Taman 2000 Tahun Milik Kaisar Romawi Caligula Ditemukan di Dekat Vatikan, Sosoknya Dikenal Gila & Kejam
Siapa yang tak kenal dengan Kaisar Romawi Caligula. Sosoknya dikenal kejam pada masanya.
Siapa yang tak kenal dengan Kaisar Romawi Caligula. Sosoknya dikenal kejam pada masanya.
-
Dimana taman Caligula berada? Pekerja yang sedang melakukan proyek perbaikan jalan di Roma, Italia, menemukan bekas taman di pinggir sungai berusia 2.000 tahun.
-
Kapan Caligula berkuasa? Kaisar Caligula berkuasa dari tahun 37 hingga 41 Masehi.
-
Dimana kuil Romawi Kuno ditemukan? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina.
-
Di mana vila Romawi kuno itu ditemukan? Para arkeolog menemukan vila mewah zaman Romawi kuno saat melakukan penggalian di Brookside Meadows, Grove, sebuah desa di Oxfordshire, Inggris.
-
Dimana vila Romawi kuno ini ditemukan? Lantai mozaik ini ditemukan di situs Taman Arkeologi Bawah Air Baiae yang terletak di dekat Naples.
-
Di mana makam kaisar kuno ini ditemukan? Makam ini ditemukan di reruntuhan Wangzhuang di Yongcheng.
Taman 2000 Tahun Milik Kaisar Romawi Caligula Ditemukan di Dekat Vatikan, Sosoknya Dikenal Gila & Kejam
Siapa yang tak kenal dengan Kaisar Romawi Caligula. Sosoknya dikenal kejam pada masanya.
Taman peninggalan miliknya yang berusia 2000 tahun pun berhasil ditemukan para pekerja konstruksi di Italia. Dinding travertine taman tersebut ditemukan menghadap ke tepi Sungai Tiber, sungai yang membelah Roma dan terletak di sebelah timur Kota Vatikan.
"Reruntuhan tersebut digali saat para pekerja membangun jembatan layang baru di Piazza Pia," demikian menurut pernyataan dari Kementerian Kebudayaan Italia, dilansir Live Science, Rabu (10/7/2024).
Saat membersihkan puing-puing, para arkeolog menemukan pipa air berbahan timah dengan tulisan "C(ai) Cæsaris Aug(usti) Germanici." Para peneliti memastikan bahwa ukiran tersebut merujuk pada Gaius Caesar Augustus Germanicus, yang lebih dikenal sebagai Caligula alias "sepatu bot kecil" (julukan masa kecil yang diberikan kepada Caligula oleh tentara ayahnya.
Berdasarkan prasasti tersebut, para peneliti menduga taman tersebut kemungkinan besar milik kaisar Romawi yang terkenal kejam itu.
Kesimpulan ini didukung sebuah bagian dalam teks kuno "On the Embassy to Gaius," yang ditulis filsuf Mesir Philo dari Alexandria.
"Bagian itu menggambarkan bagaimana Caligula bertemu dengan seorang wakil orang Yahudi yang tinggal di Alexandria, Mesir, di sebuah taman besar di sepanjang Sungai Tiber," menurut pernyataan tersebut.
Pada saat itu, orang-orang Yahudi Aleksandria dan penduduk Yunani-Aleksandria berada dalam "krisis yang memanifestasikan dirinya dengan kekerasan, perkelahian, dan episode intoleransi agama. Namun, Caligula menolak permintaan orang-orang Yahudi untuk otonomi agama, dan malah berpihak pada orang-orang Yunani.
Alessio De Cristofaro, seorang arkeolog di Badan Pengawas Khusus Arkeologi, Seni Rupa, dan Lanskap, sebuah badan pemerintah di Roma, mengatakan penemuan itu penting karena Piazza Pia berada di area yang sama dengan "Horti Agrippinae," taman milik Agrippina yang Tua, yang merupakan ibu Caligula.
