Temuan Tulang Purba Ungkap Penyakit Malaria Mulai Menjangkiti Manusia Sejak 5.000 Tahun Lalu, Begini Sejarahnya
Studi baru membantah dugaan sebelumnya yang menyatakan malaria muncul sekitar 2.000 sampai 3.000 tahun lalu.
Studi baru membantah dugaan sebelumnya yang menyatakan malaria muncul sekitar 2.000 sampai 3.000 tahun lalu.
Temuan Tulang Purba Ungkap Penyakit Malaria Mulai Menjangkiti Manusia Sejak 5.000 Tahun Lalu, Begini Sejarahnya
Penyakit malaria pada awalnya diyakini oleh para peneliti berasal dari 2000-3000 tahun yang lalu, namun sebuah temuan baru dari tulang-tulang kuno mengungkap bahwa penyakit menular tersebut telah ada sekitar 5.500 tahun bahkan lebih. Penyakit ini telah membuat jutaan orang jatuh sakit dan membunuh sekitar 608.000 jiwa per tahun.
-
Siapa yang menyebarkan penyakit malaria? Diketahui, nyamuk Anopheles betina dikenal luas sebagai nyamuk pembawa parasit plasmodium. Parasit ini adalah penyebab penyakit malaria.
-
Bagaimana cara mencegah malaria dan demam berdarah? Untuk mencegah malaria dan demam berdarah, ada beberapa langkah yang bisa diikuti. Berikut adalah penjelasan lengkapnya: Mencegah Malaria:Menggunakan Kelambu Berinsektisida: Tidur di bawah kelambu yang telah diobati dengan insektisida dapat mengurangi risiko digigit nyamuk yang membawa parasit malaria.Mengaplikasikan Repelen Nyamuk: Oleskan repelen nyamuk yang mengandung DEET, picaridin, atau lemon eucalyptus pada kulit yang terbuka.Memakai Pakaian Pelindung: Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, terutama saat beraktivitas di luar ruangan pada malam hari. Menghindari Genangan Air: Usahakan untuk tidak membiarkan air menggenang di sekitar tempat tinggal karena ini bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk Anopheles.Menggunakan Insektisida: Semprotkan insektisida di dalam rumah untuk membunuh nyamuk yang mungkin masuk.Pengobatan Profilaksis: Jika bepergian ke daerah endemik malaria, pertimbangkan untuk mengonsumsi obat antimalaria profilaksis sesuai anjuran dokter. Mencegah Demam Berdarah:3M Plus: Praktikkan ‘Menguras, Menutup, Mengubur, dan Memantau’ (3M Plus) untuk mengontrol tempat berkembang biak nyamuk Aedes.Menggunakan Repelen Nyamuk: Sama seperti pencegahan malaria, menggunakan repelen nyamuk juga efektif untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes.Memasang Kawat Nyamuk: Pasang kawat nyamuk pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.Menghindari Aktivitas di Luar Ruangan Saat Fajar dan Senja: Nyamuk Aedes seringkali lebih aktif pada waktu-waktu ini. Menggunakan Kelambu Saat Tidur: Ini penting terutama jika tinggal di daerah endemik demam berdarah.Menanam Tanaman Pengusir Nyamuk: Tanaman seperti lavender dan citronella dapat membantu mengusir nyamuk.
-
Siapa yang menemukan bahwa nyamuk menularkan malaria? Penularan penyakit malaria yang berbahaya ini dibuktikan oleh Sir Ronald Ross, seorang ahli bedah tentara Inggris yang bekerja di India.
-
Mengapa penting mengetahui perbedaan antara malaria dan demam berdarah? Memahami perbedaan ini penting tidak hanya untuk pencegahan, tetapi juga untuk memastikan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang efektif.
-
Kenapa penyakit Malaria masih menjadi ancaman di Afrika Sub-Sahara? Malaria tetap menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di Afrika Sub-Sahara, di mana nyamuk Anopheles menjadi vektor utama penyebaran penyakit ini.
-
Siapa yang menjadi mentor Dr. Achmad Mochtar ketika ia sedang meneliti tentang Malaria? Selama Mochtar berkarier sebagai dokter, saat bertugas di Panyabungan ia sempat bertemu dengan seorang peneliti Belanda bernama W.A.P Schuffner yang saat itu sedang meneliti Malaria. Dari pertemuan tersebut, Schuffner menjadi mentor Mochtar.
