Arkeolog Temukan Kemah Bekas Penjelajah Zaman Viking, Nyempil di Gunung Terpencil
Arkeolog juga menemukan sisa tulang hewan serta mata panah.
Arkeolog menemukan kemah atau tempat berlindung di pegunungan terpencil, yang pernah digunakan penjelajah selama Zaman Viking.
Kemah ini berupa gubuk batu di sepanjang rute transportasi kuno melintasi Dataran Tinggi Hardanger, sebuah dataran tinggi pegunungan di Norwegia tengah selatan, seperti dilaporkan ScienceNorway.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Norwegia? Arkeolog di Norwegia menemukan tangkai panah yang berasal dari Zaman Batu.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Norwegia? Sebuah harta karun berupa lima potongan foil emas seukuran kuku jari ditemukan para arkeolog di pinggir jalan di tenggara Norwegia.
-
Bagaimana para arkeolog menemukan permukiman Viking? Pemindaian dilakukan menggunakan kendaraan kecil seperti mobil golf. Kendaraan ini dilengkapi dengan alat georadar dan diawaki oleh para arkeolog. Saat melewati lahan pertanian yang luas, mobil ini mengirimkan sinyal ke dalam tanah untuk mencari reruntuhan yang terkubur di bawah ladang di pulau Klosterøy.
-
Bagaimana para ilmuwan memastikan bahwa artefak tersebut berasal dari Zaman Viking? Tetapi tidak ada keraguan bahwa benda-benda ini berasal dari Zaman Viking.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di bawah laut Norwegia? Para arkeolog tercengang setelah menemukan artefak zaman prasejarah di lepas pantai selatan Norwegia.Benda unik yang ditemukan di bawah laut itu sejenis kapak Zaman Perunggu.
Jalur transportasi bersejarah, yang dikenal sebagai Nordmannslepa, telah lama digunakan sebagai jalur transportasi barang dan hewan antara Norwegia bagian timur dan barat. Di lanskap pegunungan ini, kondisi cuaca sangat buruk, sehingga menyulitkan para pelancong zaman dahulu untuk mencari perlindungan.
Oleh karena itu, orang-orang pada zaman dahulu membangun gubuk-gubuk batu dengan jarak yang sesuai agar para pelancong dapat berlindung dan beristirahat setelah seharian melakukan perjalanan.
Dikutip dari Miami Herald, Kamis (26/9), pada awal abad ke-19, ilmuwan Christopher Hansteen menemukan gubuk batu seperti itu saat melintasi bagian Nordmannslepa, seperti yang dijelaskan dalam catatan perjalanannya. Dia mengatakan atap gubuk itu telah runtuh.
Musim panas ini, sekelompok kecil arkeolog dari Museum Sejarah Budaya di Oslo, mengunjungi situs di mana Hansteen mendokumentasikan kemah tersebut dan berusaha menemukannya. Setelah pencarian yang sulit, mereka berhasil menemukannya di lereng.
Tim juga menemukan sebuah gubuk tua yang tampaknya digunakan pada Zaman Viking. Hal ini menunjukkan bahwa artefak tersebut berasal dari Zaman Viking, suatu periode dalam sejarah abad pertengahan antara akhir abad ke-8 dan ke-11 ketika bangsa Viking, seorang pelaut Skandinavia, menyerbu, menjajah, dan berdagang secara luas di seluruh Eropa dan sekitarnya.
- Arkeolog Temukan 139 Kuburan Viking Berusia 1.200 Tahun, Berisi Aksesori Sampai Tulang Hewan
- Arkeolog Temukan 50 Kuburan Viking dari Tahun 900 Masehi, Kerangka Wanita Dikubur dengan Kereta
- Arkeolog Temukan Mata Panah Milik Bangsa Viking, Terkubur di Dalam Es Selama Ribuan Tahun
- Arkeolog Deteksi Ada Permukiman Bangsa Viking Tersembunyi Selama 900 Tahun di Bawah Ladang
Sisa Tulang Hewan
Arkeolog menggali gubuk tersebut dan menemukan dua kamar. Satu kamar berukuran kecil di dekat pintu masuk, yang diduga tempat menyimpan barang. Satu kamar lainnya berukuran lebih besar dengan perapian di bagian tengah. Di dalam, tim menemukan berbagai sisa kayu terbakar yang digunakan sebagai bahan bakar api.
Tim juga menemukan sisa-sisa tulang binatang, termasuk tulang burung, ikan, dan rusa kutub, memberikan bukti tentang apa yang dimakan para penjelajah tersebut. Lapisan jelaga dan tulang hewan yang tebal menandakan bahwa masyarakat berulang kali membuang sisa makanannya langsung ke api.
Ditemukan juga sebuah benda yang disebut baja api, yang digunakan untuk menyalakan api dengan cara dipukul menggunakan sepotong batu api. Temuan menarik lainnya adalah sepasang mata panah, yang kemungkinan milik seorang pemburu.