Arkeolog Temukan Kano Tertua di Dunia, Terendam Air 4.500 Tahun
Selain kano tertua, ditemukan juga delapan kano lainnya.
Selain kano tertua, ditemukan juga delapan kano lainnya.
-
Artefak apa yang baru ditemukan oleh para arkeolog? Para arkeolog menemukan patung kuda pertama yang dibuat manusia. Patung berbentuk kuda kecil tersebut terbuat dari gading mammoth ini telah ada sejak Zaman Paleolitikum Atas, 35.000 tahun lalu.
-
Siapa yang memimpin tim arkeolog yang menemukan artefak-artefak kuno di Turkistan? Pemimpin ekspedisi Aleksandr Podushkin, arkeolog di Universitas Ozbekali Zhanibekov, mengatakan negara bagian Kangju adalah sebuah federasi yang terdiri dari berbagai macam orang, termasuk, pada saat itu, kelompok-kelompok nomaden Sarmatian, Xiongnu, dan Saki (yang mungkin saja merupakan orang Skit).
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di makam kuno di wilayah Segzabad? Arkeolog dari Universitas Tehran menemukan sisa-sisa tengkorak bocah berasal dari 3.000 tahun lalu selama penggalian di sebuah situs pemakaman kuno di wilayah Segzabad, Provinsi Qazvin, di Iran.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Bagaimana artefak-artefak kuno itu ditemukan? Berbagai artefak ini merupakan hasil penggalian terbaru (2022-2023) oleh Departemen Arkeologi Negara Bagian Tamil Nadu (TNSDA) yang baru saja selesai.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
Arkeolog Temukan Kano Tertua di Dunia, Terendam Air 4.500 Tahun
Para arkeolog meyakini telah menemukan kano atau perahu kayu tertua berusia 4.500 tahun di Danau Wisconsin, Amerika Serikat. Selain kano tertua, ditemukan juga delapan kano lainnya.
Penemuan ini diumumkan Wisconsin Historical Society pada 23 Mei, seperti dilansir Miami Herald.
Kano kuno ini diperkirakan berasal dari tahun 2500 SM dan terbuat dari kayu elm, ungkap para arkeolog dalam siaran pers.
“Penemuan awal yang kami kira hanya satu kasus terisolasi di Danau Mendota, ternyata berkembang menjadi situs arkeologi penting. Situs ini memberikan banyak informasi mengenai masyarakat yang hidup dan berkembang di wilayah ini selama ribuan tahun serta memberikan bukti baru tentang perubahan lingkungan yang besar dari waktu ke waktu,” jelasnya.
- Arkeolog Temukan 33 Makam Kuno Berusia 2600 Tahun di Mesir, Berisi Mumi yang Menderita Penyakit Menular
- Arkeolog Ungkap Fakta Mengerikan, Istana Kuno di Negara Ini Dibangun dari Darah Manusia Korban Tumbal
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
- Gali Makam Kuno, Arkeolog Temukan Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Masih Utuh
Sebelumnya, dua kano juga ditemukan di Danau Mendota pada 2021 dan 2022. Salah satunya berusia 1.200 tahun dan 3.000 tahun. Penemuan awal yang disebut sebagai “terobosan” ini mendorong dilakukannya ekspedisi lanjutan, menurut Wisconsin Historical Society.
“Melihat kano-kano ini secara langsung adalah pengalaman yang luar biasa. Kano-kano tersebut berfungsi sebagai representasi fisik dari apa yang kita ketahui dari tradisi lisan yang telah diwariskan oleh para sarjana Pribumi dari generasi ke generasi,” kata Petugas Pelestarian Sejarah Suku untuk Bangsa Ho-Chunk, Bill Quackenbush, dalam rilis berita.
Para arkeolog berasumsi bahwa kano-kano ini disimpan di dalam air untuk mencegahnya membeku dan melengkung selama musim dingin. Kekuatan alam akhirnya mengubur kano-kano tersebut, seperti yang dijelaskan dalam rilis berita.
“Kano-kano di Danau Mendota terkonsentrasi di sepanjang sekitar 800 kaki (243,8 meter) dari garis pantai kuno yang tenggelam seiring berjalannya waktu akibat perubahan lingkungan di wilayah tersebut,” tambah mereka.
Wisconsin Historical Society menyatakan, ini mungkin adalah kano terakhir yang dapat ditemukan dari situs ini karena kerusakan seiring berjalannya waktu. Menurut masyarakat, kano-kano ini berada dalam kondisi rapuh akibat paparan jangka panjang terhadap elemen alam, hantaman perahu, dan polusi air.
“Petugas Pelestarian Sejarah Suku, para arkeolog menyimpulkan bahwa kano-kano tambahan ini tidak cukup utuh secara fisik untuk diangkat oleh penyelam dan kemudian melalui proses yang diperlukan untuk melestarikan kano-kano tersebut,” menurut rilis berita tersebut.