Menguak Teori Soal Keberadaan Selat Muria Purba, Akankah Muncul Kembali?
Teori Selat Muria muncul akhir-akhir ini setelah banjir besar yang melanda wilayah Kabupaten Demak, Kudus, hingga Grobogan.
Teori Selat Muria muncul akhir-akhir ini setelah banjir besar yang melanda wilayah Kabupaten Demak, Kudus, hingga Grobogan.
Menguak Teori Soal Keberadaan Selat Muria Purba, Akankah Muncul Kembali?
Teori Selat Muria muncul akhir-akhir ini setelah banjir besar yang melanda wilayah Kabupaten Demak, Kudus, hingga Grobogan. Banyak yang beranggapan bahwa Selat Muria akan muncul kembali dan menenggelamkan wilayah-wilayah kabupaten tersebut.
(Foto: YouTube Cerita Bumi)
-
Bagaimana Selat Muria menjadi daratan? Pendangkalan Selat Muria disebabkan oleh sedimentasi dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana yang membawa material tanah dan batuan sehingga selat berubah menjadi daratan.
-
Kapan Selat Muria mengalami penyusutan? Salah satu periode penyusutan terjadi pada awal abad ke-13.
-
Dimana Selat Muria berada di masa lalu? Pada saat itu, Selat Muria memisahkan daratan Demak dan Kudus, sehingga wilayah Kudus, Jepara, dan Pati berada di pulau sendiri, memisahkan diri dari Pulau Jawa.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Bagaimana Sarisa Merapi mengolah salak? Brand ini konsisten mengolah buah salak segar mulai dari mulai kulit hingga bijinya.
Lalu bagaimana Selat Muria muncul? Bagaimana soal teori yang menyebut Selat Muria akan muncul kembali? Berikut ulasan selengkapnya dikutip dari kanal YouTube Cerita Bumi.
Menurut ilmuwan Van Bemmelen, saat zaman Holosen atau zaman es, tepatnya sekitar 11.700 tahun yang lalu, Gunung Muria masih berupa pulau.
Dalam hasil penelitian Sunarto, yang diterbitkan dalam Indonesian Journal Of Geograpy pada tahun 2008, Selat Muria terbagi menjadi dua bagian, yaitu barat dan selatan.
Bagian selatan Selat Muria pada 9.000-6.000 tahun yang lalu merupakan daerah pasang surut atau selat dangkal. Lalu pada 6.000-1.700 tahun yang lalu Selat Muria bagian selatan mulai berubah menjadi hutan mangrove dan rawa-rawa yang memiliki banyak anak sungai. Periode terakhir, yaitu 1.700 tahun yang lalu, Selat Muria bagian selatan mulai berubah menjadi daratan alluvial hingga saat ini.
Sementara di bagian barat Selat Muria, pada periode 9.000-6.000 tahun yang lalu, terumbu karang mulai terbentuk di pesisir sebelah barat Gunung Muria.
Pada periode 6.000-1.700 tahun yang lalu, beting gesik terbentuk di bagian barat Gunung Muria. Pada 1.700 tahun yang lalu hingga sekarang sedimentasi dari Sungai Serang membentuk delta di bagian barat Gunung Muria.
Selat Muria diperkirakan semakin dangkal akibat frekuensi banjir yang sering terjadi akibat meluapnya Sungai Juwana dan Sungai Serang. Banjir tersebut diperkirakan sudah terjadi mulai 1.700 tahun yang lalu hingga saat ini. Lalu apa yang menyebabkan banjir tersebut?
- 5 Teori Sains yang Pernah Bikin Geger Dunia
- Mengenal Gelek Gelombang, Seni Bela Diri Masyarakat Suku Kluet yang Mulai Dilupakan
- Mengenal Silat Harimau, Seni Bela Diri dengan Serangan Mematikan Bak Hewan Buas dari Minangkabau
- Mengupas Mitos Orang Bunian, Makhluk Bertubuh Pendek yang Dipercaya Tinggal di Kaki Gunung Kerinci
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan banjir itu terjadi, mulai dari deforestasi dan alih fungsi lahan di kawasan hulu seperti di Pegunungan Kendeng.
Hal ini membuat air hujan tidak bisa tersimpan di dalam tanah dan langsung mengalir menuju sungai. Selain itu perubahan iklim juga membuat intensitas hujan yang tidak normal.
Di kawasan banjir sendiri, terjadi penurunan muka tanah. Hal ini terjadi karena dataran di wilayah Selat Muria merupakan terbentuk dari tanah alluvial. Tanah jenis ini memiliki kemampuan menopang bangunan yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah lainnya.
Hal ini diperburuk dengan kegiatan eksploitasi air tanah yang berlebihan, baik itu untuk industri, rumah tangga, maupun pertanian. Hal ini dapat mempercepat terjadinya land subsidence atau penurunan muka tanah. Bahkan dari sebuah penelitan, disebutkan wilayah Kecamatan Mranggen di Kabupaten Demak, pada tahun 2015-2022, penurunan muka tanahnya mencapai 70-100 milimeter per tahun. Maka dengan kata lain, dalam jangka waktu 10 tahun, penurunan muka tanah di sana bisa mencapai 70 cm-1 meter. Kondisi ini semakin kompleks dengan adanya isu pemanasan global, di mana es di kutup mulai mencair yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
Melihat kondisi tersebut, muncul pertanyaan, apakah Selat Muria akan muncul kembali?
Mengutip YouTube Cerita Bumi, ada sebuah “quotes” yang berbunyi
“Apa yang terjadi di masa sekarang menggambarkan apa yang terjadi di masa lampau. Apa yang terjadi di masa lampau menggambarkan apa yang terjadi di masa kini. Dan apa yang terjadi di masa lampau dan masa kini menjadi kunci untuk memprediksi apa yang terjadi di masa depan.”