Peneliti Ungkap Manusia akan Bernasib Sama Seperti Dinosaurus: Makin Bodoh Seiring Waktu, Ini Alasannya
Peneliti dari China dan Amerika Serikat mengamati fosil dinosaurus bertanduk dan menemukan fakta mengejutkan.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim gabungan dari China dan Amerika Serikat telah menemukan bahwa kecerdasan dinosaurus bertanduk semakin berkurang seiring waktu.
Ceratopsian, yang dikenal dengan jambul dan tanduknya adalah dinosaurus herbivora yang hidup pada periode Jurassic dan Kretaseus. Ceratopsia awal berjalan menggunakan dua kaki dengan ukuran mencapai panjang 2 meter.
-
Mengapa dinosaurus punah? Temuan kami secara khusus mendukung gagasan bahwa vulkanisme telah mengganggu atmosfer dan iklim jauh sebelum asteroid,
-
Kapan dinosaurus punah? Sebelum ini, para ilmuwan telah berdebat tentang apa penyebab dari lenyapnya tiga perempat kehidupan di Bumi 66 juta tahun yang lalu ini.
-
Bagaimana dinosaurus ini ditemukan? Penemuan ini merupakan hasil kerja sama antara Universitas Portsmouth dan Universitas Bath, yang telah melakukan penelitian di Pulau Isle of Wight selama lebih dari satu abad.
-
Bagaimana jejak dinosaurus bisa terungkap? Baker menyatakan musim panas ini adalah yang paling panas yang pernah dialami, dan dia bahkan tidak bisa mengingat sungai Paluxy yang biasanya indah sekarang telah menjadi kering kerontang. Di area di mana banyak jejak dinosaurus baru ditemukan, suhu batu kapur di dasar sungai mencapai 53 derajat Celcius pada beberapa saat hingga membuat tanah mengering.
-
Dimana dinosaurus ini berpindah? Lida menambahkan, keberadaan jejak kaki dinosaurus menunjukkan bahwa ini mungkin menjadi rute bagi dinosaurus bergerak melintasi wilayah tersebut dalam waktu yang relatif singkat selama Zaman Kapur Akhir.
Namun, pada akhir zaman Kretaseus setelah hampir 100 juta tahun evolusi, dinosaurus tersebut berjalan dengan empat kaki dengan ukuran 4 kali lipat lebih besar mencapai 9 meter.
Pada masa awal dinosaurus bertanduk itu memiliki volume otak yang relatif besar dibanding reptil lainnya. Fungsi tersebut membantu mereka lolos dari para predator, tapi kemampuan mereka semakin berkurang seiring mereka tumbuh besar, ujar para ilmuwan.
Kemampuan yang jarang digunakan
Dengan menggunakan fosil Ceratopsian sebagai sampel, para peneliti merekonstruksi ukuran otak dinosaurus tersebut dengan menggunakan teknologi pemindaian CAT untuk menghasilkan gambar tengkorak dan menganalisis rongga otak fosil tersebut.
Han Fenglu, salah satu profesor dari Universitas Geosains China mengatakan, seiring bertambahnya ukuran ceratopsian, mereka mengembangkan beberapa fitur dalam dirinya seperti baju besi untuk pertahanan diri dari dinosaurus karnivora atau predator lainnya.
“Seiring bertambahnya usia, kerentanan mereka (Ceratopsia) untuk dimangsa berkurang. Lingkungan menjadi lebih aman bagi mereka, dibanding saat mereka masih kecil yang selalu waspada terhadap ancaman dan mengandalkan kecepatan atau kelincahan untuk melarikan diri,” ujar Fenglu.
- Temuan Fosil Ungkap Fakta Mengejutkan Tentang Spesies Dinosaurus Terbang 66 Juta Tahun Lalu
- Ilmuwan Temukan Fosil Katak Raksasa Pemangsa Bayi Dinosaurus
- Peneliti Temukan Jejak Dinosaurus yang Sama di Dua Benua Berbeda, Terpisah Lautan Sejauh 6.000 Kilometer
- Peneliti Temukan Fosil Dinosaurus Spesies Baru Berusia 165 Juta Tahun, Punggungnya Berlapis Baja dan Ditumbuhi Sisik Tajam Bagai Duri
“Ketika fitur untuk waspada (indra penciuman dan pendengaran) untuk mendeteksi predator yang mendekat, ini jarang digunakan fungsi tersebut akan menurun,” kata Fenglu, seperti dikutip dari laman South China Morning Post, Senin (2/12).
Faktor ketergantungan
Menggunakan contoh hewan karnivora modern, Han mengatakan predator karnivora seperti singa menunjukkan tingkat kecerdasan yang relatif tinggi untuk memfasilitasi perburuan dan koordinasi sosial di kelompoknya.
Sementara itu, hewan herbivora modern seperti bison dan zebra tidak memerlukan kecerdasan tinggi karena kelangsungan hidup mereka bergantung pada upaya memenuhi kebutuhan perut dan menghindari predator.
Han, menganalogikan hal tersebut pada manusia, “Jika orang-orang semakin bergantung pada teknologi dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) mungkin sulit untuk beradaptasi jika tidak memiliki alat-alat ini,” kata Han.
“Studi ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu bergantung. Meskipun dinosaurus tidak memiliki kendali atas evolusi mereka, manusia dengan kecerdasan yang tinggi seharusnya mampu mengelola perilaku dan pilihannya.”
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti