Perjalanan Panjang Lahirnya Tolak Angin, Sudah Ada Sejak Indonesia Dijajah Belanda
Merdeka.com - Siapa yang tak kenal dengan produk jamu kemasan bermerek Tolak Angin. Obat herbal dalam kemasan saset ini menjadi pilihan nomor satu masyarakat Indonesia untuk meredakan badan yang terasa tidak nyaman atau masuk angin.
Tak hanya mereknya yang sudah merakyat, produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk atau PT Sido Muncul pun sudah akrab di berbagai kalangan karena banyaknya produk yang dihasilkan. Bahkan cikal bakal perusahaan ini pun sudah ada sejak Indonesia masih dijajah Belanda.
Lahirnya PT Sido Muncul tidak terlepas dari tangan dingin pasangan suami istri Siem Thiam Hien (Rakhmat Sulistio) dan Go Djing Nio (Sri Agustina). Keduanya merupakan memiliki usaha pemerah susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
-
Bagaimana cara membuat jamu tolak angin? Geprek dan iris tipis jahe dan serai.Masukkan semua bahan kecuali daun mint ke dalam panci, tuang air.Rebus selama 10 menit, angkat.Masukkan daun mint, aduk rata hingga wangi.Saring dan tambahkan madu.Nikmati selagi hangat.
-
Kapan ramuan tersebut ditemukan? Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 13 November di jurnal Scientific Reports, tim ilmuwan melaporkan temuan mereka dan menyatakan ramuan tersebut mungkin menyebabkan halusinasi pada mereka yang meminumnya.
-
Dimana jamu pertama kali ditemukan? Secara historis, jamu telah ada sejak tahun 825 Masehi yang dibuktikan dengan adanya relief pada dinding Candi Borobudur.
-
Siapa yang mengusir Belanda? Dalam momen tersebut, Presiden Soekarno mengambil tindakan tegas dengan memimpin pengusiran warga Belanda dari wilayah Indonesia, menyusul penolakan mereka terhadap kedaulatan penuh negara kita.
-
Bagaimana jamu dibuat di masa lalu? 'Sebenarnya pengobatan yang digunakan oleh masyarakat masa lalu tidak kalah dengan saat ini. Hanya saja tergerus perkembangan zaman,' kata Puger dikutip dari Kemdikbud.go.id.
-
Sambal apa yang populer di era kolonial Belanda? Tak hanya orang lokal, pada masa Kolonial Belanda, sambal menjadi makanan populer karena disukai oleh orang Eropa.
Pada tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia. Akibat perang ini, usaha Melkrey yang mereka rintis terpaksa gulung tikar dan mengharuskan mereka pindah ke Solo, pada 1930.
Melansir dari laman resminya, tahun 1930, pasangan ini merintis toko roti dengan nama Roti Muncul. Pada tahun yang sama, Ibu Rahkmat Sulistio mulai meracik jamu masuk angin yang kini dikenal dengan nama Tolak Angin.
Kepiawaiannya meracik rempah-rempah menjadi jamu membuat wanita keturunan Tionghoa ini memberanikan diri membuka usaha jamu di Yogyakarta. Kala itu, Tolak Angin masih dijual dalam bentuk jamu godokan. Rupanya, produk rumahan tersebut banyak disukai masyarakat.
Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949, mereka mengungsi ke Semarang.
Bisnis jamu ini pun makin moncer seiring berjalannya waktu. Hingga pada tahun 1951, Ibu Rakhmat mendirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang artinya Impian yang Terwujud. Perusahaan ini didirikan di Jalan Mlaten Trenggulun, Semarang Jawa Tengah. Kala itu, usaha jamu rumahan dimulai dengan dibantu oleh tiga orang karyawan.
Di tahun 1975, dibentuklah Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (sebelumnya berbentuk CV pada tahun 1970). Kemudian, pada 1984, PT. Sido Muncul memulai modernisasi pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang representatif dengan mesin-mesin modern.
Ekspansi PT Sido Muncul
Pada tahun 1997, Sido Muncul membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektare di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran. Pembangunan pabrik ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997.
Tiga tahun berselang, perusahaan jamu tradisional ini meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Dr. dr. Achmad Sujudi MHA. Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Sertifikat inilah yang menjadikan PT Sido Muncul sebagai salah satu pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektare, lahan Agrowisata 1,5 hektare, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Pada tahun 2004, Sido Muncul telah memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Beberapa produk unggulannya antara lain, Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.
Punya Apotek Hidup Terbesar di Bogor, Jawa Barat
Kemudian pada 18 Agustus 2005, PT Sido Muncul mendapatkan hibah perkebunan milik Bob Hasan seluas 7,5 hektare di Jonggol, Bogor. Perkebunan ini pun dijadikan sebuah apotek hidup terbesar.
Ditempat lain bersama Bob Hasan, dia juga memberdayakan para penyandang disabilitas dengan diberi sebuah perkebunan untuk dikelola dan dinikmati mereka.
Pada tanggal 10 Februari 2010 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku herbal seluas 3.000 m2.
Di tahun 2013, Sido Muncul telah memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia. Berbagai produk unggulan Sido Muncul juga telah di ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara.
Bahkan, pada 18 Desember 2013, Sido Muncul secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten SIDO. Kemudian di 2019, Sido Muncul memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia untuk 274 produk. Sertifikat yang diterima pada 6 Maret 2019 ini terbagi dalam empat jenis produk, yaitu Jamu, Suplemen dan Bahan Suplemen, Minuman dan Bahan Minuman serta permen.
Laporan Keuangan 2022
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, sepanjang tahun 2022, penjualan produk Sido Muncul mencapai Rp3,87 triliun. Dari total penjualan tersebut, laba bersih yang didapat sebesar Rp1,1 triliun.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2021, perolehan laba bersih mengalami penurunan sekitar Rp160 miliar. Artinya pertumbuhan laba bersih mengalami penurunan 12,4 persen. Hal ini tidak terlepas dari kinerja penjualan tahun 2022 yang mengalami penurunan 3,9 persen.
Masih dari laporan yang sama, produk jamu herbal dan suplemen yang terjual di tahun 2022 mencapai Rp2,63 triliun. Untuk produk makanan dan minuman terjual Rp1,09 triliun. Sedangkan untuk produk farmasi mencapai Rp143,05 miliar.
Di tahun 2022 Sido Muncul telah merilis 7 produk baru, antara lain Alang Sari Cool, Tolak Angin Balsem, Sido Muncul Vitamin C1000+D3 & Zinc dan SM Prosta.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaSalah satu kilang minyak tertua di Indonesia ini dulunya sangat berperan penting dalam memasok bahan bakar bagi tentara sekutu saat melawan Jepang.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 21 Juli pada tahun 1947 silam, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu kilang minyak tertua di Indonesia ada di Surabaya
Baca SelengkapnyaProses masuknya Jepang ke Indonesia berawal pada masa Perang Dunia II pada tahun 1942.
Baca SelengkapnyaPemerintah kolonial Belanda yang berada di Indonesia terus melakukan eksplorasi wilayah dengan sumber cadangan batu bara yang melimpah.
Baca SelengkapnyaBangunan yang didirikan kolonial Belanda ini pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno dan tokoh nasional lainnya.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaMomen para petani dari pedalaman Jawa iuran menyumbang beras untuk India.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca SelengkapnyaTanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa percaya tembakau sudah hadir jauh masa sebelum kedatangan Penjajah Portugis.
Baca Selengkapnya