Awalnya Diremehkan, Pria Sleman Ini Kini Sukses Bertani Belimbing Bangkok Merah dengan Ilmu Titen
Saat memutuskan untuk menjadi petani belimbing, Septi Sugiharto dipandang sebelah mata oleh banyak orang, termasuk orang tuanya sendiri
Septi Sugiharto sukses bertani belimbing di Kalurahan Margoagung, Kapanewon Seyegan, Sleman. Dulu, saat memutuskan untuk menjadi petani belimbing, Septi dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Bahkan orang tuanya sendiri tidak merestui keputusan Septi. Apalagi mereka sudah mengkuliahkannya hingga mendapat gelar sarjana. Namun Septi tidak pernah menyerah. Dengan belajar secara otodidak, kini ia sukses bertani belimbing.
-
Apa itu Becak Dayung? Moda transportasi dengan tenaga manusia ini dulunya menjadi kendaraan ikonik dan digunakan untuk mengangkut penumpang di Kota Medan.
-
Kenapa Emping Beras begitu istimewa di Bangka Belitung? Tak heran jika kuliner yang satu ini begitu legendaris di masyarakat Bangka Belitung.
-
Dimana Daun Belimbing Wuluh tumbuh? Belimbing wuluh atau Averrhoa bilimbi, tumbuhan yang tumbuh subur di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina, memiliki kekhasan yang tak hanya terletak pada buahnya yang segar dan asam.
-
Mengapa budi daya tanaman penting? Kegiatan budi daya tanaman buah dan sayur juga sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan serta mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat.
-
Apa itu Babukung? Tradisi unik lainnya adalah tarian kematian atau yang lebih dikenal oleh warga setempat dengan nama Babukung. Tarian ini mulanya ditampilkan saat ada salah satu warga yang meninggal dunia, dengan iringan musik tradisional.
-
Bagaimana Suwardi memulai budidaya belut? Waktu itu Suwardi tak punya lahan lain selain lahan rumahnya. Maka dari itu ia memulai beternak belut menggunakan gentong plastik.
“Saya membuktikan karena banyak tamu, banyak orang yang beli belimbing, lama-lama bapak itu yang dulunya ingin menebang belimbing saya, malah ikut menanam belimbing,” kata Septi dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Berikut selengkapnya:
Gunakan Ilmu Titen
Septi belajar bertani belimbing secara otodidak dengan ilmu titen. Segala hal terkait penanaman belimbing ia pelajari mulai dari cara menyambung, cara membuat pupuk, cara merawat, cara memamen, hingga menentukan harga.
Ia mengatakan, saat itu tahun 2013, harga belimbing hanya di kisaran Rp13 ribu per kilogram. Namun saat ini harga belimbing sudah di angka Rp31 ribu per kilogram.
“Jadi saya belajar dari ilmu titen. Saya menanam belimbing, terus saya amati, tiap hari saya rawat dengan baik, alhasil dengan ilmu titen ini saya bisa bertahan dan respons masyarakat semakin bagus,” kata Septi dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
- Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Tunanetra
- Hanya Lulusan SMP dan Sempat Jadi Pengamen, Pria Asal Bantul Ini Sukses jadi Pengusaha Mi
- Penuh Haru! Nenek Asal Kebumen Ini Sempat Hilang selama 46 Tahun, Kini Bisa Bertemu Lagi dengan Anaknya
- Sekali Tanam Bisa Sejahtera hingga Anak Cucu, Petani Belimbing Asal Blitar Bongkar Rahasianya
Ilmu titen adalah suatu konsep dalam budaya Jawa yang merujuk pada kemampuan untuk mengamati dan memahami tanda-tanda atau gejala-gejala di sekitar kita. Istilah "titen" sendiri berarti mengamati atau memperhatikan dengan seksama.
Dalam konteks ini, ilmu titen sering kali digunakan untuk memahami perubahan alam, perilaku manusia, atau fenomena sosial. Ini dapat mencakup pengetahuan tentang ramalan cuaca, hubungan antarindividu, serta kebijaksanaan hidup yang didapat dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Hobi Menanam Sejak Lama
Sejak lama, Septi memang sudah hobi budidaya tanaman. Pada awalnya, ia hanya menanam belimbing sebanyak dua pohon. Setelah menunggu 3 tahun, pohon belimbingnya sudah mulai berbunga. Tak lama kemudian pohon belimbing miliknya berbuah.
Septi kemudian meminta bantuannya untuk merekomendasikan buah tersebut kepada teman-teman dosennya. Ia terkejut karena menerima pesanan 50 kg belimbing, meskipun ia hanya memiliki dua batang pohon.
“Habis itu panen, lalu saya tawarkan ke dosen saya. Terus selanjutnya saya basa-basi, tanya bagaimana rasanya. Dosen saya bilang rasanya enak. Saya lalu minta tolong agar dosen saya itu menawarkan ke teman-teman yang lain. Sebulan kemudian saya dapat orderan 50 kg, padahal saya hanya punya dua batang pohon,” kata Septi.
Tidak Punya Modal
Sejak saat itu, ia mulai totalitas untuk membudidaya belimbing. Belimbing yang ia tanam sendiri berjenis Bangkok merah. Namun saat itu ia belum punya modal apapun. Hasil buah dari dua pohon belimbing itu kemudian diambil bijinya dan ditanam kembali.
Saat awal-awal membudidayakan belimbing, Septi hanya memanfaatkan pekarangan rumahnya. Bahkan pupuknya ia ambil dari sisa-sisa daun bambu.
“Saya izin ke pakdhe saya sama ke kakak saya yang punya pekarangan rumah, sudah berjalan, banyak peminatnya, banyak pengunjung, banyak masyarakat yang antusias membeli belimbing saya,” ungkap pria yang tinggal di Kalurahan Margoagung, Kapanewon Seyegan, Sleman ini.
Memerdekakan Belimbing
Dalam budidaya belimbing, Septi punya prinsip untuk memerdekakan belimbing. Jadi belimbing diberi kebebasan untuk tumbuh dan berbuah tanpa ada campur tangan pemberian obat-obatan. Cukup diberi pupuk, disiram, dan diberi pestisida dosis ringan apabila terkena hama.
“Kalau perawatan sebenarnya sangat mudah. Prinsipnya adalah disiplin. Tanpa ada perawatan yang disiplin, belimbing kualitasnya akan jelek. Bahkan tanpa ada perawatan buahnya tidak bisa dimakan,” kata Septi.
Tekankan Kualitas Produk
Septi mengakui, banyak orang yang membudidayakan belimbing. Buah ini bisa dengan mudah ditemui di pasaran. Demi memenangkan persaingan di antara banyaknya pesaing, Septi ingin memastikan produk belimbing yang ia hasilkan dari kebunnya memiliki kualitas unggul.
“Tidak semua petani bisa sabar atau telaten untuk menciptakan belimbing yang berkualitas. Kebanyakan mereka itu lebih ke awam, jadi perawatannya biasa-biasa saja dan yang penting jumlahnya banyak. Jadi yang membuat kita eksis lama adalah pegang kualitasnya,” kata Septi.