Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Wilayah Sumedang, Jawa Barat, merupakan daerah dengan kebudayaan nenek moyang yang kuat. Warisan itu banyak mengajarkan rasa hormat kepada ciptaan Tuhan, termasuk alam.
-
Bagaimana cara warga Subang dalam merayakan Ruwat Jagat Mapag Hujan? Masyarakat kemudian melakukan sejumlah prosesi adat untuk menyambut datangnya musim penghujan. Termasuk kenduri rakyat
-
Apa yang ditemukan warga di Desa Surotrunan, Kebumen? Warga Desa Surotrunan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, dibuat heboh. Sebuah gundukan tanah misterius ditemukan pada salah satu pekarangan milik warga.
-
Kenapa Sala Lauak digemari masyarakat Pariaman? Salah satu kuliner favorit masyarakat Pariaman dan sekitarnya yaitu Sala Lauak.
-
Apa yang menjadi kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara akhir-akhir ini? “Saya kira inilah yang menjadi kebanggaan kita semua, provinsi Sulut akhir-akhir ini banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat memdapatkan pengakuan provinsi yang mempercepat infrastruktur berkelanjutan,” katanya, Jumat (1/9).
-
Bagaimana cara warga Sumedang mengantarkan banyak orang untuk menjenguk tetangga yang sakit? Karena jumlah warga yang berangkat bisa puluhan hingga belasan orang, maka salah satu perwakilan akan memakai mobil pribadinya untuk mengantar para tetangga menjenguk warga yang lain. Bahkan, warga sampai harus menyewa mobil pick up demi sampai ke rumah orang yang sakit, ataupun untuk menuju rumah sakit di pusat kota.Biasanya para warga ini akan duduk di bak pick up bersama-sama, sembari bercengkrama.
-
Kapan Ugamo Malim mulai dianut oleh masyarakat Suku Batak? Kepercayaan ini sudah mulai dianut pada masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang juga menganut Ugamo Malim.
Harmonisasi ini kemudian melahirkan sebuah budaya yang oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Hajat Uar. Baru-baru ini, kearifan lokal tersebut telah dilaksanakan di pendopo Desa Darmaraja, Kecamatan Darmaraja.
Hajat Uar tak sekedar pelaksanaan upacara adat, melainkan sebuah renungan akan pentingnya harmonisasi manusia dengan alam setelah terjadinya sebuah bencana alam. Berikut informasi selengkapnya.
Sebagai Bentuk Tolak Bala
Dilaksanakannya tradisi Hajat Uar menjadi salah satu cara warga untuk mencegah terjadinya bencana alam maupun kondisi yang merugikan. Hajar Uar juga merupakan ikhtiar dari masyarakat untuk melakukan tolak bala.
Mengutip YouTube Pelosok Sumedang, ada Hajat Uar yang berlangsung pada Minggu, 7 Januari 2024 itu turut dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, BPBD Kabupaten Sumedang hingga perwakilan Keraton Kasumedangan.
Mengajak Agar Masyarakat Bisa Memperlakukan Alam dengan Baik
Disampaikan Radya Anom dari Keraton Kasumedangan, acara ini merupakan ajakan kepada masyarakat agar bisa memperlakukan alam dengan baik. Ini juga merupakan bentuk penghormatan, lantaran manusia banyak bergantung hidup terhadap alam.
Ketika harmonisasi itu terwujud, kejadian bencana alam seperti gempa yang terjadi sejak 31 Desember 2023 itu bisa diminimalisir ke depannya.
Manusia juga diajak untuk merekatkan lagi tali silaturahmi melalui kegiatan kumpul bersama, juga mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan di saat warga ditimpa musibah.
Gunakan Sasaji
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hajat Uar memang jadi tradisi turun temurun khas Kabupaten Sumedang dan sekitarnya dengan melibatkan masyarakat juga hasil alamnya.
Semuanya dikumpulkan di satu tempat seperti pendopo, untuk bersama-sama berdoa dan memberikan nasihat-nasihat penting tentang kekuatan alam dan kehidupan yang harmonis.
- Melihat Tradisi Unik di Pelosok Hutan Jati Grobogan, Hanya Digelar Dua Tahun Sekali
- Dianggap Sakral, Yuk Kenalan dengan Kesenian Dodod yang Masih Eksis di Pandeglang
- Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
- Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Sesuai anjuran nenek moyang, warga akan menyediakan sejumlah sasaji (sesajen) berupa kemenyan, congcot (nasi tumpeng), daging ayam, bekakak ayam, ketupat, tenteng angin, epres (penganan dari campuran kelapa, tepung terigu dan gula putih), otoktowo atau kue tradisional yang berwarna kuning dan coklat serta keras yang terbuat dari tepung terigu dan gula putih.
Ijab Qobul jadi Puncak Acara
Setelah semua sesajen dikumpulkan, juru kunci atau sesepuh kampung akan melanjutkan pembacaan ijab qobul dan doa-doa. Ini untuk memohon ampun kepada Tuhan.
Kemudian upacara ditutup dan warga akan serempak menyantap sajian yang sudah disediakan warga sebagai perekat tali silaturahmi.
Selain di Sumedang, rupanya tradisi ini juga populer di Kabupaten Majalengka, salah sataunya di Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka.
Dilaksanakan Setelah Munculnya Bencana Alam
Disampaikan sesepuh Desa Darmaraja, pelaksanaan Hajat Uar tahun ini berfokus pada perenungan setelah terjadinya gempa bumi yang berlangsung pada akhir hingga awal tahun 2024.
Hajat Uar juga diketahui kerap dilaksanakan setelah terjadi bencana maupun musibah lainnya, seperti gempa bumi, longsor, banjir, ataupun gerhana matahari/bulan yang kerap dianggap sebagai bencana.
Hajat Uar saat ini menjadi kearifan lokal masyarakat Sumednag yang terus dilestarikan di Kecamatan dan Desa Darmaraja.