Prajurit Pangeran Diponegoro Iseng Ciptakan Tari dari Gerakan Perang, Kini Jadi Kesenian Legendaris
Dua prajurit Pangeran Diponegoro iseng ciptakan tari dari gerakan perang, ujung-ujungnya jadi terkenal.
Dari latihan perang jadi seni pertunjukan
Prajurit Pangeran Diponegoro Iseng Ciptakan Tari dari Gerakan Perang, Kini Jadi Kesenian Legendaris
Kesenian bernapaskan Islam ini berasal dari Desa Kemloko, Kecamatan Ngelgok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kemunculannya bersamaan dengan kesenian Jedor dan Genjring.
(Foto: Wikimedia Commons)
-
Apa yang diyakini membawa berkah dalam tradisi Kirab Kebo Bule? Beberapa orang percaya, kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
-
Kapan tradisi Yaa Qowiyyu dimulai? Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji.
-
Apa yang dilakukan masyarakat dalam tradisi Rebo Pungkasan? Umumnya tradisi ini dilakukan dengan menjalani salat dan berdoa. Selain itu ada pula yang menjalani tradisi ini dengan mengadakan selamatan.
-
Kenapa masyarakat Tegal melakukan tradisi Rebo Wekasan? Masyarakat Tegal menyakini bahwa pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, akan banyak bencana dan malapetaka yang menghantui.
-
Apa yang dianggap sebagai bukti keperjakaan secara tradisional? Keperjakaan dan keperawanan telah lama menjadi konstruksi sosial dan budaya yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap kesehatan seksual. Namun, apakah benar ada cara ilmiah untuk membuktikan keperjakaan seorang pria? Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang mitos dan realitas seputar hal ini. Mitos Seputar Keperjakaan Laki-Laki, Apakah Bisa Dibuktikan Secara Ilmiah? Apa Itu Keperjakaan? Sebelum membahas mitos seputar keperjakaan, kita perlu memahami apa itu keperjakaan. Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
-
Tradisi Ngenger di Blora itu seperti apa? Tradisi Ngenger di Blora dilakukan pada keluarga calon pengantin. Tradisi ini dilakukan untuk mempersiapkan diri calon pengantin menuju jenjang pernikahan. Calon pengantin diharapkan dapat memahami kehidupan berumah tangga yang akan dijalani. Selain itu, Ngenger menjadi media bagi calon pengantin untuk saling mengenal lebih dekat dengan calon pasangan serta calon mertua.
Kesenian ini awalnya berfungsi sebagai media latihan perang. Seiring pergantian zaman, fungsinya bergeser menjadi sarana ritual, hiburan dan seni pertunjukan.
(Foto: FIB Unair)
Ciri Khas
Walaupun sama-sama bernama reog, Reog Bulkiyo berbeda dengan Reog Ponorogo. Reog Bulkiyo tidak menggunakan barong. Selain itu, gerakan tariannya menggambarkan latar belakang peperangan.
Asal-Usul
Sejarah Reog Bulkiyo tidak dapat dilepaskan dari perang Jawa yang terjadi pada tahun 1825 hingga 1830. Perang tersebut merupakan perlawanan pangeran DIponegoro bersama rakyat Jawa melawan kekuatan pasukan Belanda yang dianggap sewenang-wenang dengan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Saat perang Diponegoro berakhir, dua pengikut Pangeran Diponegoro, Mbah Kasan Mustar dan Mbah Kasan Ilyas lari ke daerah Blitar. Sembari menunggu kepastian kabar kelanjutan perjuangan mereka, keduanya mengasah gerakan-gerakan perang dalam bentuk gerakan tari.
Ada beberapa teori terkait asal mula nama Bulkiyo. Teori pertama yakni ditemukan dalam urutan pasukan Diponegoro yang bentuk pengangkatan pemimpin prajuritnya didasarkan pada model Janissari (pasukan elit kesulatanan Ottoman) Pasukan elit ini merupakan pasukan terpilih yang memiliki kemampuan unggul, pemahaman medan perang dengan taktik yang baik, dan dilengkapi dengan senjata lengkap. Sementara pasukan khusus milik pangeran Diponegoro bernama Laskar Bulkiyo.
Kedua, adalah nama Bulkiyo diambil dari kitab Ambiya salah satu pahlawan perang dalam pertempuran antara negeri Mesir dan negeri Tepas.
Sosok Bulkiyo
Reog Bulkiyo merupakan penggambaran sosok Bulkiyo melakukan perjalanan mencari nabi Muhammad karena terpesona dengan dua kalimat syahadat. Bulkiyo merupakan tokoh dari daerah Mesir sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
- Rahasia Penjual Mangga di Balik Potongan Pajangan agar Terlihat Segar, Ternyata Pakai Cara Tak Terduga
- Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan
- Gagal Jadi Nyaleg DPR RI Gara-Gara Tipu Kolega Rp1,7 Miliar
- Prajurit TNI Geruduk Polrestabes Medan Bikin Panglima Geram, Dua Jenderal Langsung Diberi Perintah
Tokoh Bulkiyo penasaran tentang Muhammad yang sering didengar dari kitab-kitab sebelum Alquran yaitu Injil dan Taurat. Di dalamnya sering disebutkan Nabi kekasih Allah yang terakhir.
Dalam perjalanan Bulkiyo terlibat perang dengan kerajaan Rum di wilayah Mesir yang dipimpin oleh Bagindo Lawe dengan kerajaan Kerungkolo. Bulkiyo berpihak pada kerajaan Rum membantu kemenangan Islam.
Islam keluar sebagai pemenang. Setelah peperangan berakhir, Bulkiyo melanjutkan pencariannya dan mendapati bahwa Nabi Muhammad belum dilahirkan.
Kesenian Reog Bulkiyo menggunakan properti berupa bérang, sejenis pisau berukuran besar yang terbuat dari besi. Saat kedua bérang bersentuhan maka akan keluar percikan-percikan api.
(Foto: Kemdikbud RI)
Properti lainnya yakni bendera panji bergambar Hanoman dan Dasamuka, sebagai lambang putih dan merah, mewakili makna kebaikan dan kejahatan. Bendera panji merupakan properti menari yang dibawa Plandhang atau wasit.
Tarian Reog Bulkiyo ditampilkan oleh 8 orang Pengarep, penari prajurit lainnya dan 1 orang berperan sebagai Rontek (pemimpin) jalannya pertunjukan.
Gerakan dalam reog Bulkiyo diawali dengan gerakan hormat penari kepada penonton Reog. Sahutan dari alat musik kenong, bende, kempul, dan pecer saling berirama konstan. Disusul suara slompret yang menyeruak di udara dengan suara samar-samar dari alat musik rebana.
Rontek memiliki peran penting karena menjadi pemimpin jalannya pementasan. Rontek mengatur setiap perubahan fase formasi yang ada dalam gerakan reog dengan membawa bendera di tangan.
Gerakan perang merupakan klimaks dari pertunjukan ini. Gerak perang dilakukan oleh dua pemain Pengarep dengan membenturkan kedua pedang yang dibawanya. Adegan perang ini menggambarkan perkelahian mempertahankan hidup.
Adegan perang merupakan klimaks dari pementasan kesenian Reog Bulkiyo. Pementasan ditutup dengan pemberian hormat kepada para penonton.