Sosok Siti Manggopoh, Kisah Pemimpin Perang Melawan Kolonial Belanda di Ranah Minang
Sosok pahlawan wanita berdarah Minang ini berjuang di garda terdepan melawan dan menentang sistem kolonialisme Belanda.
Sosok pahlawan wanita berdarah Minang ini berjuang di garda terdepan melawan dan menentang sistem kolonialisme Belanda.
Sosok Siti Manggopoh, Kisah Pemimpin Perang Melawan Kolonial Belanda di Ranah Minang
Selama ini tokoh pahlawan banyak didominasi kalangan laki-laki saja. Akan tetapi, peran perempuan dalam melawan dan memperjuangkan tanahnya juga patut untuk diperhitungkan.
Salah satunya pejuang dari kalangan perempuan tanah Minang yaitu Siti Manggopoh. Siti Manggopoh menjadi salah satu tokoh dari Minangkabau yang berperang demi mempertahankan tanah kelahirannya. Tak hanya itu, ia juga menolak adanya sistem pajak yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda.
Lantas bagaimana kisah perjuangan Siti Manggopoh? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Lahir dari Keluarga Sederhana
Mengutip dari kanal liputan6, Siti Manggapoh berasal dari sebuah desa kecil di wilayah Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lahir pada tanggal 15 Juni 1881, nama Siti Manggopoh yang melekat itu berasal dari nama desanya yaitu 'Manggopoh'.
Siti Manggopoh anak bungsu dan perempuan satu-satunya di dalam keluarga. Kelahirannya disambut dengan riang gembira oleh orang tua dan saudara-saudaranya.
-
Bagaimana cara puisi Sumpah Pemuda "Pemuda Harapan Bangsa" menunjukkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Mereka kuatkan tekad Bulatkan semangat untuk Bangsa dan Negara 28 Oktober 1928 Semangat Pemuda terus membara Untuk menyatukan Tanah Air Indonesia Untuk menyatukan Bahasa Indonesia Untuk menyatukan Bangsa Indonesia
-
Kapan Roestam Effendi mengucapkan "Indonesia Merdeka!" di parlemen Belanda? Selama 19 tahun tinggal di Belanda, Roestam dinobatkan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang duduk menjadi anggota Majelis Rendah atau Tweede Kamer mewakili partainya itu. Meski bergabung dengan partai di Belanda, namun jiwa perjuangan untuk tanah airnya masih terus mengalir di dalam tubuhnya. Ia nekat mengucapkan "Indonesia Merdeka!" saat upacara pembukaan parlemen yang dihadiri oleh Ratu Belanda.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Kota Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Kenapa Jaka Sembung melawan Belanda? Ia juga akan meyakinkan masyarakat bahwa kolonialisme merupakan bentuk perbudakan dan akan merugikan kampung ketika sudah berhasil dikuasai.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Siapa tokoh inspiratif yang menjadi mentor Moh. Hatta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Nazir Pamoentjak lebih dulu lahir ketimbang Mohammad Hatta yang terpaut lima tahun. Selama hidupnya, Nazir menjadi salah satu mentor semasa muda Moh. Hatta hingga menjadi teman dekat dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.
Kehidupan Siti yang tak jauh dari kedua tempat tersebut lambat laun membentuk jati dirinya di kemudian hari.
Melawan Belanda
Mulai beranjak dewasa, Siti Manggopoh menikah di usia 15 tahun dengan Rasyid atau Bagindo Magek. Dari perkawinan tersebut, mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan.
Perlawanan Siti Manggopoh dimulai saat Ia mengetahui bahwa orang-orang Belanda memperlakukan rakyat Minang dengan semena-mena. Hal tersebut yang menyulut amarahnya untuk membela tanah kelahirannya.
Salah satu hal yang ditentang Siti yaitu pengadaan sistem pajak dengan sebutan Belasting Op De Bedrofsen Ander Inkomsten atau pajak atas penghasilan perusahaan atau penghasilan lainnya. Sistem ini berlaku terhadap mata pencaharian sekaligus berbagai harta pusaka tradisional milik orang Minang.
Sistem pajak oleh pemerintah Belanda ini dirasa sangat menentang adat Minangkabau. Penerapan Belasting memicu kesengsaraan di antara rakyat Minang. Siti Manggopoh tidak tinggal diam melihat kondisi tanah kelahirannya yang carut marut. Hingga akhirnya Siti memutuskan untuk melawan Belanda.
Perang Perdana
Sebagai bentuk protes, Siti memulai perang perdana yang berlangsung di Kamang. Aksinya itu kemudian dikenal dengan nama Perang Kamang.
Dampak dari perang ini tak hanya mempengaruhi kondisi sosial orang Minang, melainkan juga menjalar ke daerah lain.
Siti yang tidak tinggal diam itu membentuk badan perjuangan bersama dengan militan Manggopoh yang terdiri dari 14 orang termasuk sang suami, Rasyid.
Pimpin Serangan ke Markas Belanda
Dengan segala persiapan dan menyusun rencana untuk menyerang Belanda, akhirnya Siti Manggopoh bersama pasukannya mulai menyerang malam hari pada Kamis 15 Juni 1908. Tak tanggung-tanggung, Siti bersama pasukan langsung menyerang markas Belanda.
Strategi mereka sangatlah cerdik, mereka menyusup tanpa dicurigai oleh tentara Belanda satupun.
Mereka berbaur dalam pesta mewah dengan berbagai makanan dan minuman yang disajikan.
- Bedah Buku Merahnya Ajaran Bung Karno, Hasto Sindir Kekuasaan untuk Kedaluatan Rakyat Diubah untuk Keluarga
- Mengenal Sosok Hubertus Van Mook, Politikus Era Kolonial Belanda Penganut Paham Liberal
- Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan
- Profil M.H. Manullang, Sosok Pejuang Melawan Kolonial di Tanah Batak yang Terlupakan
Akhirnya, Siti bersama suaminya lantas diburu oleh tentara Belanda. Mereka berdua ditangkap. Rasyid dibuang ke Manado, sementara Siti dibuang ke Padang Pariaman, lalu dibuang lagi ke Padang.
Sosok Pejuang Wanita
Siti menjadi sosok pahlawan perempuan yang begitu menginspirasi bagi masyarakat Indonesia. Hebatnya, selama berperang Siti membawa sang anak selama 17 hari, tentu kondisi yang dihadapi bukanlah hal yang mudah.
Siti Manggopoh wafat pada 20 Agustus 1965 silam di makamkan di Taman Makan Pahlawan Kusumanegara, Lolong, Padang.