Peneliti Kembangkan Stetoskop Digital Untuk Deteksi Paru
Merdeka.com - Stetoskop adalah alat wajib untuk segala kegiatan medis, namun efektivitasnya bisa terhambat oleh kebisingan di sekitar.
Faktor semacam itu menjadi salah satu faktor yang mengurangi tingkat akurasi diagnosis paru-paru, termasuk untuk Covid-19.
Hal ini mendorong peneliti di Johns Hopkins University James West yang telah mengembangkan stetoskop digital yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan untuk diagnosis paru-paru lebih akurat.
-
Siapa yang mengembangkan alat deteksi kanker paru-paru ini? Mereka sedang mengembangkan sebuah alat diagnosis inovatif yang hanya memerlukan embusan napas untuk mendeteksi tanda-tanda kanker paru-paru.
-
Siapa yang mengembangkan alat ini? 'Kami bekerja selama bertahun-tahun dalam bidang fisika di balik proses desalinasi, namun mewujudkan semua kemajuan tersebut, membangun sistem, dan mendemonstrasikannya di laut…adalah pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi saya,' kata penulis senior Jongyoon Han, seorang profesor teknik elektro dan ilmu komputer dan teknik biologi, dan anggota Laboratorium Penelitian Elektronika (RLE).
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
-
Bagaimana alat deteksi kanker paru-paru ini bekerja? Ketika isoprene dalam napas mengenai permukaan nanoflakes ini, terjadi pelepasan elektron yang dapat diukur secara presisi.
-
Siapa yang menciptakan alat ini? Alat penyiksaan banteng perunggu tersebut dibuat oleh pematung yang dipekerjakan Phalaris, yaitu Perilaus.
-
Robot apa yang digunakan dalam penelitian? Robot sosial humanoid buatan SoftBank Robotics, NAO yang memiliki suara mirip manusia namun seperti robot, digunakan sebagai informan robot.
Alat kesehatan ini akan sangat berguna untuk tenaga kesehatan di daerah padat penduduk atau klinik yang bising dan untuk pengujian di rumah pasien pernapasan kronis.
Selain itu, alat berbasis kecerdasan buatan ini juga diharapkan dapat membantu menjaga jarak dan mengurangi tingkat paparan terhadap Covid-19 dengan memungkinkan rekaman pemeriksaan dibagikan secara virtual dengan tim perawatan lainnya di ruangan berbeda.
"Karena dapat membawa rekaman dan telemeternya ke dokter, dukungan klinis dapat diberikan untuk area yang sulit dijangkau atau area yang membutuhkan peningkatan dukungan medis," tutur West dikutip dari Eurekalert via Tekno Liputan6.com.
Dilengkapi Peredam Bising
Stetoskop digital ini juga dilengkapi peredam bising untuk meningkatkan sinyal pendengaran dari paru-paru.
"Pengurangan kebisingan adalah aspek kritis yang memungkinkan stetoskop ini digunakan bahkan di klinik yang menantang, seperti yang kita lihat bermunculan dengan peningkatan rawat inap Covid-19," ujar West.
Tanpa Pelatihan
Menariknya, West menyebut bahwa stetoskop ini dapat digunakan tanpa pelatihan terlebih dahulu.
"Peredam kebisingan berjalan secara otomatis di perangkat dan memberikan suara tubuh yang jernih," kata West.
Dalam pengujian perangkat, 95 persen dokter ternyata lebih menyukai stetoskop digital ini dibandingkan dengan versi tradisional. Setelah algoritma lebih ditingkatkan, stetoskop digital ini kelak akan didistribusikan ke lapangan.
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.
Baca SelengkapnyaAlat ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen.
Baca SelengkapnyaFakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara (USU) punya alat canggih pembuat gigi tiruan dalam waktu sehari saja.
Baca SelengkapnyaWarna, tekstur, dan cairan lidah bisa menggambarkan kesehatan seseorang.
Baca SelengkapnyaAlat deteksi dini kanker serviks pakai AI ini jadi kabar bahagia bagi perempuan.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap tentang bagaimana cara kerjanya.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) kini mulai dipakai peneliti untuk mencari keberadaan spesies burung terancam punah.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan menyebut miniatur jantung akan bisa dipasang di tubuh manusia.
Baca SelengkapnyaAmorpho Coagulation Tech berhasil lolos Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta dari Kementerian Pendidikan Kebudayan dan Pendidikan Tinggi pada 2023.
Baca SelengkapnyaPenelitian ini diklaim bisa membaca pikiran manusia.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca Selengkapnya