Uniknya Ares, Kuliner Khas Cianjur dari Batang Pohon Pisang Warisan Nenek Moyang
Makanan ini punya rasa yang lezat. Wajib dicoba saat mampir.
Makanan ini punya rasa yang lezat. Wajib dicoba saat mampir.
Uniknya Ares, Kuliner Khas Cianjur dari Batang Pohon Pisang Warisan Nenek Moyang
Selama ini Cianjur dikenal dengan kuliner geco dan bubur ayamnya yang lezat. Namun selain itu, rupanya terdapat makanan khas lain yang terbuat dari batang pohon pisang bernama ares.
-
Di mana letak Kampung Adat Miduana yang terkenal dengan makanan uniknya? Daerah tersebut bernama Kampung Adat Miduana yang terletak di Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa yang menjadi ciri khas menu di warung angkringan? Menu yang khas yaitu nasi dengan tempe. Seiring berjalannya waktu, warung angkringan semakin modern dengan menu yang semakin bervariasi.
-
Kenapa sentra kuliner PKL Sultan Agung ramai? Diakui para pedagang, lokasi berjualan setelah ditata menjadi lebih rapi dan nyaman, ini tentu mengundang banyak pembeli.
-
Kapan sentra kuliner PKL Sultan Agung buka? Saat ini, kawasan itu telah ditata oleh pemkot sehingga lebih rapi dan nyaman, dengan jam buka mulai pukul 07.00-17.00 WIB.
-
Kenapa Campur Lorjuk menjadi kuliner khas Pamekasan? Menu ini menjadi santapan otentik ala warga pulau garam, yang sayang untuk dilewatkan.
-
Dimana warung kuliner ini berada? Seribu Rupiah Lontong sayur yang dapur produksi sekaligus warungnya berlokasi di Desa Sukobendu, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan itu dibanderol seharga Rp1.000 per porsi.
Ya, batang pohon pisang yang dimaksud adalah bagian dari tubuh pohon pisang, namun yang masih muda.
Rasanya jangan ditanya, karena ares mampu menambah nafsu makan saat disantap bersama satu porsi nasi hangat. Usut punya usut, makanan ini hanya bisa ditemui di kampung adat Miduana, dan merupakan warisan nenek moyang. Yuk kenalan lebih jauh dengan ares.
Berbahan Batang Pisang
Mengutip kanal YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, Senin (20/11) ares merupakan kuliner khas kampung adat Miduana di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur.
Batang pohon pisang yang dipakai tidak boleh sembarangan. Biasanya, batang pisang akan digunakan yang masih muda, sehingga teksturnya akan empuk dan mudah untuk dimakan.
Ditumis
Masyarakat sekitar biasanya membuat ares dengan cara mencincang batang pisang pilihan sampai halus.
Kemudian batang tersebut dicuci bersih sampai hilang getahnya, lalu ditumis dengan berbagai rempah-rempah. Adapun rempah yang digunakan adalah bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, garam, hingga penyedap rasa agar makin lezat.
“(gedebog pisang) ini namanya ares, masaknya ditumis,” kata salah seorang warga Miduana, Ati.
Rasanya Lembut dan Gurih
Ares sendiri memiliki tekstur yang lembut, namun sedikit renyah saat dikunyah. Rasanya cenderung gurih, sedikit pedas dan sedikit manis.
Ares ini jadi santapan khas warga kampung adat Miduana sehari-hari dengan rasa yang lezat.
Makanan ini mengandung komposisi gizi yang lengkap, mulai dari mineral, protein, kalori, sampai vitamin yang bisa memenuhi kebutuhan tubuh.
- Mencicipi Nikmatnya Nasi Liwet Jolem, Kuliner Khas yang Berasal dari Pangandaran
- Menikmati Lezatnya Nasi Minyak, Makanan Khas Palembang Mirip Kuliner Timur Tengah
- Mencicipi Kreco Makanan Khas Kota Kediri, Cukup Diseruput untuk Menikmatinya
- Puluhan Kera Serbu Perkampungan Warga di Sukoharjo, Ternyata Cari Makanan
Warisan Nenek Moyang
Ares menjadi kuliner warisan nenek moyang khas kampung adat Miduana karena sudah ada sejak masa silam.
Masyarakat setempat memang terbiasa memanfaatkan hasil alam sebagai makanan utama mereka, salah satunya batang pohon pisang yang mudah ditemukan.
Tak kalah nikmat karena biasanya warga menyajikan ares saat acara-acara tradisional di kampung tersebut dan memakannya secara bersama-sama.
Kampung Adat Miduana
Sementara itu, kampung adat Miduana sendiri merupakan komunitas masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang masih mempertahankan ajaran hidup nenek moyang.
Mereka menjalankan aktivitasnya dengan mempertahankan budaya lokal, dengan struktur rumah adat yang masih tradisional.
Menurut kisah, warga di kampung Miduana merupakan keturunan Raja Padjajaran dan rata-rata berumur panjang. Secara topografi, kampug tersebut berada di dataran tinggi dengan kondisi udara yang sejuk dan nyaman.