Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447
Cirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?
Cirebon dulunya hanya sebuah musala kecil. Bagaimana kisahnya?
Sejarah Asal-usul Kota Cirebon, Bermula dari Musala Kecil Tahun 1447
Cirebon boleh dikatakan sebagai kota perniagaan yang maju sejak abad ke-15. Ketika itu wilayah berjuluk Kota Udang tersebut sudah memiliki pelabuhan yang dipadati kapal-kapal luar negeri untuk bertransaksi rempah.
Indonesia memang jadi salah satu pusat rempah terbesar di dunia. Berbagai komoditas mulai dari pala, cengkeh, sampai hasil teh dan kopi akan melewati Cirebon sebelum diedarkan di ke berbagai negara kala itu.
-
Apa saja yang bisa ditemukan di wisata Cirebon? Cirebon menawarkan berbagai macam daya tarik yang akan membuat Anda terpesona. Namun, dengan begitu banyaknya tempat wisata di Cirebon, Anda mungkin bingung harus mulai dari mana.
-
Apa yang menjadi fakta unik dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang jarang diketahui? Keramik ini tersebar di bagian dinding pada bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon Keraton Kasepuhan selama ini identik sebagai pusat penyebaran Islam di Cirebon. Di sini nuansa Timur Tengah cukup terasa, terutama di kompleks Siti Inggil yang berisi ornamen rukun Iman dan rukun Islam.Keraton ini dahulu pernah dipegang penuh oleh pemerintahan Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Namun terdapat fakta yang jarang diketahui dari keraton tertua di Cirebon itu, yakni adanya beberapa hiasan keramik yang berisi kisah dari Al Kitab.
-
Apa yang menjadi salah satu ciri khas budaya di Kecamatan Gegesik, Cirebon? Masyarakat Cirebon mengenal Gegesik sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sisi barat kota tersebut. Selain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata wilayah ini juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satu yang unik adalah berburu tikus.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari rotan Cirebon? Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna.
-
Bagaimana kesenian Tayuban Cirebon dipertunjukkan? Pertunjukkan Tayuban Dalam pementasannya, kesenian ini dilakukan oleh seorang penari yang disebut ronggeng dan diiringi pemusik karawitan seperti kendang, goong, kenong, gamelan, kecrek dan suling. Musiknya cenderung dinamis, namun didominasi tempo lambat. Penarinya juga menggunakan selendang yang akan diberikan kepada tamu yang disambut untuk ikut menari.
-
Apa itu Tayuban Cirebon? Kesenian Tayuban menjadi salah satu warisan lokal yang punya banyak makna.
Namun mulanya, Cirebon merupakan derah hutan belantara yang posisinya tak jauh dari Laut Jawa. Tidak banyak permukiman penduduk dan hanya ada sebuah tajug atau musalah kecil serta rumah besar.
Sejarah berdirinya Cirebon kemudian teridentifikasi pada 1447. Saat itu sebuah perkampungan mulai didirikannya oleh pemimpin pertama Cirebon bernama Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Yuk jelajahi sejarahnya berikut ini.
Didirikan oleh Putra Raja Sunda Prabu Siliwangi
Merujuk laman Cirebonkota.go.id, Pangeran Walangsungsang sendiri merupakan putra dari seorang raja Sunda yang berpikiran maju dan disegani bernama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Ketika itu dirinya bersama sang adik Nyari Rarasantang meninggalkan Kerajaan Pakuan pajajaran untuk mencari tempat bertapa.
Keraton Kasepuhan sebagai pusat pemerintahan Cirebon di masa lampau.
Berdasarkan manuskrip kuno, terdapat lokasi-lokasi yang diduga dijadikan tempat bertapa, antara lain Ciangkup di Desa Panongan (Sedong), Gunung Kumbang di Tegal, Gunung Cangak di Desa Mundu Mesigit, Gunung Mara Api hingga ke Gunung Amparan Jati. Pangeran Walangsungsang kemudian menikah dengan putri dari Ki Gedheng Danu Warsih, penguasa Pertapaan Gunung Mara Api.
Diminta Membabat Hutan di Dekat Laut Utara
Saat di Gunung Amparan Jati, titik terang kemunculan Cirebon dimulai setelah ketiganya belajar agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi. Mereka kemudian menunaikan ibadah haji ke Mekah dan menjadi penyebar agama Islam di wilayah Cirebon.
