Ratusan Mumi Lebah Berusia Hampir 3.000 Tahun Ditemukan di Portugal, Hidup di Akhir Kekuasaan Nabi Sulaiman
Lebah-lebah ini hidup di zaman menjelang berakhirnya kekuasaan Nabi Sulaiman di Timur Tengah.
Ratusan Mumi Lebah Berusia Hampir 3.000 Tahun Ditemukan di Portugal, Hidup di Akhir Kekuasaan Nabi Sulaiman
Ratusan mumi lebah di dalam kepompong berusia 2.975 tahun ditemukan di pantai barat daya Portugal, di situs paleontologi baru di pantai Odemira. Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Papers in Paleontology menyatakan, metode fosilisasi ini sangat langka dan biasanya kerangka serangga ini cepat terurai karena memiliki komposisi kitin yang merupakan senyawa organik berupa kitin.
Sumber: Arkeonews
Mumi-mumi lebah ini diperkirakan berasal dari zaman pemerintahan kerajaan besar. Hal ini didasarkan pada angka tahun usia pada mumi lebah tersebut, sekitar 2.975 tahun yang lalu.
Masa itu adalah ketika Firaun Siamun sedang memerintah di Mesir Hilir, Dinasti Zhou berakhir di China, dan akhir kekuasaan Nabi Sulaiman yang kemudian digantikan Nabi Daud di Timur Tengah, atau akhir Zaman Perunggu.
-
Kapan fosil lebah Nabi Sulaiman ditemukan? Fosil lebah yang hidup di zaman Nabi Sulaiman ditemukan di lepas pantai Portugal.
-
Dimana fosil lebah Nabi Sulaiman ditemukan? Fosil lebah yang hidup di zaman Nabi Sulaiman ditemukan di lepas pantai Portugal.
-
Siapa yang menemukan fosil lebah? Hasil riset bersama oleh beberapa universitas di Portugal yang dimuat dalam jurnal ilmiah terkemuka “Papers in Paleontology“ mengungkapkan, ribuan sarang lebah Eucera yang terawetkan dari 3.000 tahun yang lalu ditemukan di dasar laut lepas pantai Portugal.
-
Fosil apa yang ditemukan di Portugal? Fosil lebah yang hidup di zaman Nabi Sulaiman ditemukan di lepas pantai Portugal.
-
Fosil apa yang ditemukan di Brasil? Luzia: Ditemukan pada tahun 1975 di Brasil, fosil ini berusia sekitar 11.500 tahun dan dikaitkan dengan budaya Paleo-India.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba? Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL).
Namun, terdapat kondisi aneh khususnya di pantai barat daya Portugal, tempat Odemira sekarang berada, suatu kejadian yang langka baru saja terjadi, ratusan lebih mati bersama dalam kepompongnya dan terawetkan hingga detail anatomi terkecil.
Foto: Andrea Baucon
"Tingkat pelestarian lebah ini sangat luar biasa sehingga kami dapat mengidentifikasi tidak hanya detail anatomi yang menentukan jenis lebah, namun juga jenis kelaminnya dan bahkan persediaan serbuk sari monofloral yang ditinggalkan oleh induknya saat ia membuat kepompong."
Carlos Neto de Carvalho, koordinator ilmiah Geopark Naturtejo, Geopark Global UNESCO, dan peneliti kolaborasi di Instituto Dom Luiz Fakultas Sains Universitas Lisbon.
Menurut Carlos Neto de Carvalho, proyek tersebut berhasil mengidentifikasi empat lokasi paleontologi yang memiliki konsentrasi tinggi fosil kepompong lebah, bahkan mencapai ribuan dalam satu meter persegi.
Foto: Ilustrasi lebah (Pexels)
Lokasi-lokasi ini ditemukan di antara Vila Nova de Milfontes dan Odeceixe, di wilayah pantai Odemira. Kota Odemira sendiri memberikan dukungan yang kuat dalam pelaksanaan penelitian ilmiah ini, sehingga memungkinkan untuk melakukan penanggalan menggunakan metode karbon 14.
Foto: Mumi lebah (Andrea Baucon)
Kepompong yang baru ditemukan ini telah diproduksi hampir 3.000 tahun lalu. Dalam keadaan ini, lebah Eucera muda tersimpan seperti dalam sebuah peti yang belum pernah terlihat sebelumnya. Eucera adalah salah satu dari sekitar 700 spesies lebah yang masih ada di daratan Portugal hingga hari ini.
Lokasi paleontologi baru ini menunjukkan, bagian dalam kepompong dilapisi dengan benang yang rumit, hasil produksi dari induknya yang terbuat dari polimer organik. Di dalamnya, terdapat sisa-sisa serbuk sari monofloral yang ditinggalkan oleh induknya, makanan bagi larva pada tahap awal kehidupannya. Dengan menggunakan tomografi komputer mikro, para peneliti berhasil memperoleh gambar tiga dimensi dari mumi lebah yang terawetkan dalam kepompong yang tertutup rapat.
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 20 ribu spesies lebah yang memainkan peran penting sebagai penyerbuk. Namun, populasi mereka telah mengalami penurunan yang signifikan akibat aktivitas manusia dan terkait dengan perubahan iklim.
Foto: Ilustrasi lebah (Pexels)
Memahami faktor ekologis yang menyebabkan kematian dan mumifikasi populasi lebah hampir 3.000 tahun yang lalu dapat membantu dalam memahami dan merumuskan strategi ketahanan terhadap perubahan iklim. Pada kasus pantai barat daya, periode iklim dari 3.000 tahun lalu secara umum ditandai dengan musim dingin yang lebih dingin dan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan musim dingin saat ini.
Sumber: Arkeonews
“Penurunan tajam suhu malam hari di akhir musim dingin atau banjir berkepanjangan di luar musim hujan dapat menyebabkan kematian, karena kedinginan atau sesak napas, dan mumifikasi ratusan lebah kecil ini," ungkap Carlos Neto de Carvalho.
Foto: Ilustrasi lebah (Pexels)