Sebuah studi yang diterbitkan pada Rabu (12/6) dalam jurnal Nature, menjawab tanda tanya para peneliti mengenai asal-usul penyakit malaria, dikutip dari NPR.
“Kami masih belum mengetahui di mana dan kapan tepatnya asal-usulnya,” uar Johannes Krause, penulis studi dan direktur di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.
“Sepertinya kita harus melihat lebih jauh ke masa lalu, mungkin 10.000 tahun,” tambahnya.
Penelitian ini membuat para peneliti mengumpulkan potongan tulang manusia purba dari para arkeolog, museum dan penggalian yang mereka lakukan di seluruh dunia. Mereka kemudian melakukan analisis dengan memeriksa sampel kecil tersebut hingga menemukan jejak parasit malaria yang sangat kecil di dalamnya.
“Ini merupakan kejutan besar, untuk menemukan DNA manusia di dalam sampel tulang berusia ribuan tahun merupakan hal yang cukup sulit,” kata Krause.
Para ilmuwan kemudian membandingkan DNA parasit tua tersebut dengan malaria versi modern dan menemukan beberapa temuan mengejutkan. Para ilmuwan menemukan bahwa kedua bentuk malaria yang ditemukan di Amerika merupakan virus yang dibawa oleh orang Eropa, demikian kesimpulan para peneliti.
Plasmodium vivax, salah satu jenis malaria kronis, diperkenalkan ketika bangsa Eropa menjajah Amerika Selatan dan Utara pada awal abad ke-15.
- Berburu Jamur di Hutan, Penduduk Desa Temukan Patung Batu Bergambar Wanita Misterius
- Ilmuwan Ungkap Bagaimana Manusia Akhirnya Bisa Jago Lari, Ternyata Hasil Evolusi Manusia Purba Melakukan Ini
- Ilmuwan Rekonstruksi Wajah Manusia Prasejarah yang Tenggelam 4.000 Tahun Lalu, Begini Parasnya
- Bulan Terbuat dari Apa? Ilmuwan Akhirnya Punya Jawabannya, Ternyata Mirip Bumi
Penemuan ini mematahkan teori bahwa malaria sudah ada di Amerika ketika bangsa Eropa menjajah dan memperbudak bangsa lain. Penemuan lainnya adalah virus P. vivax yang dikira oleh para peneliti lebih tua dari P.falciparum ternyata belum terbuktikan.
Studi ini menunjukkan bagaimana sejarah malaria didukung oleh pergerakan manusia, dan cara kita membentuk lingkungan kita, termasuk patogen, kata para ahli.
Temuan mengejutkan lainnya mengenai penyakit malaria adalah temuan pada tulang manusia dari zaman Besi di Austria dan pada tulang dari Tibet, di Himalaya, para peneliti terkejut karena wilayah ini bukan habitat nyamuk pembawa malaria. Mereka yakin bahwa penyakit ini dibawa oleh orang luar yang sedang melakukan perjalanan ke Tibet dan Austria. Hal ini memberikan wawasan mobilitas manusia menggunakan DNA patogen dan menunjukan betapa luasnya penyebaran malaria selama berabad-abad, ungkap Krause.
Penelitian ini juga menawarkan wawasan baru tentang identitas malaria. Saat ini malaria dipandang sebagai penyakit tropis.
"Seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh penelitian ini, hal ini jauh dari itu," katanya.
"Tampaknya penyakit ini telah menyebar ke seluruh dunia, bahkan hingga ke Himalaya, ini sangat mencengangkan."
Alasan mengapa malaria telah menjadi penyakit daerah tropis, katanya, adalah karena beberapa negara mampu mengerahkan sumber daya yang cukup besar untuk memusnahkannya di bagian dunia mereka.
Setelah beberapa dekade mengalami kemajuan dalam memerangi parasit berbahaya ini, dalam beberapa tahun terakhir kasus-kasus yang terjadi kembali meningkat, terutama karena perubahan iklim, seiring dengan meluasnya jangkauan lingkungan di mana nyamuk malaria dapat bertahan hidup.