Mengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Mengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa memiliki beragam jenis ritual yang sampai sekarang masih rutin dilakukan. Salah satunya adalah tradisi ruwatan yang merupakan ritual penyucian untuk membebaskan seseorang dari hukuman yang berbahaya.
-
Kenapa orang Jawa melakukan tradisi Ruwatan? Ritual ini dilakukan untul membebaskan seseorang dari hukuman dewa yang bisa membawa bahaya.
-
Apa yang dimaksud dengan "jodoh kembar" dalam tradisi Jawa? Menurut kepercayaan Jawa, anak kedua dan anak ketiga disebut sebagai "jodoh kembar" atau "lurah wracikan". Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tutunggulan? Tradisi Tutunggulan Mengutip Instagram @napakjagatpasundan, seni Tutunggulan merupakan tradisi memukul alat lesung dengan alu. Alu merupakan alat penumbuk berbahan kayu atau bambu, sedangkan lesung merupakan wadah mirip perahu yang terbuat dari batang kayu utuh untuk wadah padi.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Di mana tradisi ruwahan dilakukan? Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga di Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya.
-
Kapan tradisi potong rambut ini dilakukan dalam budaya Jawa? Ritual dan upacara potong rambut dalam budaya Jawa sendiri adalah bagian dari tradisi ruwatan, yaitu upacara penyucian yang bertujuan untuk membebaskan diri dari marabahaya dan kesialan. Ada berbagai macam ruwatan, salah satunya adalah ruwatan rambut gimbal, yang dilakukan oleh masyarakat di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Dalam Bahasa Jawa, tradisi ruwatan diartikan sebagai 'dilepas' atau 'dibebaskan'. Tradisi ruwatan ini adalah sebuah acara untuk 'membebaskan' seorang dari kutukan yang membawa bahaya.
Sampai sekarang, tradisi ruwatan masih terus lestari dan eksis. Masyarakat Jawa dan Bali pun masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Asal-usul Ruwatan
Melansir dari situs surakarta.go.id, asal-usul tradisi ruwatan ini berasal dari cerita-cerita pewayangan.
Tradisi ini berawal dari seorang Batara Guru yang memiliki dua orang istri yang bernama Pademi dan Selir. Dari istri Pademi, telah lahir anak laki-laki bernama Wisnu, sedangkan dari Selir dikaruniai anak laki-laki bernama Batarakala.
Beranjak dewasa, Batarakala memilik sifat jahat dan kejam. Ia kerap mengganggu anak manusia hingga memakannya. Asal mula sifat ini berasal dari hawa nafsu sang ayah yang tidak terkendali.
Suatu ketika, Batara Guru sedang mengarungi samudra bersama Selir. Tiba-tiba, hasrat seksual Batara Guru meningkat dan ingin bersetubuh dengan Selir, namun istrinya pun menolak. Lantas, air mani Batara Guru jatuh ke Samudra lalu berubah menjadi raksasa bernama Batara Kala.
Dari situlah, Batara Kala meminat makan kepada Batara Guru berupa manusia. Permintaan tersebut dipenuhi asalkan manusia itu berasal dari orang-orang yang tertimpa kesialan, seperti anak tunggal.
Maka dari itu, setiap anak tunggal diwajibkan untuk menjalani ritual ruwatan agar terhindar darri malapetaka dan kesialan.
Pelaksanaan Ruwatan
Untuk melakoni proses ruwatan, harus dipersiapkan beberapa unsur pendukungnya seperti sajen yang berfungsi untuk berkomunikasi dan interaksi dengan mahluk gaib.
Setelah ritual sajen dilakukan, kemudian dilanjut dengan acara pertunjukan wayang yang diperankan oleh lakon khusus bernama Murwakala dan turut disajikan sajen khusus untuk memuja Batara Kala.
- Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
- Upaya Menghidupkan Kembali Ritual Irung-Irung, Tradisi Warga Adat di Bandung Barat untuk Rawat Sumber Air
- Menjaga Tradisi, Begini Suasana Perkampungan Suku Jawa Kuno Kejawen Adat Istiadatnya Masih Kental
- Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Sajen yang harus dipersiapkan sebagai makanan terdiri dari bunga, padi, kain, dan barang-barang lainnya.
Memohon Doa
Pelaksanaan ruwatan oleh masyarakat Jawa ini bertujuan untuk memohon dengan tulus agar orang-orang yang diruwat terbebas dari bencana dan selalu diberi keselamatan.
Sampai sekarang, orang-orang memaknai bahwa ruwatan dilakukan untuk melindungi manusia dari segala macam bahaya yang ada di dunia ini.
Selain memohon keselamatan, pelaksanaan tradisi ini juga tak lepas dari tujuan untuk menjaga dan melestarikan warisan dari leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.