Peneliti Temukan Kerangka Dua Bocah dari Abad ke-16, Tulangnya Kena Infeksi Langka Akibat Penyakit Cacar
Temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait penyebaran wabah cacar di Amerika Selatan.
Temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait penyebaran wabah cacar di Amerika Selatan.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Peru? Arkeolog di Peru menemukan kuil yang digunakan untuk upacara berusia 4.000 tahun. Selain itu, ditemukan juga kerangka manusia di dalam kuil tersebut.
-
Apa yang ditemukan di Andes, Peru? Fosil dari tiga mastodon yang hidup di Zaman Es telah ditemukan di Andes, Peru dan menimbulkan berbagai pertanyaan bagi para Ilmuwan perihal bagaimana hewan tersebut bisa sampai di Peru.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog Peru di situs Pachacamac? Para ahli arkeologi di Peru baru-baru ini menemukan makam yang berisi lebih dari 73 mumi manusia yang berasal dari sekitar 1.000 tahun yang lalu, jauh sebelum Kekaisaran Inca mendominasi wilayah Amerika Selatan bagian barat.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di bawah bukit pasir di Peru? Para arkeolog menemukan reruntuhan kuil upacara berusia 5.000 tahun dan sisa-sisa kerangka manusia di bawah bukit pasir di Peru.
-
Apa yang ditemukan di bawah tanah Pegunungan Andes, Peru? Penemuan terbaru di pegunungan Andes Peru telah mengguncang dunia arkeologi. Para ahli menemukan galeri bawah tanah kuno yang diperkirakan memiliki usia lebih dari 2.000 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Pegunungan Andes? Arkeolog menemukan sebuah lingkaran batu misterius di Pegunungan Andes.
Peneliti Temukan Kerangka Dua Bocah dari Abad ke-16, Tulangnya Kena Infeksi Langka Akibat Penyakit Cacar
Peneliti di Peru menemukan dua kerangka bocah dari abad ke-16 dan menyimpulkan keduanya merupakan korban penyakit cacar. Kedua bocah ini mengalami infeksi tulang langka yang disebabkan virus cacar.
Bocah ini meninggal pada masa kolonisasi Eropa awal di Amerika Selatan dan temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait wabah cacar di kawasan tersebut.
Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, Rabu (3/7), kerangka bocah ini ditemukan di pemakaman di Huanchaco, kota di pantai Pasifik utara Peru.
Huanchaco terkenal karena arkeolog pernah menemukan kuburan massal anak-anak berisi 260 jasad tanpa jantung,
yang diduga korban tumbal 500 tahun lalu.
- Peneliti Temukan Manfaat Meniran untuk Atasi Cacar Air dan Kuatkan Sistem Imun Tubuh
- Waspada Penyakit Menular Cacar Api Bisa Sebabkan Kebutaan, Banyak Menyerang Usia 45-64 Tahun
- Kakek yang Cabuli Bocah Modus Syarat Masuk Kuda Lumping Tewas di Tahanan
- Penyakit Cakar Kucing yang Perlu Diwaspadai, Ketahui Gejala dan Cara Mencegahnya
Menurut para sejarawan, penyakit cacar ini dibawa oleh orang-orang Eropa yang menduduki Amerika Selatan.
"Cacar dan penyakit menular lainnya menjangkiti segmen paling rentan dari populasi pantai utara Andean," tulis para peneliti.
Cacar mungkin menyebar dari Eropa ke Peru bersama penakluk Francisco Pizarro pada tahun 1530-an. Pada tahun 1620, penyakit menular ini telah memusnahkan lebih dari 70 persen penduduk Pribumi di pantai utara Peru.
Anak-anak yang paling sering terjangkit penyakit ini. Lebih dari 67 persen jasad yang dimakamkan di pemakaman Huanchaco adalah bayi dan anak-anak berusia di bawah 12 tahun, yang sistem kekebalan tubuhnya sedang berkembang sehingga lebih rentan terkena penyakit tersebut.
Setelah diperiksa dengan cermat, para peneliti menemukan kerangka dua anak yang dikuburkan—yang meninggal antara usia 1 dan 2 tahun—tidak normal. Menurut Kristina Killgrove dari Live Science “banyak lesi yang merusak, hampir seperti lubang ngengat, di persendian bahu, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki anak-anak." Lesi tersebut merupakan tanda infeksi tulang, osteomyelitis variolosa, yang disebabkan oleh virus cacar.
Kasus osteomielitis variolosa ini adalah yang paling awal yang pernah ditemukan di Amerika Selatan dan menurut Live Science, banyak wabah cacar muncul setelah terjadi kontak dengan orang Eropa.
Penulis utama studi dan ahli bioarkeologi di Universitas Hamline, Khrystyne Tschinkel mengatakan terdapat kekurangan data yang dapat diandalkan mengenai penyebaran dan dampak penyakit cacar pada beberapa populasi penduduk asli Amerika Selatan. Namun, lesi tersebut memberikan beberapa petunjuk tentang pengalaman anak-anak tersebut.
“Kami dapat menebak bahwa mungkin saja, setelah gejalanya muncul, mereka hidup dengan penyakit cacar selama beberapa minggu,” kata Tschinkel kepada Live Science.
“Ada cukup waktu bagi tulang untuk mengalami infeksi parah.”
Tschinkel mengatakan, mengidentifikasi kasus cacar ini membantu para sejarawan mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif terkait wabah di masa kolonial awal.
"Yang bisa kami sampaikan adalah bahwa ada wabah seperti cacar di Huanchaco sekitar tahun 1540, dan itu terjadi di sana yang kemungkinan besar juga terjadi di sekitarnya," jelasnya.