Ada Fenomena Awan Berlubang di Langit Teluk Meksiko, Begini Penjelasan NASA
Berikut adalah penjelasan NASA terkait awan berlubang di atas Teluk Meksiko
Berikut adalah penjelasan NASA terkait awan berlubang di atas Teluk Meksiko
Ada Fenomena Awan Berlubang di Langit Teluk Meksiko, Begini Penjelasan NASA
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Kapan NASA berencana meluncurkan pesawat ruang angkasa bertenaga nuklir? NASA punya tujuan untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa bertenaga nuklir, yang dikenal sebagai DRACO (Demonstration Rocket for Agile Cislunar Operations) pada akhir 2025 atau awal 2026.
-
Apa yang NASA berhasil uji coba? NASA telah merilis rekaman yang diambil oleh tim Mars Ascent Vehicle (MAV) saat mereka melakukan uji terowongan angin di Marshall Space Flight Center yang bersejarah milik badan antariksa tersebut.
Telah muncul fenomena awan yang berlubang pada langit di atas Teluk Meksiko dekat pantai barat Florida pada tanggal 30 Januari 2024.
Peristiwa yang membuat banyak orang bertanya-tanya tersebut telah dijawab oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Menurutnya itu suatu fenomena yang disebut sebagai awan cavum, seperti dikutip dari NASA Earth Observatory, Earth.com, dan ScienceAlert pada, Rabu (6/3).
NASA memberikan penjelasannya sambil mengeluarkan foto fenomena tersebut yang diambil dari instrumen Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS).
Teknologi itu mengamati atmosfer, lautan, dan daratan di Bumi, di atas satelit Terra milik NASA yang ada di luar angkasa.
Dalam gambar tersebut, terlihat awan cavum yang sangat jelas di atas lautan biru.
Awan cavum, juga sering disebut sebagai lubang-lubang jatuh/fallstreak holes, memiliki bukaan besar yang melingkar di dalam awan, dengan jejak-jejak awan halus di dalam bukaan tersebut.
- Dulunya Hewan-hewan ini Berdarah Dingin, Tapi Berubah Berdarah Panas saat 180 Juta Tahun Lalu
- Perbandingan Kecanggihan Stasiun Luar Angkasa China dengan Milik NASA CS, Siapa Unggul?
- Misteri Arah Putaran Bumi: Ke Kanan atau Kiri? Ini Jawabannya
- NASA Minta Bantuan Warga Dunia Amati Gerhana Matahari yang Berbeda di Tahun Ini, Begini Caranya
Tak heran, ada banyak orang yang mengaitkan keberadaan awan tersebut sebagai salah satu bagian dari aktivitas makhluk luar angkasa, seperti UFO.
Penjelasan ilmiah dari hadirnya awan ini ternyata cukup sederhana, yaitu ia tercipta ketika pesawat melewati awan altokumulus.
Meskipun fenomena ini sudah didokumentasikan sejak tahun 1940an, belum terdapat penjelasan pasti mengenai asal-usul awan ini hingga keluarnya penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Perusahaan Universitas untuk Penelitian Atmosfer (UCAR) dan organisasi lainnya di tahun 2010 dan 2011.
Tim peneliti menggunakan data penerbangan pesawat, pengamatan satelit, dan model cuaca untuk mengungkap proses terbentuknya lubang yang ada di awan dan durasi yang dipunyainya.
Awan altokumulus merupakan awan tingkat menengah yang tersusun dari tetesan air cair superdingin.
Pendinginan super tersebut bisa terjadi ketika tetesan air tetap berbentuk cair, bahkan ketika berada di bawah titik beku air yang biasa (0 derajat Celsius).
Tetesan tersebut tidak berubah menjadi es karena kemurnian yang dimiliki dan tidak adanya partikel seperti debu dan serbuk sari yang biasanya memicu pembentukan es.
Pendinginan super tersebut rutin terjadi di atmosfer Bumi. Awan altokumulus menutupi sekitar 8% permukaan bumi pada suatu waktu tertentu dan awan tersebut sebagian besar terdiri dari tetesan air superdingin dengan suhu sekitar -15 derajat Celsius.
Awan cavum terbentuk ketika pesawat terbang melewati awan altokumulus, tepatnya ketika udara di sekitar sayap dan baling-baling pesawat mengalami ekspansi adiabatik, yaitu perubahan suhu dengan tidak adanya energi yang ditransfer oleh kalor antara sistem dan lingkungan sekitarnya.
Dengan proses ini, tetesan air akan didinginkan lebih lanjut, bahkan hingga lebih dari -20 derajat Celsius. Hasilnya, air yang berbentuk cair tadi bisa membeku tanpa bantuan partikel lain.
Butiran cair yang terus membeku akan menciptakan kristal es yang kemudian turut menciptakan kristal es lainnya.
Pada akhirnya, kumpulan kristal es tersebut akan menjadi cukup berat sehingga mereka akan jatuh dari langit dan meninggalkan suatu kekosongan di lapisan awan.
Kristal es yang jatuh menciptakan jejak curah hujan halus yang tidak pernah mencapai permukaan tanah, dikenal sebagai “virga”, yang sering kali terlihat di tengah awan yang bolong.
Fenomena awan cavum dan kanal ini dapat dihasilkan oleh berbagai jenis pesawat, seperti pesawat/jet penumpang yang besar, jet penumpang regional, jet pribadi, jet militer, hingga jet dengan mesin turbo propeler (turboprop).
Dengan banyaknya penerbangan yang tiba di Miami setiap harinya, bisa lebih dari 1.000 penerbangan, maka peristiwa terjadinya awan cavum dan kanal dapat sering dijumpai.