Ilmuwan Temukan Fosil Biji Anggur Berusia 60 Juta Tahun, Ada Kaitannya dengan Kepunahan Dinosaurus
Ini adalah fosil biji anggur tertua yang pernah ditemukan di daerah neotropis barat.
Setelah lebih dari satu dekade melakukan pencarian, para ilmuwan yang bekerja di Amerika Selatan telah menemukan fosil biji anggur tertua yang pernah ditemukan di daerah neotropis barat.
Lokasi penemuan fosil kecil berusia 60 juta tahun ini menunjukkan bahwa tanaman anggur mulai menyebar ke seluruh dunia dari tempat yang sekarang disebut Amerika Selatan tak lama setelah kepunahan sebagian besar dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu.
-
Bagaimana fosil dinosaurus ini ditemukan? Fosil lebih mungkin muncul setelah hujan, karena air mengungkap material dengan menghilangkan sedimen yang menutupinya, dalam fenomena yang dikenal sebagai pelapukan.
-
Kapan fosil dinosaurus itu ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun.
-
Bagaimana proses penemuan fosil dinosaurus ini? Spesies aneh ini dijelaskan setelah penemuan fosil yang diambil dari Kabupaten Zhenghe, Provinsi Fujian, China.
-
Bagaimana cara fosil dinosaurus terbentuk? Ini lantaran proses fosilisasi yang jarang terjadi dan hanya terbentuk dalam keadaan tertentu saja.
-
Di mana saja fosil dinosaurus berbulu ditemukan? Ilmu pengetahuan semakin banyak belajar tentang keluwesan bentuk pada dinosaurus dengan setiap penemuan besar di China, Amerika, Antartika, dan tempat lainnya. Termasuk, soal bulunya.
-
Bagaimana fosil dinosaurus hamil itu ditemukan? Sisa-sisa fosil Ichthyosaurus sepanjang hampir empat meter ditemukan oleh para arkeolog di Chile pada sebuah gletser yang meleleh.
Fosil ini digali di Kolombia pada tahun 2022, yang sangat menggembirakan ahli paleobotani Fabiany Herrera dari Chicago's Field Museum. Rekan Herrera, Mónica Carvalho, adalah orang pertama yang menemukan biji buah purba ini di atas batu di Andes.
“Saya telah mencari anggur tertua di belahan bumi barat sejak saya masih menjadi mahasiswa sarjana," kata Herrera, dikutip dari Science Alert, Selasa (20/8).
Berdasarkan catatan penemuan fosil, buah yang memiliki jaringan lunak seperti anggur jarang ditemukan. Namun penemuan ini membuat Herrera dan Carvalho serta rekan mereka yang lain memikirkan kembali sejarah buah merambat ini.
Saat ini, dari Meksiko sampai Patagonia, ada sekitar 100 spesies tanaman anggur, namun catatan fosil dari keluarga tanaman yang sebagian besar tropis ini tidak merata dan secara historis bias terhadap Amerika Utara dan Eurasia.
Pada 2013, para ilmuwan di Museum Florida menemukan fosil biji anggur di India, yang usianya hampir 10 juta tahun lebih tua dibandingkan yang ditemukan di Eropa atau Amerika Utara. Sejak saat itu, Herrera terus mencari penemuan serupa di daerah neotropis barat Amerika dan Karibia.
- Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Terkecil Berusia 80 Juta Tahun, Ukurannya Hanya Sebesar Kancing Baju & Masih Lengkap dengan Embrionya
- Peneliti Temukan Fosil Dinosaurus Spesies Baru Berusia 165 Juta Tahun, Punggungnya Berlapis Baja dan Ditumbuhi Sisik Tajam Bagai Duri
- Setelah Mencari ke Tiga Negara, Ilmuwan Akhirnya Temukan Biji Anggur Tertua Berusia 60 Juta Tahun, Ungkap Peristiwa Kepunahan Massal
- Ilmuwan Temukan Spesies Baru Dinosaurus Berleher Panjang, Hidup 86 Juta Tahun Lalu
Dampak Kepunahan Massal
Selain benih fosil berusia 60 juta tahun yang ditinggalkan oleh spesies yang diberi nama Lithouva susmanii oleh para peneliti, Herrera dan timnya juga telah mendeskripsikan delapan fosil biji anggur lainnya di Amerika Tengah dan Selatan.
Beberapa fosil ditemukan di tempat yang sekarang disebut Panama dan Peru, namun mereka berkerabat jauh dengan genus Dunia Lama yang terletak di belahan dunia lain. Genus-genus ini pernah dianggap terbatas di Asia, namun penelitian baru menunjukkan bahwa benih tersebut menyebar lebih jauh dan lebih cepat ke seluruh dunia daripada yang diperkirakan para ilmuwan.
Sebaliknya, benih berumur 19 juta tahun dari genus Ampelocissus ditemukan di Panama dan “sangat mirip” dengan spesies yang hidup di Karibia dan Mesoamerika, yang menunjukkan bahwa genus tersebut berasal dari daerah sekitar sebelum menyebar ke benua lain.
“Kami selalu memikirkan hewan, dinosaurus, karena merekalah yang paling terkena dampaknya, namun peristiwa kepunahan juga berdampak besar pada tumbuhan,” kata Herrera.
“Hutan mengatur ulang dirinya sendiri, dengan cara mengubah komposisi tanaman.”
Perubahan Ekosisten
Tanaman anggur tumbuh subur di hutan yang padat, di mana tanaman ini berputar-putar melalui tumbuhan bawah dan kanopi, menempel pada tanaman lain sebagai penyangga. Tanpa dinosaurus yang memangkas kembali hutan, tanaman anggur mungkin memiliki ruang untuk tumbuh.
“Hewan besar, seperti dinosaurus, diketahui mengubah ekosistem di sekitarnya,” jelas Carvalho.
“Kami berpikir jika ada dinosaurus besar yang berkeliaran di hutan, kemungkinan besar mereka akan menebang pohon, sehingga secara efektif menjaga hutan lebih terbuka dibandingkan saat ini.”
Studi ini dipublikasikan di Nature Plants.