih lanjut lagi, kemudian para peneliti menggunakan teknologi berkekuatan tinggi untuk mengamati booster dan mengukur perubahan cahaya dan pergerakan dari alat tersebut.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di Bulan? Ilmuwan mengonfirmsi penemuan gua bawah tanah di Bulan, tidak jauh dari lokasi di mana Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat 55 tahun lalu.
-
Apa misi NASA di Bulan? Sebagaimana diketahui, misi yang diberi nama Artemis ini akan mengirimkan empat manusia untuk mengorbit bulan. Rencananya misi itu akan dilakukan pada November 2024, disusul dengan pendaratan manusia pertama di bulan lebih dari setengah abad setahun kemudian.
-
Siapa yang meneliti objek di Bulan? Dalam jurnal yang dibuat sekelompok peneliti dari Arizona University, yang terbit The Planetary Science Journal sempat melacak daerah di sekitar objek tersebut selama 7 tahun.
Mengutip SlashGear, Selasa (19/9), teleskop di Bulan menjadi solusi masalah yang kerap dihadapi para peneliti ketika menggunakan teleskop di Bumi. Seperti halnya tipisnya atmosfer di Bulan menjadikan pengamatan lebih jelas.
Foto: ESO.org
Tidak seperti di Bumi. Karena tebalnya atmosfer di Bumi, dapat memantulkan, menghamburkan, bahkan menyerap foton yang datang dari spektrum elektromagnetik yang luas. Imbasnya adalah pada hasil jenis pengamatan menjadi mustahil dilakukan.
Tidak hanya itu, mekanika orbital dan dinamika gravitasi antara Matahari, Bumi, dan Bulan menghasilkan beberapa kondisi.
Sehari di Bulan saja adalah waktu sebulan di Bumi. Artinya, malam hari di titik mana pun di Bulan berlangsung selama beberapa minggu.
Foto: NASA
Selain itu, teleskop juga dapat terlindung dari gangguan radio yang terus-menerus dipancarkan oleh teknologi manusia. Perlu juga dicatat bahwa gravitasi bulan yang lebih rendah memungkinkan adanya struktur stabil.
Sementara di Bumi, puncak gunung merupakan tempat yang bagus untuk membuat teleskop dari sudut pandang teknis, tetapi hal ini dapat menyebabkan masalah budaya yang tidak mungkin terjadi. Sayangnya masalah budaya seperti apa tak disebutkan secara detail.
Foto: Unsplash/Benjamin Voros
Pertama adalah tempat itu tertutup debu. Debu bulan lebih buruk. Jauh lebih buruk. Bahan butiran halus ini memiliki konsistensi yang mendekati pecahan kaca bubuk.
Ia juga bermuatan elektromagnetik dari pemboman radiasi matahari tanpa pelindung.
Kombinasi ukurannya yang kecil, bentuk bergerigi, dan muatan listrik menyebabkan debu bulan menempel pada segala sesuatu, mengganggu peralatan, dan menyebabkan kerusakan abrasif.
Bulan juga mengalami rentang suhu sekitar -200°F hingga 250°F.
Kurangnya atmosfer menciptakan perbedaan suhu yang ekstrim antara sinar matahari langsung dan bayangan.
Foto: NASA/Unsplash
Banyak bahan yang tidak tahan terhadap perbedaan semacam ini dan membeku, meleleh, retak, atau hancur. Belum lagi semua bahan-bahan infrastrukturnya harus diangkut dari Bumi dan pada akhirnya, upaya ini masih memerlukan biaya yang mahal.