Mencicipi Sate Asem Khas Betawi, Olahan Daging dan Kelapa yang Kini Mulai Langka
Sate asam ini tampil menarik dengan parutan kelapa. Tekstur dagingnya juga lembut, sehingga menghadirkan pengalaman berkuliner yang istimewa.
Sate asem atau sate lembut, merupakan kuliner khas Betawi yang mulai langka di Jakarta. Makanan ini terbilang unik karena menggunakan bahan daging sapi, namun tanpa tambahan bumbu kacang.
Kuliner ini juga tampil menarik karena di tiap porsinya terdapat parutan kelapa. Tekstur dagingnya juga lembut, sehingga menghadirkan pengalaman berkuliner yang istimewa.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari sate sapi di Warung Pak Djamil? Unik Berbeda dari yang lain, sate di warung ini menggunakan daging sapi. Mengutip YouTube Liputan6, sate dibuat menggunakan daging sapi tanpa lemak dicampur bumbu kacang.
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu Betawi? Tak jarang, pantun-pantun Betawi yang dibawakan mengandung humor lucu dan menghibur.
-
Apa ciri khas dari pantun Betawi? Pantun Betawi memiliki ciri khas yang spontan, blak-blakan, dan lucu.
-
Kapan Ayam Kodok menjadi makanan khas Jakarta? Menurut kisah, menu ini sudah ratusan tahun digemari warga ibu kota, bersamaan dengan kuliner legendaris lainnya yakni ikan gabus pucung dan sup daging sapi.
-
Kenapa kerak telor menjadi makanan khas Betawi? Pada era 1920-an, komunitas Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menciptakan kerak telor. Kelimpahan kelapa di wilayah tersebut menginspirasi mereka untuk mengolah kelapa menjadi berbagai macam makanan.
-
Apa saja makanan khas Bandung yang termasuk dalam daftar kuliner terbaik versi Taste Atlas? Beberapa yang masuk di antaranya batagor, mi koclok, kupat tahu, dan soto Bandung.
Meski sulit ditemui, sate asem tetap dicari oleh para penggemar terutama bagi yang ingin mencari sate dengan variasi rasa asam, manis dan gurih. Sebagai bagian dari tradisi kuliner Jakarta, sate asem mencerminkan keanekaragaman rasa beda budaya di tanah Batavia.
Lambat laun, kehadirannya disukai banyak orang hingga menjadi sajian yang menggugah selera. Penasaran dengan kehadiran sate asem? Yuk simak informasinya berikut ini.
Perpaduan Budaya Arab dan India
Mengutip senibudayabetawi.com, disebutkan bahwa sejarah sate asem di Jakarta bermula sekitar abad ke-15.
Ketika itu, terdapat rombongan pedagang asal Arab dan India yang lambat laun berakulturasi dengan masyarakat Betawi. Mereka mengenalkan budaya menyantap daging kambing dengan tambahan rempah-rempah.
Di Jakarta, terdapat banyak kelapa sehingga masyarakat sekitar mengkombinasikannya sehingga jadilah menu sate asem yang sampai saat ini masih bisa ditemukan.
- Sate Kambing di Banyumas Ini Disajikan dengan Tusuk Pedang, Begini Penampakannya
- Mencicipi Asam Keueng, Kuliner Olahan Ikan Khas Aceh dengan Cita Rasa Asam Pedas
- Cara Bikin Sate Kambing Bebas Prengus, Tekstur Empuk Tanpa Dimarinasi
- Mencicipi Sate Sapi Suruh Salatiga, Kelezatannya Jadi Incaran Para Pencinta Kuliner
Daging Sate Digiling Lalu Ditusuk
Merujuk kebudayaan.kemdikbud.go.id, cara pembuatan sate asem memang terbilang rumit. Daging sapi tak hanya ditusuk lalu dibakar, melainkan harus digiling terlebih dahulu layaknya membuat adonan bakso.
Setelah daging halus, kemudian dicampur dengan beberapa rempah seperti bawang merah, bawang putih, lengkuas muda, ketumbar, jinten, garam dan lada. Kemudian ditambahkan juga larutan asam Jawa, gula Jawa dan kelapa parut yang sudah disangrai.
Seluruh bahan bisa dicampurkan, untuk selanjutnya direkatkan di tusuk sate untuk dibakar selama beberapa menit.
Rasanya Manis, Asam dan Gurih
Sate Lembut sering disajikan pada saat acara istimewa, seperti saat lebaran atau hari besar lainnya juga pada upacara tradisional dan lingkup daur hidup Betawi.
Rasanya tentu sangat nikmat, karena tekstur daging lembut, gurih, manis dan asam amat terasa gurih dan nikmat. Apalagi jika sate dicampur dengan sayur babanci yang terbuat dari santan.
Orang Betawi akan menyantap sate ini dengan tambahan nasi putih hangat. Setelahnya akan makin lezat jika ditutup dengan sajian segelas es jeruk.
Makna Simbolis Sate Asam Betawi
Sate asem juga memiliki makna simbolis bagi orang Betawi, karena dianggap menjadi penghubung kebudayaan dengan nilai sejarah. Karena kehadirannya berkenaan dengan masuknya ajaran Islam ke Jakarta, maka ada hubungan antara kepatuhan kepada Tuhan dan keseimbangan sosial.
Sate asem disajikan dalam acara dan upacara tradisi Betawi, memiliki fungsi sosial untuk mengajak orang yang menyantapnya kenal terhadap Tuhan dan leluhur.
Cita rasa yang disukai semua orang juga menandakan terbentuknya hubungan antara individu dengan kelompok yang sama-sama menikmati sajian ini.
Bisa Ditemukan di Kawasan Tanah Abang
Sayangnya, sate asam ini sudah mulai sulit ditemukan di wilayah perkotaan Jakarta. Namun, ada beberapa rumah makan Betawi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang menyajikannya secara masal.
Pengunjung hanya tinggal pesan, lalu menyantapnya dengan kuliner khas Betawi lainnya yang disajikan.