- Menilik Sejarah Situs Kota Cina, Jejak Bandar Perdagangan Tiongkok di Kota Medan Marelan
- Sejarah Masjid Kemayoran, Saksi Perjuangan Arek-arek Suroboyo Melawan Penjajah
- Kisah SMP N 16 Cirebon yang Bangunannya Bergaya Kerajaan Belanda, Dulu Jadi Sekolah Perempuan Pertama di Kota Udang
- Menelusuri Sejarah Jembatan Tertua di Pulau Sumatra, Diresmikan oleh Wapres RI Pertama
Setelah pulang, Pangeran Walangsungsan diberi nama Somadullah oleh Syekh Datuk Kahfi. Ia lantas diminta untuk membabat hutan di pinggir laut Jawa dan didirikan perkampungan bernama Dukuh Tegal Alang-Alang, juga membangun tajug (musala kecil) dan sebuah rumah besar.
Dari sini diketahui jika titik awal peradaban di Cirebon adalah di wilayah Lemahwungkuk, yang merupakan lokasi awal mula perkampungan itu didirikan.
Dari Musala Kecil jadi Pusat Pelabuhan
Lambat laut setelah adanya musala dan bangunan mirip rumah, lokasi itu didatangi banyak orang. Tak sedikit pula kapal-kapal yang singgah dan melakukan kegiatan transaksi.
Sejak itu pelabuhan pertama di Cirebon bernama Muara Djati resmi berdiri.
Ramainya aktivitas perdagangan membuat kawasan itu dijuluki Nigari Caruban, atau percampuran orang dari banyak daerah. Merujuk jalurrempah.kemdikbud.go.id, pelabuhan ini merupakan cikal bakal ragamnya budaya dan suku bangsa di sana.
Tak sedikit percampuran kebudayaan terjadi antara Cirebon dengan bangsa lain melalui perdagangan, seni, dakwah sampai pernikahan.
Jadi Pusat Penyebaran Agama Islam
Bergantinya kepemimpinan, dari yang sebelumnya Ki Tegal Alang Alang menjadi Pangeran Walangsungsa menjadi sangat berpengaruh. Cirebon saat itu menjadi daerah dengan persebaran Agama Islam yang kuat di tanah Jawa.
Ini ditunjang setelah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati lahir dari rahim Nyari Rarasantang yang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim dan dinikahi Raja Mesir. Sejak kecil, Syarif Hidayatullah dikenalkan agama Islam dan diajak berguru hingga ke Mekah, Baghdad, Champa dan Samudera Pasai.
Ketika kembali ke Cirebon, sang paman Pangeran Walasungsang sudah menjadi Tumenggung di Cirebon oleh Prabu Siliwangi, dan dirinya kemudian bergabung dengan para Wali Sanga untuk ikut misi mengenalkan ajaran Islam.
Cirebon jadi Pusat Penyebaran Islam
Setelah menjadi anggota Wali Sanga, Syarif Hidayatullah resmi ditunjuk menjadi pemimpin. Pusat penyebarannya kemudian dipindah dari wilayah kepemimpinan Sunan Ampel yang telah wafat ke Gunung Sembung di Carbon dan diresmikannya Keraton Pakungwati yang sebelumnya merupakan musala kecil.
Kemudian Keraton Pakungwati jadi pusat pemerintahan yang dijalankan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati selanjutnya menikahi putri dari Pangeran Walasungsang dan Nyi Mas Endang Geulis, Nyi Pakungwati pada 1479 masehi.
Setelah menikah, Sunan Gunung Jati ditetapkan sebagai Sultan Cirebon 1 dan resmi menentap di Keraton Pakungwati yang kemudian hari berubah nama menjadi Keraton Kasepuhan.
Setelah berjalan beberapa waktu, kawasan itu mulai dikenal memiliki hingga empat keraton. Masing-masing memiliki fungsi sebagai pusat pemerintaha, penyebaran agama Islam dan pemeliharaan budaya.
Sayangnya saat Belanda masuk, empat keraton ini diganggu kestabilannya. Namun berkat kekuatan agama, keraton ini selamat dan menjadi bukti sejarah sampai saat ini. Keraton-keraton tersebut juga sarat dengan nilai toleransi seperti di Keraton Kasepuhan yang menampilkan karya keramik Belanda bermotif cerita perjanjian baru.
Kemudian ketika kepemimpinan Sunan Gunung Jati, mulai didirkan beberapa vihara seperti Dewi Welas Asih yang didirikan pada 1595 dan merupakan vihara tertua di Cirebon. Sampai sekarang, Cirebon jadi daerah wisata sejarah, budaya dan kuliner yang unik dan jadi tujuan para pelancong.