Ilmuwan Temukan Bukti Manusia Sudah Pakai Sepatu Sejak 148.000 Tahun Lalu
Analisis terhadap penemuan jejak kaki kuno di Kleinkrantz, Afrika Selatan menyiratkan manusia purba telah mengenakan sandal bersol keras.
Analisis terhadap penemuan jejak kaki kuno di Kleinkrantz, Afrika Selatan menyiratkan manusia purba telah mengenakan sandal bersol keras.
Ilmuwan Temukan Bukti Manusia Sudah Pakai Sepatu Sejak 148.000 Tahun Lalu
Karakteristik penemuan jeak-jejak yang tidak biasa ini menjadi bukti tertua manusia telah mengenakan sepatu untuk melindungi kaki dari batu-batu tajam pada masa Zaman Batu Tengah.
Bekas jejak kaki ini terekam jelas pada lempengan batu di 3 lokasi Pantai Cape. Sebenarnya, dari jejak kaki tersebut tidak ditemukan tanggal pastimya, namun berdasarkan batu-batu dan endapan lainnya para peneliti meyakini jejak tersebut berusia sekitar 79.000 tahun hingga 148.000 tahun.
-
Mengapa para peneliti meneliti jejak kaki manusia purba di Afrika Selatan? Keinginan untuk memahami lebih dalam bagaimana manusia purba berinteraksi dengan alam sekitarnya mendorong para arkeolog untuk menciptakan replika sepatu yang mereka yakini digunakan oleh manusia purba.
-
Di mana jalur yang dilalui manusia purba untuk meninggalkan Afrika? Jalur ini melintasi Semenanjung Sinai melalui Yordania.
-
Di mana jejak kaki manusia purba itu ditemukan? Temuan berupa jejak kaki ini ditemukan di dalam lumpur pantai Happisburgh di Norfolk, Inggris.
-
Dimana jejak kaki manusia purba ditemukan? Peneliti menemukan jejak kaki manusia purba di pantai di Maroko.
-
Kapan jejak kaki manusia purba tersebut dibuat? Arkeolog Temukan Jejak Kaki Berusia 800.000 Tahun di Pantai, Ukurannya Seperti Kaki Manusia Modern Para ahli arkeologi menemukan jejak kaki manusia yang dipercaya berusia lebih dari 800.000 tahun.
-
Bagaimana kerangka manusia purba itu ditemukan? Penemuan ini menyebabkan dua penggalian resmi, satu pada 1912 dan satu lagi pada 1924, yang mengungkap ribuan artefak.
Berbeda dengan jejak kaki kuno yang memperlihatkan jari kaki, jejak ini justru menampilkan bentuk ujung anterior yang bulat, tepi tajam, dan titik pemasangan tali.
Tanda-tanda serupa juga ditemukan di lokasi Guokamma yang diperkirakan berumur 73.000 hingga 136 tahun, sementara jejak lainnya ditemukan di The Woody Cape, Taman Nasional Gajah Addo.
Menurut ahli, dalam semua kasus, jika dilihat dari dimensi ukuran, jejak ini mungkin berasal dari bekas pijakan anak-anak atau hominin dewasa kecil.
Untuk menguji hipotesis ini, peneliti melakukan eksperimen dengan mengenakan sandal yang menyerupai dua pasang sepatu yang digunakan oleh suku pribumi San di selatan Afrika pada masa lalu.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa menggunakan alas kaki dengan sol keras di atas pasir basah menghasilkan jejak yang memiliki tepi tajam, tanpa jejak jari kaki, dan ada cekungan di tempat tali kulit bertemu dengan sol, mirip dengan tanda-tanda yang ditemukan di lokasi Kleinkrantz.
Meskipun penemuan ini belum dianggap sebagai bukti pasti, para peneliti menganggap tiga lokasi ini sebagai indikasi bahwa mungkin ada manusia purba yang menggunakan sandal dengan sol keras.
Sumber: IFL Science
Mereka juga mencatat penggunaan alas kaki semacam itu bisa terkait dengan kegiatan mengumpulkan makanan di pantai, yang melibatkan melompati batu-batu tajam dan risiko menginjak bulu babi laut.
Namun, para peneliti tetap hati-hati dalam membuat kesimpulan yang pasti, mengingat kesulitan dalam menginterpretasikan tanda-tanda pada batu, mengingat fakta bahwa sebenarnya belum pernah ditemukan sepatu asli dari Zaman Batu Tengah. Alas kaki kulit dari periode tersebut kemungkinan telah terurai seiring berjalannya waktu, sehingga sepasang sepatu anyaman kulit kayu dari Oregon yang berusia 10.000 tahun saat ini dianggap sebagai alas kaki tertua yang masih ada di dunia.
Sumber: IFL Science
Dalam kesimpulannya, peneliti tidak membuat klaim tentang temuan mereka, tetapi berdasarkan analisis mereka, ahli berspekulasi bahwa manusia mungkin telah menggunakan alas kaki saat berjalan di atas permukaan bukit pasir selama Zaman Batu Tengah.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Ichnos.