Dosen UGM Ini Buat Penelitian Terkait Pencemaran di Sungai Winongo dan Sungai Code, Begini Hasilnya
Kali Code memiliki potensi resistensi antibiotik di beberapa lokasi.
Kali Code memiliki potensi resistensi antibiotik di beberapa lokasi.
Dosen UGM Ini Buat Penelitian Terkait Pencemaran di Sungai Winongo dan Sungai Code, Begini Hasilnya
Sungai Winongo dan Sungai Code merupakan dua sungai yang cukup populer di Kota Yogyakarta. Namun potensi pencemaran kedua sungai itu tinggi.
-
Apa yang ditemukan di Hulu Sungai Boyong? Saat menyusuri kawasan hulu Sungai Boyong yang berada di area Taman Nasional Gunung Merapi, tim kanal YouTube Jogja Plus menemukan banyak batuan berukuran jumbo. Di sana juga terdapat lapisan pasir yang cukup tebal.
-
Apa itu tapai singkong? Tapai singkong adalah tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi. Makanan tradisional ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.
-
Apa sebenarnya Sendang Wonodri itu? Sendang Wonodri merupakan sebuah kolam umum yang berada di tengah pemukiman penduduk Kota Semarang.
-
Di mana Danau Singkarak terletak? Danau Singkarak memiliki luas kurang lebih 108 Km persegi yang membentang di antara dua wilayah kabupaten yaitu Tanah Datar dan Solok.
-
Di mana Situ Sangiang berada? Yuk, kenalan lebih dekat dengan Situ Sangiang yang terletak persis di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran.
-
Apa yang diminta Wina dalam gugatan cerainya? Dalam gugatan cerainya, Wina hanya meminta cerai saja.
Hal inilah yang ditakuti Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Lintang Nur Fadlillah.
Bersama seorang peneliti asal Finlandia, ia meneliti potensi antibiotik Kali Code Yogyakarta dengan mengumpulkan 24 sampel air dan sedimen permukaan di sepanjang sungai.
Puluhan sampel yang diambil termasuk di sepanjang aliran sungai Merapi hingga muara pantai. Hasilnya Kali Code memiliki potensi resistensi antibiotik di beberapa lokasi.
Ia menjelaskan kandungan antibiotic di lingkungan Sungai Code terakumulasi dari banyak sumber mulai dari limbah rumah sakit, limbah kimia, dan limbah peternakan.
Selain itu ia juga melakukan penelitian di Sungai Winongo. Dalam penelitian itu, ia melihat kandungan logam tinggi di sungai tersebut.
“Kalau kita lihat sedimen di Sungai Winongo kandungan logamnya lebih tinggi di sekitar Kota Yogya. Kita mengambil sampel sampel di sedimen air sungai yang dekat dengan buangan bengkel,” kata Lintang.
Menurut Lintang, sungai dan danau memiliki sistem filtrasi alamiahnya sendiri. Pada kondisi normal, aliran akan memulihkan kualitas secara alami karena morfometri sungai, tetapi akumulasi logam pada sedimen, menyebabkan senyawa logam dan nutrien terikat pada sedimen, sehingga tidak dapat pulih secara alamiah.
Lebih lanjut, ia menjelaskan adanya kandungan logam dan antibiotik di Kali Code dan Kali Winongo ini ditengarai akibat sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang masih lemah.
Sementara mayoritas limbah pada sungai di Yogyakarta tidak berasal dari pabrik atau industri besar, melainkan dari rumah tangga dan usaha domestik mikro dan menengah.
- Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman di Masa Depan, Begini Cara Berbeda Terangkan Penggunaan Antibiotik secara Bijak
- Kenali Dampak Resistensi Antimikroba pada Pasien dan Cara Bijak Konsumsi Antibiotik untuk Mencegahnya
- Penelitian Baru Temukan Pengobatan untuk Cegah Hilangnya Pendengaran Akibat Usia dan Suara Bising
- Ilmuwan Ungkap Suksesnya Sistem Kesehatan Mesir Kuno, Warga Kaya dan Miskin Tak Dibedakan
Lintang merekomendasikan agar pemerintah daerah turut memberikan perhatian serius pada pengelolaan IPAL di Kota Yogyakarta karena berperan penting dalam mengatasi masalah pencemaran air sungai.
Dia menambahkan pengawasan IPAL untuk industri makro, seperti pabrik dan perhotelan sudah memiliki ketentuan ketat, namun untuk skala mikro seperti limbah rumah tangga belum dilakukan secara maksimal.
“Tidak banyak desa atau kelurahan di Yogyakarta yang memiliki sistem IPAL, karena keterbatasan sumber daya dan perhatian masyarakat akan lingkungan yang masih minim,” ujar Lintang dikutip dari Ugm.ac.id.
Menurut Lintang, apabila sungai terus tercemar oleh logam berat dan residu antibiotik, dikhawatirkan bisa memunculkan risiko apabila dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam beberapa kasus, air tercemar juga menjadi penyebab munculnya kasus stunting pada anak-anak.
“Untuk itu, UGM turut berupaya dalam mendukung implementasi riset untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya dengan memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi,” papar Lintang.