Sejak Zaman Batu Hewan Ini Berjasa Besar Bagi Manusia, Tulang dan Giginya Bisa Jadi Perkakas
Penelitian baru-baru ini mengungkapkan keberadaan berang-berang membawa pengaruh besar pada ekosistem dan kehidupan manusia pada Zaman Batu.
Hewan pengerat ini dijadikan makanan, pakaian, dan alat, sambil menciptakan lanskap yang ramah bagi beragam spesies lainnya.
-
Apa itu Betandak Dangkong? Betandak Dangkong atau biasa disebut dengan Joged Dangkong adalah kesenian yang merepresentasikan bentuk interaksi kesenian pergaulan rakyat Melayu. Lewat kesenian Betandak Dangkong, masyarakat Melayu khususnya di Kepulauan Riau akan dipertemukan satu sama lain tanpa memandang dari kalangan dan kelas manapun.
-
Kenapa Emping Beras begitu istimewa di Bangka Belitung? Tak heran jika kuliner yang satu ini begitu legendaris di masyarakat Bangka Belitung.
-
Bagaimana bentuk Rangkiang? Dari segi arsitektur, secara kasat mata terlihat jelas pada bagian atapnya menyerupai rumah gadang. Atap Rangkiang berbentuk gonjong dan terbuat dari bahan ijuk. Untuk dindingnya, Rangkiang terbuat dari anyaman bambu tanpa diberi jendela maupun pintu.
-
Kapan Betandak Dangkong dipertunjukkan? Tarian tersebut biasanya akan ditampilkan ketika peringatan hari-hari besar Islam dan hari peringatan nasional.
-
Apa itu "Cembengan"? Tradisi tebu manten atau Cembengan merupakan sebutan yang sering dikatakan oleh masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo, Bantul, Yogyakarta.
-
Bagaimana singa berburu mangsa? Mereka cenderung berburu dengan cara mengejar mangsa dari jarak jauh dan melompat langsung ke arahnya.
Sejak Zaman Batu Hewan Ini Berjasa Besar Bagi Manusia, Tulang dan Giginya Bisa Jadi Perkakas
Penelitian baru-baru ini mengungkapkan keberadaan berang-berang membawa pengaruh besar pada ekosistem dan kehidupan manusia pada Zaman Batu di Belanda dan daerah Eropa utara. Berang-berang menjadi sumber makanan, pakaian, peralatan, serta menciptakan lanskap yang mendukung keanekaragaman hayati.
Ini adalah temuan yang diungkapkan dalam penelitian oleh arkeolog Nathalie Brusgaard. Hewan pengerat ini dijadikan makanan, pakaian, dan alat, sambil menciptakan lanskap yang ramah bagi beragam spesies lainnya.
Bekerja bersama dengan arkeolog Shumon Hussain dari Universitas Aarhus, Brusgaard menganalisis penggalian sebelumnya di Belanda, Skandinavia selatan, wilayah Baltik, dan Rusia. Hasil analisis menunjukkan berang-berang merupakan bagian terbesar dari makanan manusia dan di lanskap Eropa utara dibandingkan perkiraan sebelumnya.
- Tempat Tinggal Zaman Batu Ini Ditemukan Persis Seperti 17.000 Tahun Lalu, Isinya Ada Jarum Sampai Tombak
- Nyamuk Jantan Ternyata Pernah Jadi Serangga Penghisap Darah, Temuan Fosil Tertua Berusia 145 Juta Tahun Ini Buktinya
- Ini Jantung Tertua di Dunia Berusia 380 Juta Tahun, Tapi Bukan Organ Manusia
- "Dunia Saya Telah Berakhir. Semuanya Lenyap Ditelan Gempa"
Pada Zaman Batu Tengah dan Akhir, pemburu-pengumpul memburu berang-berang untuk diambil daging, bulu, dan castoreumnya, dan menggunakan tulang serta gigi mereka untuk membuat perkakas.
Penelitian baru-baru ini bahkan mengungkapkan berang-berang adalah salah satu mamalia paling umum ditemukan di banyak situs arkeologi di Belanda.
Tak hanya berang-berang, organisme lain seperti ikan, burung air, dan tumbuhan tertentu, juga mendapat manfaat dari lanskap yang dibuat berang-berang.
"Berang-berang menciptakan dinamika yang sangat baik untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dalam hutan," jelas Brusgaard.
"Pada situs arkeologi yang banyak terdapat jejak berang-berang, juga ditemukan jejak babi hutan, tombak, hinggap, dan ikan mas. Spesies ini tumbuh subur di ekosistem yang diciptakan berang-berang.”
Penelitian menunjukkan manusia suka tinggal di “lanskap berang-berang” ini karena ketersediaan makanan dan sumber daya.
Dari bekas tulangnya terlihat jelas manusia memakan berang-berang. Penelitian terhadap tengkorak berang-berang menunjukkan pemburu membunuh mereka dengan pukulan di kepala, mungkin untuk menghindari kerusakan bulunya agar tetap dapat digunakan. Rahang dan gigi berang-berang digunakan untuk membuat alat perkakas kayu.
Sebelumya, spesies ini punah di Belanda sejak abad ke-19 dan muncul kembali pada tahun 1988. "Ini benar-benar spesies asli," kata Brusgaard. "Penelitian kami bertujuan untuk melihat bagaimana manusia menyikapi kehadiran berang-berang di masa lalu, sesuatu yang belum dipahami dengan baik hingga saat ini."
Penelitian Brusgaard menunjukkan manusia mendapat manfaat dari berang-berang selama ribuan tahun.
"Kita bisa mengambil pelajaran dari masa lalu. Dan kita semua mendapat manfaat dari ekosistem yang sehat. Kita harus belajar sekali lagi untuk hidup bersama berang-berang."
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal The Holocene.