Melihat Jejak Sejarah Lamongan Kuno, Kental Akulturasi Budaya Islam dan Hindu-Buddha
Banyak ditemukan peninggalan era Hindu-Buddha di Kabupaten Lamongan. Beberapa peninggalan itu bahkan ditemukan di situs-situs para wali zaman penyebaran Islam
Sebagai salah satu daerah di kawasan pantura Jawa Timur, budaya Islam begitu kental di tengah masyarakat di Kabupaten Lamongan. Walau begitu, di Lamongan ditemukan banyak artefak peninggalan dari masa kerajaan Hindu-Buddha.
Salah satunya adalah Prasasti Sumbersari yang ditemukan di wilayah Lamongan bagian selatan. Prasasti ini berada tak jauh dari sumber mata air. kondisinya sudah aus dan tidak utuh lagi. Diperkirakan prasasti ini berasal dari masa pemerintahan Airlangga. Raja Airlangga sendiri merupakan penguasa dan pendiri Kerajaan Medang di Jawa Timur. Kelak kerajaan itu pecah menjadi Kerajaan Kahuripan, Panjalu, dan Janggala.
-
Bagaimana penemuan makam kuno ini terungkap? Mereka pun lantas meminta bantuan organisasi Arkeologi AOC untuk menganalisinya lebih mendalam.
-
Bagaimana ciri khas Soto Lamongan? Berbeda dengan sajian soto pada umumnya yang menyajikan kuah benin, soto Lamongan khas dengan kuah santannya yang gurih.
-
Apa yang ditinggalkan oleh penjarah di makam kuno tersebut? Ketika arkeolog menggali makam yang sudah dijarah itu, mereka baru menyadari si penjarah ternyata tidak mengambil sejumlah harta karun yang tak ternilai harganya.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Ujung Kulon Janggan buka? Ujung Kulon Janggan dibuka mulai pukul 07.00 hingga 18.00.
-
Di mana makam batu Romawi kuno dengan kepala banteng berukir ditemukan? Makam ini ditemukan di pekuburan kuno Romawi di Turki. Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog di pekuburan kuno Tharsa, berhasil menemukan makam bersama dua ukiran kepala banteng, yang sudah ada sejak zaman Romawi kuno, periode sejarah yang dimulai dari pendirian kota Roma pada abad ke-8 SM hingga keruntuhan Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 M.
“Prasasti ini merupakan monument bahwa dulu desa tempat prasasti itu berada diberikan anugerah oleh raja. Tapi anugerah apa dan untuk siapa, kita tidak bisa mengetahui, sebab tulisan yang ada pada prasasti ini sudah dalam kondisi aus,” kata Aang Pambudi, arkeolog dari Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN), dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia pada Senin (7/10).
Tempat Pelarian Airlangga
Tak jauh dari Prasasti Sumbersari, terdapat Candi Pataan. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga yang terdiri dari satu candi induk dan dua candi pengapit. Tak jauh dari bangunan candi, terdapat sebuah sumber air.
Masih dalam kompleks Candi Pataan, terdapat kuburan dengan konsep punden berundak. Diperkirakan kuburan itu dibangun pada masa setelah runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha, yaitu pada masa Islam.
“Desa Patakan tempat candi ini berada sepertinya menjadi tempat pelarian dari Airlangga. Warga sekitar membantu pelarian ini. setelah Raja Airlangga konsolidasi dan membangun kerajaannya, tempat-tempat yang ia lalui dalam pelarian biasanya akan ia beri anugerah berupa daerah Sima atau perdikan,” kata arkeolog BRIN Slamet Sujud.
Akulturasi Budaya Islam dan Hindu-Buddha
Beranjak ke wilayah Lamongan bagian utara, di sana terdapat sebuah makam kuno yang dinamakam Makam Sendang Duwur. Dari corak bangunannya, makam ini memiliki perpaduan antara nuansa Hindu, Buddha, dan Islam. Makam ini terdiri dari kompleks yang terbagi menjadi tiga halaman.
- Sejarah Surau Gadang, Warisan Peninggalan Syekh Burhanuddin saat Penyebaran Islam di Sumbar
- Sejarah Ketupat di Momen Lebaran, Menyimpan Makna Mendalam
- Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu
- Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Halaman pertama dilewati setelah pengunjung melewati gapura batu sebagai simbol memasuki bangunan suci. Di sini terdapat beberapa makam. Di halaman kedua juga terdapat makam dengan perpaduan corak Hindu, Buddha, dan Islam. Pada halaman ketiga, pintu gerbangnya terlihat unik dengan simbol kala dengan sayap membentang di bagian atasnya. Di halamannya terdapat makam-makam dengan nisan unik.
Sementara di bagian terakhir merupakan makam dari Sunan Sendang Duwur. Ia hidup antara tahun 1520-1585 dan turut berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Makam Joko Tingkir
Tak hanya di Sragen, Jawa Tengah, makam Joko Tingkir juga ada di Kabupaten Lamongan. Namun keduanya punya satu kesamaan, yaitu sama-sama berada tak jauh dari tepian Sungai Bengawan Solo. Pada makam Joko Tingkir di Lamongan, banyak ditemukan batu-batuan kuno. Kemungkinan dulunya tempat itu menjadi kompleks permukiman kuno dan bangunan suci.
Sementara di pusat kota Lamongan, terdapat makam Mbah Lamong. Dulunya Mbah Mbah Lamong merupakan murid Sunan Giri yang kemudian menjadi seorang adipati. Dia memimpin wilayah Lamongan pada tahun 1569 dengan gelar Tumenggung Surajaya. Makamnya yang memiliki ukuran sangat panjang menjadi penanda status sosial dari seorang Mbah Lamong saat dia masih hidup.