Ini Tiga Unsur Prinsip Kekerabatan Masyarakat Batak, Jadi Pengikat Relasi Sosial
Prinsip kekerabatan ini sudah berjalan turun-temurun.
Prinsip kekerabatan ini sudah berjalan turun-temurun.
Ini Tiga Unsur Prinsip Kekerabatan Masyarakat Batak, Jadi Pengikat Relasi Sosial
Suku Batak merupakan salah satu kelompok suku terbesar yang ada di Indonesia.
Suku Batak terbagi ke dalam beberapa sub suku, seperti Batak Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, Toba, dan Pardembanan.
Ciri khas orang Batak tampak dari tutur berbicaranya yang keras dan lantang. Selain itu, orang Batak juga terkenal dengan tradisi merantau ke luar daerah yang sampai sekarang masih terus dilestarikan.
-
Apa itu Surat Batak? Aksara Batak ini biasa disebut dengan Surat Batak atau Surat na Sampulu Sia yang artinya kesembilan belas huruf atau bisa juga disebut Si Sia-sia.
-
Apa itu umpasa dalam budaya Batak? Umpasa adalah seni lisan puisi lama berupa pantun dalam masyarakat Batak Toba.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari budaya Batak Toba? Rumah adat Batak yang dikenal sebagai Rumah Bolon ini menjadi salah satu ciri khas dari budaya Batak Toba.
-
Bagaimana orang Batak mempertahankan budaya kekeluargaan saat merantau? Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
-
Bagaimana cara masyarakat Batak menjaga hubungan pariban? Pernikahan ini melibatkan saudara untuk menjaga hubungan persaudaraan antar keluarga.
-
Bagaimana orang Batak menentukan penanggalan? Dalam praktiknya, orang Batak menghitung hari dengan cara melihat pola-pola benda langit seperti bulan, matahari, dan bintang. Pemantauan yang mereka lakukan ini akhirnya diubah menjadi pemetaan numerik yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Meski terkenal dengan perawakan galak dan tutur bicara yang keras, Suku Batak juga memiliki prinsip kekerabatan yang saling mengikat agar terjalinnya relasi sosial dengan baik.
Kira-kira apa saja prinsip kekerabatan itu? Simak ulasannya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
Dalihan Na Tolu
Sebelum menjelaskan prinsip kekerabatan di masyarakat Batak, ada baiknya mengerti terlebih dahulu konsep filosofis budaya Batak Dalihan Na Tolu.
Dalihan Na Tolu menjadi kerangka prinsip kekerabatan masyarakat Batak.
Dalihan Na Tolu merupakan struktur kekerabatan dalam kelompok etnis Batak yang disimbolkan sebagai sebuah tungku.
Dalihan Na Tolu berasal dari kata "Dalihan" yang artinya tungku terbuat dari batu, "Na" artinya yang, dan "Tolu" diartikan sebagai tiga.
Apabila digabungkan, artinya tiga tungku ini masih berkaitan dengan sistem alat masak kuno milik masyarakat Batak.
Dulu, masyarakat Batak dalam memasak menggunakan tungku dari batu ditopang dengan tiga buah batu yang sama besar agar mampu menopang dengan seimbang.
Maka, konsep tiga tungku dari batu ini kemudian dijadikan prinsip kekerabatan masyarakat Batak.
Tiga Unsur Prinsip Kekerabatan Masyarakat Batak
Dalam prinsip kekerabatan masyarakat Batak terdapat 3 unsur yang memiliki arti dan fungsi yang berbeda .
Prinsip yang pertama yaitu Hula-Hula atau Wife Giver. Prinsip kekerabatan kedua atau posisi tengah yaitu Dongan Tobu atau Dongan Sabutuha.
Terakhir ialah Boru, sebagai prinsip ketiga. Berikut penjelasan selengkapnya.
Hula-Hula
Prinsip yang pertama yaitu Hula-Hula atau Wife Giver.
Mengutip dari Kemdikbud informasi budaya "Dalihan Na Tolu: Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak" (2017), Hula-Hula menjadi prinsip paling tinggi dalam konsep kekerabatan Batak.
Hal ini dikarenakan Hula-Hula mewakili kelompok marga mulai dari keluarga pihak istri, marga ibu, marga nenel dan seterusnya.
- Kepergok Mencuri, Pengantin Baru Bunuh Istri Atasan
- Nyaris Satu Bulan, Persembunyian Suami Penganiaya Istri Hingga Luka Berat Terendus & Ditangkap!
- Rapat KIM di Kertanegara akan Putuskan Pasangan Prabowo-Gibran, Ketum Partai Buat Kesepakatan
- Sigap Bantu Masyarakat, Aksi Petugas Damkar Amankan Tokek Ini Curi Perhatian
Hula-Hula menjadi prinsip yang paling dihormati lantaran dianggap sebagai pemberi berkat kehidupan, dan sumber keturunan. Maka, keluarga dari istri (Hula-Hula) begitu dihormati oleh Boru dalam setiap bentuk perkataan, sikap, dan juga perbuatan.
Dongan Tobu/Dongan Sabutuha
Prinsip kekerabatan kedua atau posisi tengah yaitu Dongan Tobu atau Dongan Sabutuha yang artinya teman lahir, teman seperut, atau kerabat semarga.
Berada di posisi kedua dalam Dalihan Na Tolu, prinsip ini selayaknya hubungan antara kakak dan adik yang berasal dari saudara se-marga istri atau suami.
Dalam setiap upacara adat biasanya pihak penyelenggara akan berkonsultasi dengan Dongan Tobu agar tidak terjadi kesalah pada saat hajatan dilaksanakan dan mampu mempererat ikatan persaudaraan.
Boru
Prinsip ketiga yaitu Boru yang posisinya diemban langsung oleh anak perempuan se-marga dan kelompok dari marga pihak suami dari saudara perempuan.
Seluruh kelompok marga dari pihak suami menjadi Boru karena menjadi pihak yang mengambil istri dari kelompok marga Hula-Hulanya.
Hal ini, Boru akan begitu menghormati kelompok marga Hula-Hulanya.
Prinsip Dalihan Na Tolu, tidak memandang status, kelas, dan jabatan. Selama menjadi Boru siapapun itu, maka ketika pesta adat dia akan tetap hormat kepada Hula-Hulanya.
Relasi Sosial Penting
Dalam prinsip kekerabatan ini, ketiga unsur di atas menjadi pondasi penting dalam menjaga dan menopang keseimbangan sistem kekerabatan yang terjalin dalam masyarakat Batak.
Apabila sistem ini dimanfaatkan dengan baik, kemungkinan besar hubungan kekerabatan antar keluarga bisa berjalan dengan lancar dan menimbulkan hubungan kuat satu sama lain.
Perlu digarisbawahi, ikatan Dalihan Na Tolu diterapkan dalam terjadinya proses perkawinan.
Bagi orang Batak, perkawinan merupakan upacara sakral karena menghubungkan dua marga yang berbeda menjadi satu ikatan kekerabatan yang lebih besar dan luas.