Diusulkan Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Menarik Eks Stasiun Banjarnegara
Stasiun Banjarnegara punya peran strategis dan nilai sejarah yang tinggi
Stasiun Banjarnegara punya peran strategis dan nilai sejarah yang tinggi
Diusulkan Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Menarik Eks Stasiun Banjarnegara
Stasiun Banjarnegara merupakan stasiun kereta api non-aktif yang berada di pusat Kota Banjarnegara, Jawa Tengah. Stasiun ini dibuka bersamaan dengan diresmikannya jalur kereta api Purwareja-Banjarnegara pada tanggal 18 Mei 1898.
Sejak tahun 1978, stasiun ini sudah tidak aktif lagi bersamaan dengan matinya jalur kereta api Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto. Kini stasiun itu dijadikan sebagai toko bahan bangunan.
-
Kapan Stasiun Binjai dibangun? Konon stasiun ini dibangun sekitar tahun 1887.
-
Kenapa Stasiun Kutaraja ditutup? Pada 1974, Stasiun Kutaraja resmi tutup karena kalah saing dengan kendaraan pribadi.
-
Apa yang dimaksud dengan santet Banyuwangi? Santet Banyuwangi punya sejarah panjang sejak zaman kerajaan. Banyuwangi dikenal dengan julukan kota santet. Kini santet sering hanya dipahami sebagai sesuatu yang buruk, padahal tidak demikian.
-
Di mana Stasiun Nagreg berada? Predikat stasiun tertinggi di Indonesia dipegang oleh Stasiun Nagreg, Kabupaten Bandung, sepakat?
-
Di mana Stasiun Gundih terletak? Stasiun Gundih merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Geyer, Kabupaten Grobogan.
-
Apa saja wisata alam yang ada di Banjarnegara? Banjarnegara adalah sebuah kabupaten yang kaya akan potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu daya tarik utamanya adalah keindahan alamnya yang memukau. Dari perbukitan hijau yang memikat hati hingga air terjun yang memesona.
Wacananya, stasiun itu akan diaktifkan lagi seiring dengan reaktivasi jalur Purwokerto-Wonosobo. Namun terbaru, bangunan itu akan dijadikan sebagai cagar budaya. Apalagi walaupun sudah lama tidak aktif, bangunan stasiun itu masih tampak kokoh.
Masuk ke dalam kantor utama, di tembok kanan ruangan terdapat peta jadwal kereta api jurusan Purwokerto-Wonosobo-Banjarsari-Purbalingga dengan titi mangsa berlaku pada 3 November 1966. Sayangnya peta tersebut sudah rusak parah dimakan rayap.
Pintu-pintu utama stasiun masih kokoh dan terawat baik, begitu pula dengan ubin dan tegel kunonya. Hanya saja sebagian tembok sudah kusam dan terkelupas karena dimakan zaman.
Sementara di area emplasemen stasiun, jalur kereta dan rel sudah tidak tampak sama sekali. Tapi berdasarkan keterangan Tim Leader Penjagaan Aset PT KAI DAOP V Purwokerto Indra Wisata, rel di stasiun itu sebenarnya masih utuh hanya saja terkubur di dalam tanah.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara Heni Purwono mengatakan bahwa stasiun kereta api itu menjadi prioritas utama untuk dikaji dan diusulkan menjadi bangunan cagar budaya.
Hal ini dikarenakan, selain nilai sejarah yang tinggi juga rawan terhadap pembongkaran atau perubahan bentuk.
- Gereja Puhsarang Kini Jadi Cagar Budaya
- Kini Sering Disalahpahami, Ini Kisah di Balik Santet Banyuwangi yang Bisa Membuat Lawan Jenis Jatuh Cinta
- Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu
- Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai
“Dari nilai sejarah, keberadaan kereta api di Banjarnegara sangat berperan dalam tumbuh suburnya pergerakan nasional dengan Syarikat Islam-nya, sehingga tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim kerap berkunjung ke Banjarnegara,”
terang Heni dikutip dari Liputan6.com.
Heni mengatakan, ada potensi kerawanan dari bangunan Stasiun Banjarnegara. Ia berharap kelak apabila ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya maka stasiun itu akan lebih terlindungi dan memiliki nilai sewa atau nilai jual yang lebih tinggi karena nilai sejarahnya.
“Saya berharap semua bangunan bergaya kolonial yang masih baik kondisinya di Banjarnegara bisa dipertahankan, agar generasi mendatang bisa belajar tentang sejarah dari bangunan-bangunan yang masih tersisa,” kata Heni.