Menilik Sejarah Stasiun Tanjungkarang Lampung, Jejak Peninggalan Pemerintah Hindia Belanda sejak Tahun 1914
Para pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta.
Para pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta.
Menilik Sejarah Stasiun Tanjungkarang Lampung, Jejak Peninggalan Pemerintah Hindia Belanda sejak Tahun 1914
Pulau Sumatra sejak era kolonial Belanda telah memiliki berbagai fasilitas transportasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Salah satu fasilitas transportasi yang masih bisa dirasakan sampai sekarang adalah jalur kereta api.
-
Apa yang menjadi bukti perluasan kekuasaan Belanda di Sumatra Barat? Tak hanya menjadi saksi Perang Padri, Benteng de Kock juga menjadi bukti bahwa Belanda telah menduduki tanah Sumatra Barat yang meliputi Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
-
Kenapa Jaka Sembung melawan Belanda? Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
-
Dimana pasukan Belanda mendarat di Jawa Timur? Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi lokasi pendaratan pasukan agresi militer Belanda ke-II.
-
Apa yang dilakukan tentara Belanda dalam perjalanan menuju Yogyakarta? Mengutip YouTube Hendri Teja, perjalanan konvoi itu tidaklah lancar. Mereka harus menembus garis demarkasi yang dipertahankan oleh Divisi II TNI. Mereka juga harus melewati jalan yang telah dipasang rintangan berat atau mencari akal untuk melintasi jembatan yang dihancurkan pihak TNI.
-
Mengapa kolonial Belanda membangun jalur kereta api di Sumatera Barat? Di Sumatera Barat, wacana pembangunan rel kereta api oleh kolonial Belanda digunakan untuk distribusi kopi dari daerah pedalaman, seperti Bukittinggi, Payakumbuh, Tanah Datar, hingga Pasaman menuju ke pusat kota yaitu Padang.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
Kota Bandar Lampung memiliki stasiun yang terkoneksi dengan Kota Palembang, Sumatra Selatan, yang bernama Stasiun Tanjungkarang. Stasiun ini kini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional IV Tanjungkarang.
Fasilitas transportasi darat ini memiliki perjalanan sejarah yang begitu panjang. Lantas, seperti apa sejarah dari Stasiun Tanjungkarang di Provinsi Lampung?
Simak informasinya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Berdiri Sejak 1914
Belanda memulai proyek pembangunan rel kereta api pertama di Lampung yang dimulai dari Stasiun Panjang menuju Stasiun Tanjungkarang.
Jalur ini kemudian diresmikan pada 3 Agustus 1914 oleh Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatra (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen (SS).
Beroperasinya stasiun ini membuat ZSS berhasil menyambung akses transportasi dari Palembang-Bandar Lampung dengan jarak hampir 500 kilometer.
Kesuksesan yang diraih SS ini rupanya menjadi inspirasi dan motivasi agar mereka bisa membangun lebih banyak lagi jalur kereta api untuk menghubungkan seluruh wilayah di Sumatra. Namun, wacana tersebut pupus setelah terjadi Depresi Zaman pada akhir tahun 1920-an.
Gaya Arsitektur Budaya Lampung
Bentuk dari bangunan stasiun ini masih menganut aliran modern dan Art Deco yang sudah ada sejak periode akhir Pemerintahan Hindia-Belanda. Di balik itu, gaya arsitektur stasiun tersebut masih menganut dan bertemakan kebudayaan Lampung.
- Sejarah Kerajinan Perak di Koto Gadang, Terkenal sejak Zaman Penjajahan Belanda
- Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
- Mengulik Sejarah Berdirinya Stasiun Cikajang, Stasiun Kereta Api Tertinggi di Asia Tenggara
- Jejak Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Berawal dari Perusahaan Besar Milik Belanda di Pantai Timur Sumatra
Dikutip dari berbagai sumber, terdapat bagian bangunan stasiun yang terlihat corak ornamen Siger. Pada dindingnya, terdapat ornamen-ornamen kain tapis. Keduanya merupakan unsur kebudayaan penting dari Lampung yang tersemat di pakaian adat wanita serta simbol kemuliaan.
Ciri khas dari stasiun ini adalah memiliki lagu daerah Cangget Agung yang sering diputarkan setiap kali ada kedatangan dan keberangkatan KA penumpang.
Memakan korban Jiwa
Dikutip dari irps.or.id, pembangunan rel kereta api antara Palembang dan Tanjungkarang pada tahun 1911 ini menjadi bagian dari kerja paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial.
Para pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta. Tragisnya, dalam proses pembangunan rel tersebut telah memakan korban jiwa. Mereka tidak bisa melawan dan bekerja di bawah tekanan dari kolonial.
Tenaga manusia ini dipaksa untuk memasang rel dan juga bantalannya yang berbahan kayu dengan panjang kurang lebih 411 km.
Angkutan Hasil Bumi
Pembangunan rel kereta di Pulau Sumatra ini awalnya bertujuan untuk mengangkut berbagai macam hasil bumi dan bisa memangkas waktu lebih banyak. Berbeda di Pulau Jawa, rel-rel kereta dibangun di dekat pemukiman warga karena memang ditujukan untuk mengangkut penumpang.
Jalur Tanjungkarang-Palembang ini dulunya digunakan Belanda untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari tanah jajahannya.