Giant Jars di Kota Kuno Israel Membingungkan Arkeolog
Giant Jars di Kota Kuno Israel Membingungkan Arkeolog
Pithoi, guci besar yang populer di wilayah Mediterania pada Zaman Perunggu pernah banyak ditemukan di kawasan itu.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Israel? Museum Israel di Yerusalem yang diduduki, Palestina, memamerkan sebuah topeng batu kuno langka dari Zaman Neolitikum untuk pertama kalinya.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di gurun Sinai? Ahli Mesir kuno atau Egyptologi menemukan reruntuhan asrama atau rumah peristirahatan di gurun Sinai, Mesir.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Yerusalem? Arkeolog yang tengah melakukan penggalian di Yerusalem mengungkapkan sebuah temuan menarik berupa jaringan saluran kuno yang berasal dari zaman Raja Yoas dan Amazia, sekitar 2.800 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Yerusalem? Arkeolog dari Badan Kepurbakalaan Israel (IAA) menemukan gagang guci bertuliskan nama "Menahem" dalam aksara Ibrani, saat penggalian di lingkungan Ras el-‘Amud, Yerusalem yang diduduki.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Tel Yehud? Peneliti Israel menemukan jejak-jejak dari artefak keramik bekas narkotika jenis opium abad ke-14 sebelum Masehi.
Giant Jars di Kota Kuno Israel Membingungkan Arkeolog
Namun produksi benda itu kemudian berhenti di akhir Zaman Perunggu.
Pithoi tiba-tiba muncul kembali di Tel Burna—sebuah kota kecil di Israel tengah.
Meskipun Tel Burna tidak memiliki arti penting atau letak strategis pada Zaman Perunggu Akhir, kota ini kaya akan barang impor dari Siprus. Pada masa itu, perdagangan jarak jauh melalui darat dan laut sedang berkembang pesat, dan barang-barang dari berbagai wilayah mencapai daratan, termasuk Tel Burna.
Namun, yang membingungkan adalah mengapa pembuat tembikar di Israel tengah tidak lagi membuat pithoi, meskipun terus memproduksi amphorae, semacam toples keramik yang lebih kecil dan ramping.
Pada Zaman Perunggu Akhir, masyarakat Tel Burna mulai membuat guci raksasa dengan gaya lokal. Sementara itu, pithoi dari Siprus digunakan dengan cara yang mungkin tidak dimaksudkan oleh pembuatnya.
Dilansir Haaretz, penelitian tentang pithoi ini dipublikasikan di Cambridge Archaeological Journal oleh Dr. Matthew Susnow dari Universitas Ibrani, Dr. Chris McKinny dari Gesher Media, dan Prof. Itzhaq Shai dari Universitas Ariel.
Mereka membedakan antara pithoi dan amphorae.
- Arkeolog Temukan Topeng Batu Berbentuk Wajah Manusia Berusia 9.000 Tahun, Ada Hubungannya dengan Ritual Pemujaan
- Arkeolog Temukan Puluhan Pisau Kuno di Ruang Bawah Tanah, Dijadikan Persembahan dalam Upacara Adat
- Arkeolog Temukan Makam 'Wali Kota' Zaman Batu Berusia 6.800 Tahun, Dikubur Bersama Gigi Babi Hutan
- Gali Makam Kuno, Arkeolog Temukan Tumpukan Daun Berusia 2.200 Tahun Masih Utuh
Pithoi berukuran besar dengan leher lebar, sementara amphorae lebih kecil dengan leher sempit dan selalu memiliki dua pegangan serta alas yang runcing.
Pithoi bisa mencapai tinggi 1 hingga 2 meter, sedangkan amphorae biasanya hanya sekitar 45 sentimeter. Amphorae digunakan untuk mengangkut minyak, anggur, dan sereal, sementara pithoi lebih cocok untuk penyimpanan jangka panjang di darat.
Keterampilan membuat tembikar di Syam muncul segera setelah adanya pertanian, sekitar 8.400 tahun lalu.
Pembuat tembikar di sekitar Mediterania mulai membuat toples besar untuk menyimpan biji-bijian dan cairan. Sekitar 6.000 tahun lalu, pembuatan pot keramik raksasa muncul secara rutin seiring dengan meningkatnya kebutuhan penyimpanan.
Pada Zaman Perunggu, pithoi digunakan di sekitar cekungan Mediterania. Di Siprus, ada "Rumah Pithos" yang menyimpan banyak guci besar.
Di Kanaan, pithoi dibuat menggunakan tanah liat lokal dan bentuk dekoratif lokal.
Namun, pada akhir Zaman Perunggu Tengah, pembuatan pithos di Levant tampaknya menghilang, dan pembuat tembikar terus memproduksi amphorae untuk perdagangan.
Peran Kanaan dalam perdagangan internasional terlihat dari bangkai kapal Uluburun yang sarat dengan barang-barang dari berbagai peradaban di sekitar Mediterania.
Kapal ini juga membawa pithoi dari Siprus, yang mungkin berisi mangkuk dan artefak keramik lainnya.
Tel Burna, yang diidentifikasi sebagai kota Libnah yang memberontak menurut Alkitab, menunjukkan bukti penggunaan pithoi untuk tujuan seremonial.
Pithoi Aegea yang ditemukan di sana mungkin telah digunakan kembali dalam konteks pemujaan. Hal ini menunjukkan bahwa eksotisme barang impor mungkin mendorong pembuat tembikar lokal untuk menghasilkan benda-benda baru dengan gaya lokal.
Pithoi besar ini diangkut dari Siprus ke Tel Burna melalui laut dan darat, menunjukkan upaya besar untuk membawa guci-guci ini ke lokasi terpencil.