5 Temuan yang Sulit Dipahami Ilmuwan, Salah Satunya Ada Fenomena yang Aneh di Luar Nalar Manusia
Ilmuwan terang-terangan sulit memahami penemuan luar angkasa yang pernah ditemukan.
Para peneliti terus melakukan eksplorasi di luar angkasa untuk mempelajari objek-objek langit seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena kosmik lainnya. Aktivitas ini juga memberikan kesempatan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di planet lain, bulan, dan bahkan asteroid.
Dalam perjalanan eksplorasi luar angkasa, para astronom menemukan berbagai objek yang masih menyimpan misteri hingga saat ini. Beberapa di antaranya telah berhasil dijelaskan, tetapi banyak yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap kebenarannya.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
Dikutip dari Live Science pada Kamis (26/9), berikut adalah beberapa penemuan luar angkasa yang masih sulit dipahami oleh para peneliti:
Planet Pengembara
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) berhasil mendeteksi lebih dari 500 planet "pengembara" yang mengambang bebas dan melintasi Nebula Orion pada tahun 2023. Sekitar 80 di antaranya tampak saling mengorbit dalam pasangan biner, menciptakan fenomena yang belum memiliki penjelasan yang jelas.
Planet pengembara ini diperkirakan memiliki ukuran sebanding dengan Jupiter, dan para ilmuwan menyebutnya sebagai objek biner bermassa Jupiter (Jupiter-mass binary objects) atau JUMBOs. NASA memperkirakan bahwa mungkin terdapat triliunan planet pengembara di galaksi kita.
Namun, model saat ini tidak dapat menjelaskan keberadaan JUMBOs. Meskipun planet pengembara tidak memiliki rumah, mereka dulunya adalah bagian dari sistem tata surya mereka sendiri.
Sama halnya dengan planet lainnya, sebelum menjadi pengembara, planet-planet ini terbentuk dalam sebuah sistem keplanetan yang memiliki bintang induk di pusatnya. Namun, proses pembentukan yang penuh gejolak akhirnya membuat planet-planet ini kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengembara di ruang antarbintang alam semesta.
Bumi yang Kesembilan
Planet Kesembilan
Para astronom terus menerus melakukan penyelidikan terhadap ruang angkasa, sehingga ada kemungkinan untuk menemukan planet kesembilan. Keberadaan Planet Sembilan atau yang dikenal sebagai Planet X merupakan salah satu misteri terbesar di alam semesta.
Objek ini diperkirakan memiliki massa sepuluh kali lipat dari Bumi dan terletak di bagian paling luar dari sistem Bima Sakti. Diperkirakan, terdapat planet yang diduga sebagai planet kesembilan di belakang Neptunus. Efek gravitasi dari objek ini dapat menjelaskan mengapa planet-planet kerdil di ujung tata surya Bima Sakti memiliki orbit yang berbentuk elips.
Orbit planet kerdil seperti Pluto berbeda dari delapan planet lainnya yang memiliki orbit hampir bulat. Para astronom telah melakukan penelitian untuk memahami bagaimana dan di mana planet yang diduga sebagai planet kesembilan itu mengorbit matahari.
Mereka memanfaatkan simulasi komputer untuk menggambarkan bagian paling jauh dari tata surya. Selanjutnya, mereka menambahkan berbagai objek luar angkasa dengan orbit dan massa yang berbeda-beda hingga hasilnya sesuai dengan data yang telah terkumpul.
Simulasi tersebut menunjukkan bahwa planet kesembilan kemungkinan berada 20 kali lebih jauh dari matahari dibandingkan Neptunus. Selain itu, objek langit yang misterius ini diduga memiliki massa sepuluh kali lipat dari Bumi.
Cahaya memerlukan waktu empat hari untuk mencapai lokasi tersebut. Sebagai perbandingan, cahaya matahari hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit 19 detik untuk sampai ke Bumi, yang berjarak sekitar 150 juta kilometer. Oleh karena itu, menentukan lokasi planet yang masih bersifat hipotesis ini sangatlah sulit. Semua objek yang berada jauh dari sumber cahaya hanya memantulkan sedikit cahaya.
Lubang Hitam yang Melarikan Diri
Pada bulan April 2023, para astronom berhasil mendeteksi fenomena yang belum pernah terlihat sebelumnya, yaitu sebuah lubang hitam yang tampak "melarikan diri". Lubang hitam ini tidak terikat pada galaksi manapun dan bergerak di luar angkasa dengan kecepatan 4.500 kali kecepatan suara, meninggalkan jejak bintang yang sangat besar di belakangnya. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai hal ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti pertama bahwa lubang hitam mampu melarikan diri dari galaksi tempatnya berada.
The Big Question
The Big Question
Saat menyelidiki bercak cahaya dari bintang-bintang aneh Herbig-Haro 46/47, JWST menemukan sesuatu yang misterius di latar belakangnya. JWST mengidentifikasi gumpalan gas panas yang memiliki bentuk menyerupai tanda tanya.
Meskipun belum jelas apa sebenarnya objek tersebut atau seberapa jauh jaraknya, warna kemerahannya dalam gambar menunjukkan bahwa objek itu sangat kuno. Pertanyaan besar atau "tanda tanya" kosmik ini hanyalah salah satu dari berbagai teka-teki yang dihadirkan oleh pengamatan inovatif JWST.
Gelembung Fermi
Para astronom telah menemukan bukti adanya letusan besar dan energik dari lubang hitam yang terlihat dalam bentuk dua set gelembung raksasa. Fenomena langka ini dikenal sebagai gelembung Fermi dan gelembung eROSITA.
Kedua gelembung tersebut terletak di atas galaksi Bima Sakti. Meskipun ukurannya sangat besar, gelembung Fermi hanya dapat dideteksi oleh teleskop yang menangkap sinar gamma, sementara gelembung eROSITA hanya terlihat dalam bentuk sinar-X. Para astronom masih mencari tahu bagaimana gelembung-gelembung ini terbentuk.