Pipa itu juga mirip dengan pipa lain yang ditemukan pada awal tahun 1900-an, yang bertuliskan nama Iulia (Julia) Augusta, istri kedua Augustus dan nenek Germanicus. Para peneliti berspekulasi bahwa properti itu diwarisi oleh Germanicus dan kemudian diwariskan kepada istrinya, Agrippina the Elder, sebelum diberikan kepada Caligula.
Selain pipa, para arkeolog menemukan lempengan tembikar era Romawi dan patung-patung terakota dari adegan-adegan mitologi yang kemungkinan menghiasi atap bangunan.
Kaisar Caligula tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan tiran. Ia juga seorang sadis yang mempermalukan senatnya.
Caligula menjadi kaisar Romawi saat masih berusia 25 tahun pada tahun 37 Masehi hingga 41 Masehi.
Dikutip dari Ancient Origins, Caligula adalah kaisar Romawi yang paling kejam.
Selama empat tahun masa kekuasaannya dipenuhi dengan pembunuhan dan pesta pora. Awalnya, Caligula adalah seorang kaisar yang dicintai oleh rakyatnya.
Dia memberikan bonus kepada mereka yang berada di militer, menghapus pajak yang tidak adil, dan membebaskan mereka yang dipenjara secara tidak adil. Beberapa bulan setelah menjadi kaisar, Caligula sakit parah dan diyakini karena telah diracun.
Setelah sembuh dari sakitnya, Caligula justru menjadi 'gila'. Dia mulai membunuh orang-orang yang dekat dengannya atau mengirim mereka ke pengasingan.
Tak cuma itu, dia juga mengeksekusi Tiberius Gemellus, sepupu dan anak angkatnya. Salah satu tindakannya yang paling mengerikan adalah menyatakan dirinya adalah dewa yang hidup.
Dia memerintahkan pembangunan jembatan antara istananya dan Kuil Jupiter, sehingga dia bisa bertemu dengan dewa. Dia juga mulai tampil di depan umum dengan berpakaian sebagai dewa dan setengah dewa seperti Hercules, Mercury, Venus, dan Apollo.
Dia mulai menyebut dirinya sebagai dewa ketika bertemu dengan para politisi dan dia kadang-kadang disebut sebagai Jupiter dalam dokumen publik.
Caligula juga mencopot bagian kepala dari berbagai patung dewa dan diganti dengan kepalanya sendiri di berbagai kuil.
Orang-orang Romawi pun mulai membenci dan ingin menyingkirkan Caligula karena tindakan-tindakan berlebihannya itu. Suatu Ketika Caligula menyatakan kepada Senat akan meninggalkan Roma dan pindah ke Mesir, di mana dia akan disembah sebagai dewa yang hidup.
Kemungkinan saat itulah Cassius Chaerea dari Pengawal Praetorian mulai merencanakan pembunuhan Caligula. Pada tanggal 24 Januari 41 Masehi, sekelompok penjaga menyerang Caligula setelah acara olahraga.
Dia ditikam lebih dari 30 kali, dan setelah kematiannya, dia dimakamkan di kuburan yang dangkal. Chaerea dikatakan sebagai orang pertama yang menikam Caligula, dengan yang lain bergabung setelahnya. Istri dan putri Caligula juga ditikam dan dibunuh.
Setelah Caligula mati, Senat mendorong agar Caligula dihapus dari sejarah Romawi, memerintahkan penghancuran patung-patungnya, dan bergerak cepat untuk memulihkan Republik.
Dalam pergantian peristiwa yang tak terduga, orang-orang Roma marah, dan menuntut balas dendam terhadap mereka yang membunuh kaisar mereka. Paman Caligula, Claudius, menjadi kaisar Romawi berikutnya dan memerintahkan untuk membunuh Chaerea dan siapa pun yang terlibat dalam kematian Caligula.