Peneliti Ungkap Misteri Mengapa Ribuan Tahun Lalu Puluhan Bayi Baru Lahir Langsung Dikubur di Dalam Rumah
Penggunaan teknologi mikorskopik mengungkap misteri temuan kerangka bayi baru lahir yang langsung dikubur di dalam rumah bangsa Iberia.
Sebuah studi terbaru berhasil menjawab teka-teki dari sisa kerangka bayi yang ditemukan di pemakaman dalam rumah milik bangsa Iberia.
Bangsa Iberia sendiri dikenal dengan ritual pemakamannya yang mengkremasi jenazah untuk kemudian jenazahnya dibuang ke dalam guci dan dikubur di pekuburan. Mereka mendiami wilayah pesisir timur dan selatan Semenanjung Iberia selama periode Zaman Besi abad ke-8 hingga ke-1 SM.
-
Kapan ketiga bayi harimau itu dilahirkan? Ketiganya lahir pada 2 Maret 2024.
-
Apa yang dimaksud dengan bedak bayi? Bedak bayi adalah bedak berbentuk tabur atau padat yang dirancang khusus untuk bayi. Bedak ini biasanya digunakan untuk mengatasi biang keringat atau ruam pada kulit bayi. Formula dalam bedak bayi umumnya sangat aman dan anti iritan.
-
Apa yang ditemukan pada kerangka bayi tersebut? Setelah kematiannya, bayi itu dimakamkan dengan kalung yang terbuat dari 93 manik-manik faience dan vitreous, serta enam manik-manik cornelian, sebuah temuan yang menunjukkan perawatan yang diterimanya dalam hidup dan mati.
-
Mengapa bayi baru lahir disebut sebagai keajaiban? "Selamat atas lahirnya sang buah hati! Semoga keajaiban ini membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam hidupmu."
-
Apa bahaya cium bayi sembarangan? Perlu diketahu, bahwa mencium bayi sembarangan dapat meningkatkan risiko penularan infeksi dan penyakit.
-
Bagaimana cara memandikan bayi yang baru lahir? Pada bayi yang baru lahir, memandikan bayi perlu dilakukan dengan menyeka tubuhnya menggunakan lap atau handuk basah.
Dilansir Phys.org, temuan berupa pemakaman bayi utuh yang langsung dikubur di area perumahan atau keperluan produksi memberi tanda tanya besar bagi para arkeolog mengingat mereka menemukan 45 pemakaman bayi di lima situs yang berbeda.
Kebanyakan bayi yang dikubur lahir prematur
Dilansir dari laman phys.orng, para peneliti menggunakan mikroskop optik dan mikro fluoresensi dengan cahaya sinkrotron untuk menganalisis temuan gigi dan 45 sisa kerangka bayi dan mencapai kesimpulan bahwa bayi-bayi yang dikuburkan di dalam rumah meninggal secara alami, seperti komplikasi saat persalinan atau kelahiran prematur, dan bukan karena praktik ritual.
Paling lama 67 hari
Para peneliti juga menggunakan metodologi historis untuk menghitung usia bayi dengan melihat pertumbuhan gigi pada bayi, mereka menggabungkan teknik ini dengan cahaya sinkrotron untuk menghasilkan sinar X dan memunculkan gambar gigi untuk dianalisis lebih lanjut.
"Data ini memperkuat hipotesis bahwa mayoritas kematian perinatal disebabkan oleh faktor alamiah, seperti komplikasi kelahiran atau masalah kesehatan yang terkait dengan kelahiran prematur, bukan oleh praktik budaya seperti pembunuhan bayi atau pengorbanan ritual, sebagaimana yang dikemukakan beberapa hipotesis," kata Xavier Jordana, salah satu peneliti
- Bayi Miliki Kulit Putih saat Lahir, Mengapa Bisa Berubah Setelah Lahir?
- Cerita Sepasang Kekasih Buang Bayi ke Rumah Orang Tua sampai Perkara Dihentikan Kejaksaan
- Misteri Lokasi Adanya Kerak Bumi yang Hilang Pelan-pelan Mulai Terkuak
- Mumi Gadis Mesir Kuno Ini Meninggal Saat Melahirkan, Kepala Bayi Masih Terjepit di Panggulnya
Hampir setengah dari bayi yang ditemukan meninggal selama masa perinatal, khususnya antara minggu ke-27 kehamilan dan pekan pertama kelahiran. Sebagian besar kematian perinatal tidak bertahan hidup hingga saat kelahiran, dan banyak dari bayi ini meninggal karena kelahiran prematur.
Para peneliti juga mengamati bahwa dari sekitar 20 bayi yang bertahan hidup setelah pekan pertama kelahiran, bayi yang paling lama hidup selama 67 hari.
"Di lokasi yang diteliti, tidak ditemukan penguburan bayi yang berusia lebih dari dua bulan. Hal ini membuat kami berpikir bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh praktik budaya mengubur bayi yang meninggal pada tahap awal di rumah," kata Assumpció Malgosa, peneliti di UAB.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti