Penelitian: Ini yang Bakal Terjadi dengan Bumi jika Manusia Punah
Meskipun kita menghilang, alam akan tetap berjalan. Meskipun manusia telah meninggalkan jejak besar di planet ini, alam selalu menemukan jalan untuk pulih.
Apakah Bumi akan menjadi tempat yang berbeda jika manusia tiba-tiba punah? Mengapa pertanyaan ini menjadi semakin penting?
Penelitian: Ini yang Bakal Terjadi dengan Bumi jika Manusia Punah
Mari kita selidiki pandangan menarik dan kontroversial tentang apa yang mungkin terjadi jika kita, manusia, menghilang dari permukaan Bumi.
Nasib Bumi
Dalam hutan hujan Guatemala, tersembunyi kota kuno Tikal yang berumur sekitar 2.000 tahun, sisa peradaban Maya kuno. Namun, sebenarnya banyak situs lain seperti Tikal yang masih tersembunyi di dalam hutan dan tanah.
Ketika penulis dan jurnalis Alan Weisman menjelajahi reruntuhan kuno ini, dia terkejut dengan pengetahuan bahwa banyak piramida dan kota tersembunyi lainnya masih belum ditemukan di bawah selubung hutan.
Kita hanya mengetahui tentang mereka karena upaya manusia untuk menggali dan mengembalikan sisa-sisanya.
-
Kenapa manusia melewati batas Bumi? Fenomena ini menandakan bahwa jejak ekologis manusia semakin besar, dan biokapasitas planet bumi tidak dapat mengimbanginya.
-
Kapan manusia hampir punah? Hampir 1 Juta tahun yang lalu, populasi dunia hanya berjumlah 1.300 orang dalam kurun waktu lebih dari 100.000 tahun.
-
Dimana tulang manusia ditemukan? Tulang manusia yang ditemukan pekerja proyek di sekitar lokasi pembangunan memorial Living Park Rumoh Geudong di Gampong Bilie Aron, Glumpang Tiga, Pidie, beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana kerangka manusia itu ditemukan? Awalnya, HP yang sedang melintas melihat adanya kerangka manusia dalam posisi terlentang tergeletak di lahan kosong."HP kemudian memberitahukan ke sekuriti kompleks," ucap dia.
-
Bagaimana manusia purba berburu mangsa? Berlari lebih cepat dari kejaran mangsa merupakan metode berburu yang efisien bagi manusia purba dan metode ini juga masih digunakan hingga saat ini, menurut laporan etnografi.
-
Di mana belasan kerangka manusia itu ditemukan? Belasan kerangka itu ditemukan di gua-gua di Lembah Nenggiri yang terpencil sekitar 215 kilometer di utara Kuala Lumpur.
"Sungguh mengagumkan bagaimana alam bisa dengan cepat mengubur kita," kata Weisman, seorang penulis sekaligus jurnalis kepada Live Science.
COVID-19 Beri Ruang bagi Alam?
Pandemi global COVID-19 memaksa manusia untuk tinggal di dalam rumah. Akibatnya, alam mulai merebut kembali lingkungan perkotaan yang sebelumnya tenang. Hewan-hewan mulai muncul kembali di kota-kota yang dulu sibuk.
Pergeseran ini sejalan dengan pemikiran Weisman tentang sebuah planet tanpa pengaruh manusia. Penelitiannya menggali hipotetis akibat kepunahan manusia, mengkaji nasib kota, industri, dan ekosistem.
Dalam penelitian Weisman, ia berpendapat ketidakhadiran manusia memicu pergolakan yang cepat. Tanpa perawatan manusia, infrastruktur kota mulai runtuh.
Kilang minyak dan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terbengkalai menyebabkan kebakaran besar dan reaksi nuklir yang tidak dapat diprediksi.
Limbah plastik yang kita tinggalkan akan tetap bertahan selama ribuan tahun, mencemari lingkungan dan makhluk hidup. Namun, alam akan memulihkan diri, menutupi beton dengan pepohonan dan padang rumput.
Kembalinya ekosistem
Di luar batas perkotaan, ekosistem mengalami kebangkitan seiring dengan hilangnya pestisida. Keanekaragaman hayati meroket seiring dengan meningkatnya kembali populasi serangga, memicu reaksi berantai yang menguntungkan tanaman, burung, dan satwa liar lainnya.
"Itu akan memulai rangkaian peristiwa yang nyata," kata Weisman. "Setelah serangga-serangga itu menjadi lebih baik, maka tumbuhan-tumbuhan juga akan menjadi jauh lebih baik, dan setelah itu burung-burung."
Tanpa ancaman manusia, hewan-hewan megafauna seperti gajah dan badak akan kembali berkeliaran. Spesies besar ini pernah mendominasi planet ini sebelum manusia menyebar dan memburu mereka.
Namun, pemulihan ini memerlukan waktu jutaan tahun, yang merupakan bukti dampak jangka panjang dari campur tangan manusia.
Apakah Bumi Benar-benar Pulih?
Perubahan iklim adalah warisan tak terhindarkan. Gas rumah kaca yang kita lepaskan ke atmosfer akan bertahan ribuan tahun, menyebabkan dampak jangka panjang. Laut yang menyerap karbon dioksida akan mengalami akidifikasi berbahaya, mengancam kehidupan laut. Bahkan jika manusia tiba-tiba menghilang, dampak perubahan iklim akan terus terasa selama ribuan tahun lagi.
Namun, Weisman menawarkan secercah harapan, dengan menyoroti ketahanan Bumi di masa lalu selama periode Jurassic, dan menunjukkan bahwa alam pada akhirnya akan mampu beradaptasi terhadap kondisi ekstrem.
Meskipun kita menghilang, alam akan tetap berjalan. Meskipun manusia telah meninggalkan jejak besar di planet ini, alam selalu menemukan jalan untuk pulih dan berkembang. Dalam keheningan dunia tanpa kita, Bumi mungkin akan menunjukkan kekuatannya yang sejati.
Masa depan
Dunia tanpa manusia mungkin hanya ilusi, tetapi berpikir tentang kemungkinan ini bisa memicu refleksi mendalam tentang dampak kita pada planet ini.
Penelitian ini menggugah kita untuk mempertimbangkan dampak tindakan kita pada planet ini dan memberi kita wawasan tentang potensi masa depan yang belum terungkap.