Suntikan Mujarab yang Baru Ditemukan Ilmuwan Ini Penting Bagi Astronot
Para ilmuwan terus berusaha untuk mengatasi masalah ini. Menurut sebuah perusahaan bioteknologi.
Semakin lama astronot berada di luar angkasa, semakin lama akan terpapar radiasi dan disregulasi. Bahkan selama enam bulan berada di luar angkasa, para astronot berisiko mengalami sepsis karena terpapar radiasi penyebab kanker dan disregulasi sistem imun.
Namun, para ilmuwan terus berusaha untuk mengatasi masalah ini. Menurut sebuah perusahaan bioteknologi, suntikan nanopartikel bisa menjadi jawaban untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh para astronot.
-
Mengapa obat kanker di luar angkasa lebih manjur? Menurut NASA, bekerja di luar angkasa membantu upaya penelitian untuk mengatasi kanker.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Baru-baru ini, tim astronom internasional berhasil menangkap salah satu peristiwa paling langka di alam semesta, yaitu Luminous Fast Blue Optical Transient (LFBOTs).
-
Siapa astronot yang sakit? Namun, NASA menyebutkan itu hanyalah masalah medis. Setelahnya, NASA mengatakan bahwa astronot tersebut sudah dibolehkan pulang dengan keadaan yang sehat dan bisa kembali ke pangkalan asal mereka di Houston untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa.
-
Apa tugas astronot? Astronot adalah pekerjaan yang banyak menjadi mimpi banyak orang. Kesempatan untuk menjelajahi luar angkasa, terlibat dalam pengembangan dan pengujian teknologi canggih, hingga pengalaman untuk hidup di lingkungan baru yang penuh tantangan juga menjadi alasan-alasan mengapa pekerjaan sebagai astronot banyak diminati orang.
-
Apa dampak luar angkasa pada kuku astronot? Saat tengah melakukan EVA, biasanya kuku para astronot bisa rontok dari jari-jarinya.
Nanotics sendiri memiliki bagian dalam program Akselerator SPACE-H yang mendapat dukungan dari program Penelitian Manusia NASA dan Microsoft Federal. Namun, tentang berapa banyak radiasi yang diterima oleh astronot, pendiri dan CEO Nanotics Lou Hawthorne, mengatakan, " Setiap enam bulan, menurut data NASA sendiri, para astronot terpapar setara dengan 1.000 sinar X dada."
"Dan dalam perjalanan pulang pergi selama tiga tahun, Anda akan melihat 6.000 rontgen dada. Itu sangat tumorigenic, yang artinya memicu tumor. Ia juga sangat pro-inflamasi, sehingga memicu respon inflamasi mendalam yang menyebabkan sepsis," tambahnya.
Hawthrone menggambarkan ruang angkasa ini sebagai lingkungan yang paling menantang untuk ditinggali dari sudut pandang pemeliharaan kesehatan. Radiasi merupakan faktor yang sangat besar, bahkan melebihi apa saja yang dialami di Bumi dan pastinya memicu berbagai penyakit. Dan dikatakan pula bahwa penerbangan luar angkasa dalam jangka Panjang akan memperparah potensi masalah kesehatan.
Nanotics telah mendapatkan USD1 juta dari investor dan tengah mencoba mengumpulkan USD300 juta untuk dana penelitian pada manusia. Bahkan Hawthorne meyakini bahwa perusahaannya bisa melewati uji coba pada manusia dalam waktu 16 hingga 18 bulan.
Adapun alasan bahwa suntikan jarum suntik akan ideal untuk luar angkasa karena suntikan sangat ringkas hingga bisa dikemas dengan mudah oleh para astronot dalam tempat seukuran microwave untuk persediaan lima tahun.
Pada akhirnya, tujuan akhir dari Nanotics adalah mampu membuat jarum suntik untuk berbagai kondisi yang lebih rentan dialami astronot di luar angkasa dan mereka memilih jarum suntik yang mereka butuhkan, lalu memberikannya sendiri melalui infus.
"Ke mana pun orang pergi, saya rasa ini harus ada dalam perlengkapan," tutup Hawthorne.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia