Ilmuwan Ungkap Hewan-Hewan Aneh Ini Pernah Hidup di Indonesia 12.000 Tahun Lalu
Ilmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
Ilmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan di Sumedang? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Kapan fosil hewan purba ini ditemukan? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Apa saja fosil hewan purba yang ditemukan di Desa Jembarwangi? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba ini? Fosil-fosil tersebut ditemukan sekitar 25 tahun yang lalu oleh ahli paleontologi Elizabeth Smith dan putrinya Clytie ketika mereka sedang memeriksa sisa-sisa tambang opal.
-
Dimana fosil hewan purba ini ditemukan? Potongan fosil tulang rahang hewan tersebut ditemukan di ladang opal di bagian utara New South Wales, bersama dengan bukti beberapa spesies monotreme purba lainnya yang kini telah punah.
-
Di mana fosil hewan laut purba ini ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
Ilmuwan Ungkap Hewan-Hewan Aneh Ini Pernah Hidup di Indonesia 12.000 Tahun Lalu
Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
Ekspedisi tersebut menandai penemuan pertama fosil komodo di luar pulau Flores, sebuah pulau di sebelah timur Bali, yang membuat seorang ilmuwan bertanya-tanya apakah makhluk tersebut dapat diperkenalkan kembali di Sumba.
Sumber: Mongabay
Laporan tersebut diterbitkan dalam jurnal Prosiding Royal Society B, menggambarkan fosil gajah kerdil (Stegodon florensis insularis), hewan pengerat sebesar kucing, dan kadal terbesar yang masih hidup di dunia, komodo (Varanus komodoensis), satu-satunya grup yang masih ada.
Menurut makalah tersebut, beberapa dari spesies ini diperkirakan telah menghuni Sumba sekitar 12.000 tahun yang lalu.
- Bukan Laba-Laba Juga Kalajengking, Fosil Hewan Berkaki Delapan Berusia 308 Juta Tahun Ini Bikin Bingung Ilmuwan
- Ilmuwan Teliti Tulang Fosil Ikan Berusia 375 Juta Tahun, Temuannya Bikin Kaget
- Ilmuwan Temukan Fosil Lumba-Lumba Jenis Baru, Deretan Giginya Terbentang Lebar
- Ilmuwan Temukan Fosil Cakar Kepiting Raksasa, Kondisinya Sangat Utuh Meski Terkubur 8,8 Juta Tahun
Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL). Mereka mengumpulkan fosil dari berbagai deposit di Sumba, sebuah pulau yang terletak di antara Asia dan Australia, bagian dari gugusan pulau yang dikenal sebagai Wallacea, dinamai untuk menghormati ahli biologi Alfred Russel Wallace.
Wallacea menjadi perhatian global pada tahun 2004 ketika fosil manusia kecil yang telah punah ditemukan di Flores, yang kemudian dikenal sebagai "hobbit" atau Homo floresiensis. Penemuan ini memicu minat untuk mengeksplorasi lebih lanjut wilayah ini, termasuk ekspedisi ZSL ke Sumba.
“Hobbit ditemukan berasosiasi dengan fauna luar biasa yang telah punah seperti tikus raksasa, belalai kerdil (makhluk mirip gajah), dan vertebrata tidak biasa lainnya, dan kemungkinan besar fauna serupa juga terdapat lebih luas di Wallacea pada masa lalu,” jelas Samuel Turvey, peneliti utama dari Institut Zoologi ZSL.
“Namun, kita tidak tahu apa-apa tentang fosil fauna di sebagian besar pulau-pulau lain di wilayah ini, sehingga kita belum dapat merekonstruksi pola evolusi atau pergantian keanekaragaman hayati dari waktu ke waktu di wilayah yang secara biogeografis menarik ini,” tambahnya.
Sumba sendiri memiliki sedikit penelitian, baik dalam penggalian fosil maupun survei satwa liar.
“Mungkin karena begitu banyak pulau di Indonesia yang perlu dipelajari, dan masih relatif sedikit ahli biologi atau paleontologi yang fokus pada kawasan megadiversitas ini,” kata Turvey.
“Prioritas penelitian keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia sangatlah besar,” lanjutnya.
Para ilmuwan berharap penelitian tambahan di Sumba dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai evolusi di wilayah tersebut, dan memberikan masukan dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan dan konservasi lingkungan.
“Penemuan ini memberikan gambaran yang menarik dan menyedihkan tentang dunia yang hilang, karena banyak hewan yang berevolusi secara terisolasi di pulau-pulau di Wallacea hilang setelah kedatangan manusia modern prasejarah,” kata Turvey.
Namun, Turvey memperingatkan bahwa hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, mengingat potensi konflik manusia-satwa liar yang mungkin timbul akibat kehadiran kadal raksasa tersebut di pulau tersebut. Kesimpulannya, penemuan fosil di Sumba menghadirkan kesempatan untuk memahami lebih baik tentang masa lalu dan masa depan lingkungan hidup di wilayah ini.