Ada Kampung Jawa di Malaysia, Begini Asal Mulanya yang Ternyata Dibawa oleh Belanda
Kampung Haji Baki jadi salah satu permukiman di Malaysia yang dihuni oleh orang Jawa
Penyebaran suku Jawa di beberapa negara belahan dunia nyata adanya. Belum lama kita tahu bahwa warga Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak tinggal di Suriname, Amerika Selatan. Sekarang, mereka juga turut mendiami negara Malaysia di salah satu perkampungan.
Di wilayah Kuching, Serawak, Malaysia, terdapat komunitas Jawa yang sudah menetap selama puluhan tahun. Mereka ada kalanya berinteraksi menggunakan bahasa Jawa, terlebih bersama orang tua.
-
Di mana nenek moyang di tanah Jawa menemukan cabai Jawa? Eits, jangan bayangkan cabai yang kamu nikmati saat ini beneran asli dari Indonesia. Saat itu, nenek moyang di tanah Jawa mengulek sambal dengan cabai Jawa, jenis yang berbeda dari cabai yang dikenal saat ini.
-
Apa makna dari pepatah Jawa "Kacang ora ninggal lanjaran"? Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya.
-
Mengapa orang Jawa di Malaysia tetap melestarikan budaya Jawa? Namun mereka tak ingin meninggalkan identitas asal. Walaupun berada di negeri orang mereka tetap lestarikan budaya Jawa. Hal ini terlihat pada kampung-kampung orang Jawa di Negeri Jiran Malaysia.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Apa yang dimaksud dengan Topeng Jawa? Topeng Jawa tradisional merupakan bagian penting dari seni pertunjukan tradisional di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Meski demikian, bahasa ibu yang digunakan tak sefasih orang-orang Jawa di Indonesia karena mereka sudah tinggal cukup lama. Namun sisi menariknya, mereka masih bisa mempraktikannya meski bercampur dengan melayu.
Yuk kenalan dengan Kampung Haji Baki yang dihuni oleh sejumlah orang Jawa perantauan.
Kampung Haji Baki Mayoritas Dihuni Warga Jawa
Merujuk kanal Youtube Pie’ie Mejink, Kampung Haji Baki jadi salah satu daerah permukiman yang dihuni oleh warga perantauan asal pulau Jawa.
Sebagian besar mereka mengaku leluhurnya berasal dari Jawa Tengah, seperti seorang warga bernama Ramle. Ia sudah puluhan tahun menetap di Kuching dan masih mampu berbicara bahasa Jawa.
Menurut dia, di Kampung Haji Baki memang banyak dihuni oleh orang Jawa, khususnya Jawa Tengah.
- Menolak Bergabung dengan Wilayah Malaysia, Intip Uniknya Desa Budaya Pampang di Samarinda
- Sampai di Kampung Halaman, Jemaah Haji di Sulawesi Barat Tampil dengan Gaya Nyentrik
- 234 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci
- Mengunjungi Kampung Jawa di Negeri Johor Malaysia, Bangga Lestarikan Budaya Tanah Leluhur
“Iyo, saya wong Jowo, ndek biyen kae mbah-mbahku uripe ning Jawa Tengah,” kata Ramle, yang sedikit terbawa logat Melayu, saat diwawancara kreator video.
Dibawa Oleh Bangsa Jepang
Diceritakan Ramle, bahwa orang tuanya merupakan asli warga Jawa Tengah. Namun ia tak paham, di kota mana persisnya berasal. Sebab, saat itu keluarganya di masa silam dibawa oleh pemerintahan Jepang dari Indonesia.
Ia pun ikut bersama sang ayah dan anggota keluarga lainnya di masa penjajahan tersebut.
“Nek bapak seko kono (Jawa Tengah), kakak beradik loro seko kono kabeh, sing nggowo Jepun (penjajah Jepang) sekira 1943,” katanya lagi.
Bahasa Jawa Terputus di Dirinya
Sangat disayangkan bahwa bahasa Jawa saat ini terputus di dirinya. Ramle pun merasakan bahwa anak-anaknya tidak bisa bahasa Jawa, namun mereka mendengar sesekali saat Ramle menyampaikan informasi soal bahasa Jawa.
Saat ini, diriya menggunakan bahasa Jawa kasar saat berkomunikasi dengan orang Jawa di Serawak atau Kampung Haji Baki.
“Aku iseh Jowo kasar, bapak Jowone alus, anak-anak ora pinter (bahasa Jawa),” ucap Ramle.
Saling Kenal saat Berada di dalam Kapal
Ditambahkan Ramle, ketika itu keluarganya dibawa Jepang ke Malaysia menggunakan kapal. Di tahun 1940-an, ada banyak orang Jawa yang diangkut menuju Malaysia.
Hal unik pun terjadi saat mereka berada di dalam perjalanan. Selama mengarungi lautan, mereka bertemu satu sama lain dan berinteraksi hingga menjadi saudara.
“Pas digowo Jepun ning jero kapal, yo dadi sedulur kabeh ning kono,” tambahnya.
Dibawa untuk Dipekerjakan Bangsa Penjajah
Mengutip Wikipedia, para warga Jawa sebelumnya sempat dibawa kapal untuk dipekerjakan di wilayah Malaysia. Mereka mendapat tugas sebagai pekerja kasar seperti bangunan, irigasi dan lain sebagainya.
Selain itu, warga Jawa juga diminta menjadi pekerja di kebun kelapa sawit agar target produksi penjajah bisa tercapai.
Saat bekerja, rupanya warga Jawa ini justru nyaman hidup di Malaysia saat dijajah oleh Inggris. Alasannya, pasukan Inggris lebih bisa mempekerjakan rakyat secara layak dibanding pemerintaha Belanda atau Jepang.
Sebelumnya penyebaran sudah mulai terjadi sejak abad ke-19 sampai abad ke-20. Pada 1950, sensus penduduk Malaysia mencatat total warga kelahiran Jawa di sana telah mencapai 189.450.